10

148 18 4
                                    

Salah satu pemuda yang kini tengah dikejar oleh ekspektasi Ayahnya tersebut sibuk dengan tugas sekolahnya. Beberapa kali ia menghela nafas lelah, ternyata sekolah sambil bekerja itu sangat merepotakan, tapi Jisung suka melakukan itu semua, entah kenapa menghabiskan banyak waktu diluar lebih nyaman daripada di rumah.

Saat ia sibuk menghitung angka yang ada di tugasnya, tiba-tiba kepala Jisung terasa sakit dan ia terbatuk cukup parah. Pen yang ia pegang pun jatuh begitu saja ke lantai. Ia berusaha menyentuh kepalanya, dan mencoba berjalan ke tempat tidurnya. Sepertinya ia butuh istirahat sebentar, tidak baik untuk memaksa tubuhnya.

Sungguh rasa pening di kepalanya ini sangat menyiksa, tanpa sadar Jisung menangis karena rasa sakit itu.

°°°

Hari libur seperti ini Felix ingin sekali mengajak Bundanya untuk jalan-jalan bersama. Sudah lama Felix ingin pergi berdua, menghabiskan waktu nersama sang Bunda seperti saat ia kecil dulu. Tapi apa Bundanya akan menerimanya.?

Di sisi lain, Bunda yang tengah menatap taman lewat jendela kamarnya sedang merasa bersalah kepada anak semata wayangnya itu. Saat sendiri seperti ini, Bunda selalu mengingat tentang Felix, namun jika ia melihat anaknya itu bayangan mantan suaminya selalu terbayang dibenak nya. Ia harus cepat² berdamai dengan masa lalunya.

Cklek

" Bunda~ "

Panggilan Felix membuat Bunda cepat² menghapus air matanya. Namun Felix tetap bisa melihat jika sang Bunda habis menangis.

" Bunda kenapa.? Jangan nangis Felix ga suka liatnya " ucap Felix sambil memeluk Bunda dari belakang.

Tentu perlakuan Felix membuat Bunda merasa bersalah dan kembali menangis. Ia Ibu yang bodoh, bisa² nya ia membuat luka di hati anak semanis ini setiap harinya. Felix yang merasa sang Bunda kembali menangis pun malah ikut menangis masih sambil memeluk Bunda. Ya, ia harus berubah dan melupakan masa lalunya, demi anaknya Felix.

Tiba-tiba saja Bunda melepas paksa pelukan Felix yang mana itu membuat Felix sedih dan takut jika Bunda akan menolaknya seperti biasa. Tapi ketakutan Felix seketika hilang saat ia merasakan pelukan hangat dari sang Bunda, dan digantikan dengan tangisan bahagia.

" Felix "

" Apa Felix bermimpi.? Jika iya, tolong jangan bangunkan Felix " gumam Felix ditengah tangisannya.

" Felix anak Bunda " lirih Bunda masih setia memeluk anaknya.
" Maafin Bunda sayang "

" hiks Bunda~ "
" Bunda inget Felix.? hiks "

" Maaf sayang, maafin Bunda "

" Terimakasih Tuhan "
" Terimakasih juga Bunda hiks "

Felix berharap dia akan selalu diingat oleh Bunda. Tuhan tolong jauhkan Bunda dari kesedihan.

°°°

Setelah puas berkembara akhirnya Hyunjin memutuskan untuk kembali kerumahnya. Beberapa hari ini Hyunjin sama sekali tidak tau apa saja yang sudah terjadi dirumah selama ia pergi.

Pemandangan pertama yang Hyunjin lihat saat membuka pintu rumahnya yaitu berantakan. Bukan hal yang mengejutkan bagi Hyunjin. Namun saat ia berjalan mendekati kamar kedua orang tuanya, ia melihat sdikit bercak seperti darah tepat di dekat pintu. Dengan panik Hyunjin membuka kamar tersebut dengan kasar, dan netranya menangkap sang Mama yang sedang membersihkan luka tepat dibagian dahinya.

" Mama.! "

Tentu yang dipanggil langsung terserang panik karena kegiatannya diketahui oleh sang anak.

" Mama kenapa.?! "

" Kejedot doang sayang, bukan luka yang serius "
" Kamu kemana aja.? "

" Pasti ini ulah Papa kan.? " ucap Hyunjin dengan lembut berharap sang Mama mau berucap jujur kepadanya.

LONELY st | SKZ - 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang