06

185 25 2
                                    

Daritadi Jisung menghela nafas tak beraturan. Sejak selesai menemani sang Ayah untuk bertemu koleganya tadi, jantung Jisung tidak dapat berdetak dengan normal. Ia was² pada dirinya. Raut muka sang Ayah jelas tengah menahan amarah. Entah apa yang terjadi dengan sang Ayah daritadi Jisung pun tak tahu.

" Kau tahu Jisung.!! Kau harus menjadi anak yang berguna "

Tuan Han berucap sambil berjalan cepat menuju ruangannya, diikuti oleh Jisung.

" Liu brengsek " maki sang Ayah.
" Dengar Jisung kau harus lebih unggul dari anak si Liu itu "

" Baik Ayah "

" Hadap belakang. Aku ingin melepaskan amarahku ini "

Mau tak mau Jisung menghadap membelakangi sang Ayah. Menyerahkan punggungnya untuk sang Ayah lukai.

" Aku akan berhenti jika kau sudah tak kuat " ucap Tuan Han.

" Lu belum mukul aja gua udah ga kuat anjing " batin Jisung.

Entah sudah berapa pukulan yang Jisung terima dan luka yang Jisung dapat dari sang Ayah, namun tak ada tanda² dari Ayahnya ingin berhenti. Kakinya sudah begetar tak sanggup menopang badannya. Sesekali ia terjatuh, namun sang Ayah terus menyuruhnya bangkit untuk berdiri.

Ctas

Ctas

Ctas

Tiga pukulan terkahir Tuan Han berikan. Setelah itu Tuan Han pergi begitu saja meninggal Jisung yang terjatuh karena tak kuat menahan sakit di punggungnya. Darah segar pun tercetak jelas di kemeja yang Jisung pakai.

" Anjing "

Dengan sekuat tenaga Jisung bangkit dan bergerak buru² keluar dari ruangan sang Ayah sebelum sang Ayah kembali. Saat di dalam lift, Jisung berusaha menutupi darah yang tercetak di kemajanya agar orang² di kantor Ayahnya tak melihat itu atau dia nanti akan mendapat masalah lagi.

Melihat jam di ponselnya, Jisung masih memiliki beberapa jam sebelum ia bekerja di minimarket. Setiap kali ia bergerak rasa perih dipunggungnya selalu muncul karena bergesekkan dengan kemejanya. Orang² yang melihat Jisung merasa aneh karena pakaian Jisung yang memiliki bekas darah disana, namun semua itu Jisung abaikan. Ia memilih duduk sebentar di depan minimarket untuk mengambil nafas.

Sibuk mengatur nafas, tiba² seseorang menyeret Jisung untuk pergi dari sana dan membawanya masuk ke dalam mobil. Jisung tentu saja terkejut diperlakukan seperti itu.

" Anj- Bang Minho.?!! "

Untung Jisung tak jadi mengumpat, bisa habis dia kalau orang di sampingnya ini dengar.

" Diem "

Mau tak mau Jisung hanya diam. Ia tahu bakal dibawa kemana. Lebih baik Jisung memikirkan alasan yang logis untuk menjelaskan ini semua ke orang disebelahnya.

Sampai di rumah sakit, Minho melangkahkan kakinya menuju ruang klinik untuk pengobatan luka. Jisung yang sebenarnya malas datang kesini pun mau tak mau mengekor Minho dari belakang.

Agar kalian tidak bingung, mari berkenalan dengan Minho. Lee Minho salah satu teman tongkrongan Jisung dan mantan tetangga Jisung dulu. Usia mereka berdua terpaut cukup jauh. Minho kini tengah bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit ternama disini. Ia masih termasuk anak baru bekerja disini. Minho salah satu orang yang tahu bagaimana keadaan Jisung dirumah. Jisung sudah menganggap Minho seperti kakak kandungnya sendiri.

Dengan telaten Minho membersihkan luka² Jisung agar tak menjadi infeksi, sesekali Minho menekan sedikit keras dibagian² tertentu yang mana itu membuat Jisung berteriak karena kesakitan. Biar tahu rasa kalau kata Minho.

LONELY st | SKZ - 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang