Eh serius lupa punya ni cerita, yg di inget malah cerita satunya–
Sunset sudah terlihat, membuat beberapa orang yang menikmatinya merasa terpana akan kecantikan matahari yang mulai menghilang dari ufuk barat tersebut.
Kecantikan sunset kini telah menghilang, berganti dengan kecantikan yang lainnya yaitu dengan munculnya bintang bintang di langit yang gelap. Daerah liyue yang memang awalnya terang karena lampu lampu, sekarang semakin terang ketika malam itu bulan sedang gerhana.
"Malam ini begitu damai.. sangat cantik." Kata zhongli menatap sekelilingnya dengan senyuman.
Banyak anak anak bermain bersama sambil memainkan petasan. Muda mudi juga terlihat sangat menikmati malam ini sesekali mampir ke beberapa toko toko kecil untuk membeli apa yang mereka inginkan.
"Hei childe.. apa kau sudah lelah?" Tanya zhongli sambil menatap childe yang terus diam dari tadi.
Zhongli agak khawatir sebenarnya, apa karena dirinya terlalu keras pada childe? Sejak zhongli memukul childe di toko bukunya xingqiu, childe sama sekali tak banyak merespon. Hanya mengangguk dan patuh saja mendengarkan dirinya. Apa karena terlalu keras memukul? Masa bodo, toh yang salah juga childe karena tidak bisa mengontrol omongan sendiri, pikir zhongli.
Kembali ke masa sekarang, childe yang di tanya hanya mengangguk mengiyakan saja. Zhongli memijat pelipisnya, dia jadi frustasi sendiri karena childe tak berkata apapun. Bayangkan saja, orang yang sering menempel dan banyak bicara pada kita seketika itu juga malah menjadi diam. Agak menakutkan hei!
"Apa kau lapar? Mau makan?" Tanya zhongli lagi agar memecah keheningan. Bingung harus membujuk childe bagaimana.
"Iya.." kata childe.
Zhongli yang mendengar itu langsung bernafas lega, entahlah. Setelah mendengar suara childe lagi, dirinya baru bisa tenang. Dengan cepat zhongli menarik childe ke sebuah restoran Liuli Pavilion.
Setelah masuk restoran itu, mereka memesan kursi dan beberapa makanan pada sang pelayan bernama Licai. Childe dan zhongli duduk di kursi yang mereka pilih dan menyantap makanan yang sudah tersaji didepan mereka. Saat makan, tak luput dari pandangan zhongli ketika childe kesusahan menggunakan sumpit.
Membuat zhongli menahan tawanya, sambil terus berpura pura tidak melihat. Helaan nafas gusar terdengar ketika dengan keras childe meletakkan sumpitnya kesal, kesal karena tidak bisa menggunakan sumpit pastinya.
Childe melihat keterkejutan zhongli yang mungkin karena perbuatannya tadi,"uh.. maaf kak lily.." kata childe.
Zhongli menggeleng, mengisyaratkan kepada childe kalau dirinya tidak kenapa napa. Kemudian dia membantu childe untuk makan, mengarahkan sumpitnya yang sedang mengapit makanan ke mulut childe.
"Buka mulutmu.. aaa.." kata zhongli membuat childe tertegun sesaat, lalu dengan cepat memakan makanan itu.
"Enak.." gumam childe.
"Tempat ini memiliki makanan yang enak.. makanya aku me––" zhongli terdiam, tercekat ketika ada seseorang yang mengelus tubuh bagian belakangnya.
Bukan, itu bukan childe. Childe berada di hadapan nya. Sumpit yang sedang di gunakan langsung terjatuh dari tangan zhongli ketika orang yang dibelakangnya, dari kursi belakang mencoba mencengkram pantatnya untuk menggoda zhongli. Orang yang berani menyentuh zhongli berpura pura menatap temannya yang disamping, membuat kelakuannya tidak di curigai siapapun.
Tubuh zhongli bergetar, dia menunduk untuk mencoba menetralkan nafasnya. Dan tingkah aneh zhongli sebenarnya tak luput dari mata childe, membuat childe mencoba melihat apa yang terjadi pada zhongli.
Mata childe tertuju pada seseorang yang di belakang zhongli, ada yang aneh dengan orang itu. Dari tadi childe lihat orang itu terus menghadap kearah temannya dan tangannya terlihat mengarah pada zhongli. Membuat childe mulai curiga lalu berdiri, melihat apa mungkin yang dia pikirkan benar benar terjadi.
Ketika tau ternyata apa yang dia pikirkan terjadi, dengan tatapan marah childe langsung menendang tubuh orang itu. Membuat orang itu terpental lalu tersungkur akibat menabrak kursi lainnya. Keributan terjadi, zhongli yang awalnya menunduk kini menatap kearah belakang nya dengan panik.
Wajah childe terlihat sangat marah, childe mencoba mendatangi orang tadi lalu menarik kerah kemejanya. Menampar dan menghajar wajah orang itu berulang kali sampai babak belur. Tatapan dingin yang menusuk dan sebuah tekanan berat, ditambah dengan pukulan yang terlalu cepat membuat sang lawan tak bisa melakukan apapun untuk membalas childe.
"Berani sekali... Berani sekali kau menyentuh milikku.." Childe terus menghajar orang itu dengan brutal.
Para security datang menghampiri childe, mencoba memisahkan childe dengan pria tua itu. Namun usaha kedua security itu sia sia karena kekuatannya malah membuat mereka terkena pukulan dan ikut terpental karena childe.
"Jangan ada yang berani menghentikan ku.. akan ku bunuh jika salah satu dari kalian mencoba menghentikan ku." tegas childe. Orang orang yang di restoran itu menjadi tegang, takut sendiri dengan childe.
Childe kembali hilang kendali, dia mulai menghajar lagi pria tua yang menyentuh zhongli. Pria tua itu terlihat sekarat, sangat memprihatikan sekali karena tak ada yang berani untuk membantunya. Shit! Zhongli mau tak mau mencoba mendekat kearah childe untuk menenangkan childe, dia tidak mau membuat childe di cap sebagai pembunuh hanya karena dirinya saja nanti.
"Childe, berhentilah.. " kata zhongli pelan, ikut takut sebenernya pada childe.
Panggilan dari zhongli tidak direspon sama sekali, childe sudah seperti menulikan pendengarannya sendiri. Zhongli kebingungan harus apa, dia mencoba menarik childe agar bisa menjauh dari pria tadi. Bukannya bergerak, itu malah membuat zhongli bernasib sama seperti para security yang mencoba menghentikan childe tadi. Tubuh zhongli terdorong, terpental ke atas meja yang lumayan jauh.
"T-tuan! L-lebih baik jangan mengganggu nya.. a-aku sudah menelpon polisi.." kata seorang pelayan perempuan menghampiri zhongli yaitu Licai.
"Tapi jika menunggu lama, orang yang dia hajar akan mati!" Perkataan zhongli membuat Licai terdiam.
Zhongli mengumpat kesal, dia berusaha untuk bangun. Walau tubuhnya masih terasa lumayan sakit tapi pada akhirnya zhongli bisa berdiri di dekat childe lagi. Shit! Orang itu sudah tak sadarkan diri tapi childe malah terus menghajarnya.
Zhongli langsung memeluk tubuh childe dari samping, memalukan sebenernya tapi hanya itu saja cara yang terpikirkan oleh zhongli. Katanya sebuah pelukan bisa meredakan emosi yang kuat, zhongli baca itu di sebuah buku. J-jadi jangan salah sangka!
Benar saja, saat zhongli memeluk childe. Tangan yang berlumuran darah itu berhenti menghajar, childe melirik tajam kearah zhongli. Untung dirinya sadar kalau yang memeluknya itu zhongli, kalau tidak mungkin dia benar benar melakukan apa yang dia katakan tadi. Yaitu membunuh siapapun yang mengganggunya. Tatapan childe yang awalnya terpancar kemarahan, kini sudah berganti dengan tatapan mata yang lebih lembut.
"Childe.. kumohon, jangan di teruskan.." lirih zhongli yang masih memeluk childe erat dan masih tak berani menatap mata childe.
"Aku sudah berhenti, kak.." kata childe.
Zhongli yang mendengar itu baru berani menatap childe. Tatapan lembut yang di berikan membuat zhongli merasa tersentuh, tidak ada yang senekat childe ketika ada seseorang yang menyukainya. Mungkin jika ada yg menyukainya dulu pasti hanya lewat perkataan saja, lalu setelah itu tak berani lagi. Sial! Jantung zhongli jadi berdegup kencang karena perhatian tak main main begini.
Tak lama kemudian childe menunjukkan wajah sedihnya,"Kak.. maaf karena aku sudah lepas kendali.." katanya.
Tbc-
Mon maaf kalo gaje ya.. tapi dari alur ini, scane ceritanya bakal lebih menegangkan di bbrpa chap kemudian. Sekian terima Scara :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Amor [ Tartali ]
Romance[ Modern au ] Tartaglia, anak dari seorang mafia besar di negaranya. Walau pekerjaan gelap orang tuanya itu tergolong rahasia, tapi tetap saja masih banyak orang di luar sana mengincar nyawanya. Namun sebuah kecelakaan membuat kepribadian dan kehidu...