⚠️Attention: meskipun mengambil nama dengan karakter yang tak jauh berbeda, cerita ini bukanlah bagian dari perfect uncle stories. This is a new beginning guys, thanks for stopping by here.Dan, jangan lupa untuk mampir ke perfect uncle work.
JIKA YANG SAYA SIAPKAN TIDAK SESUAI DENGAN SELERA KALIAN, SILAHKAN BAYANGKAN PEMERAN SESUAI DENGAN BAYANGAN KALIAN SENDIRI.
Yuk! Posting part yang paling kalian sukai dari cerita ini, lalu tag ke Instagram @inrlhy_
Nanti direpost 🖤•
"Jeon Williams Juan, anterin Mama ke pabrik dong, ganteng."
Dalam sekali angkat, Juan menandaskan seluruh isi gelasnya sambil berpikir apakah dia harus mengiyakan permintaan sang Mama atau justru menolak dan mulai mencari alasan secepat mungkin dari sekarang.
Jika menelisik jarum yang terpasang pada arloji pergelangan tangannya, Juan jelas tak akan terlambat jika harus mampir ke pabrik, hanya saja mengantarkan Mama itu---entah kenapa masuk ke dalam daftar pekerjaan berat untuk Juan.
"Motor Juan joknya tinggi, emang Mama bisa?" Sebelah alis Juan terangkat seiring melihat Mama yang tengah merapikan bekas peralatan makannya.
"Ya nanti kamu bantuin Mama lah."
Yang jadi masalah itu ini, Mama Juan itu suka ribet dan ngeyel. Pasti nanti kalau Juan bonceng, sepanjang jalan akan mengomel dan membuat tubuh Juan terasa remuk karena dipukul-pukul atau dicubit-cubit. Katanya Juan ngebutlah, sembrono lah dan banyak lagi.
Juan kapok, rasanya mau melarikan diri sekarang dari sang Mama tapi takut dosa. "Juan pesenin taksi online aja deh, Ma. Gimana?" Dia akhirnya mencari cara lain dulu.
"Enggak deh, mahal," tolak Sora, Juan menepuk jidat mendengarnya. Sudah jelas kalau Mama memang benar-benar sengaja ingin menumpang dengan Juan. Kebetulan mobil yang biasa wanita itu kendarai sedang berada di bengkel, rusak karena beberapa hari lalu Sora tidak sengaja menabrakkan mobilnya pada pohon. Sebuah kecelakaan kecil.
"Timbang ke pabrik doang nggak mahal-mahal banget kali, Ma."
"Emangnya nggak boleh kalo Mama minta dianterin sama anak sendiri?" Sora menatap anaknya memelas. Beberapa hari ini Juan terlalu sibuk dengan tugas-tugas kuliah, berangkat pagi dan pulang larut malam. Sebagai seorang Ibu, Sora tentu saja ingin memiliki sedikit lebih banyak waktu bersama sang putra. Mereka hanya memiliki waktu berdua saat sarapan saja, setelah itu sibuk dengan tugas masing-masing.
Menjadi single Mom sejak Juan lahir membuat Sora juga sibuk mengurus pabrik cokelat peninggalan Ayahnya---Kakek Juan.
Juan menghela napas, mau sekeras apapun dia mencoba mengelak, pada akhirnya tetap tidak bisa menolak, dia mengangguk dua kali pertanda setuju.
"Oke, ayo kita berangkat!" seru Sora sambil menarik tudung hoddie Juan agar segera bangkit meninggalkan meja makan.
"Sekarang?" Dengan sempoyongan Juan mengikuti langkah Mamanya. Bagaimana tidak? Sora menyeret Juan persis ketika dia menolak diajak pulang karena asik bermain layangan, saat itu Juan masih kelas empat SD kalau tidak salah. Lagipula ini masih terlalu pagi, untuk mahasiswa santai seukuran Juan.
"Iya dong, pabrik kita itu lagi lancar-lancarnya produksi. Kamu sih nggak pernah main kesana." Tuhkan, belum apa-apa Juan sudah kena omel dari Sora. Tapi Mama Juan tidak salah kok, Juan itu memang nyaris tak pernah berkunjung ke pabrik yang selama ini memberinya makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Vanilla ✓
General FictionCOMPLETED| Juan dihadapkan oleh seorang bocah SMA saat menghentikan motornya di pinggir jalan. Namanya Caca, gadis yang saat itu seenak hati mengklaim Juan sebagai seorang tukang ojek. Pertemuan mereka tak berakhir sampai di situ, semuanya berlanjut...