Chapter 21

643 47 72
                                    

Childe membuka matanya paksa. Nafas nya tidak beraturan, dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Sungguh, tadi itu adalah mimpi buruk yang sangat menakutkan bagi childe. Dia bermimpi tentang masa lalunya.

Bukan, bukan mimpi. Itu sudah seperti kilas balik ingatan nya. Ingatan yang benar benar begitu ia simpan. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan itu semua sebelumnya? Pantas saja sejak pertemuan dirinya dan zhongli di liyue, dia merasa sedikit familiar dengan wajah zhongli.

Childe kini coba memperhatikan sekeliling nya. Bisa ditebak kalau dirinya sedang berada di ruangan rumah sakit. Kenapa? Ada infus di tangannya.

Klek.

Seseorang dengan rambut biru gelap membuka pintu ruangannya sambil membawa beberapa lembar kertas di genggamannya, ya itu Kaeya.

Kaeya yang melihat childe sudah bangun seketika itu juga berlari untuk mendekat ke sisi ranjang childe. Wajahnya nampak khawatir.

"Bagaimana keadaanmu? Kau tidak merasa sakit kan? Apa aku harus memanggil dokter?" Tanya Kaeya beruntun. Membuat childe langsung mengerinyitkan dahi, agak pusing dengan ocehan Kaeya.

Childe menjawab dengan gelengan pelan saja. Membuat Kaeya seketika itu juga bernafas lega.

"Syukurlah kau tidak terluka parah, tapi aku turut sedih karena–"

Perkataan Kaeya langsung terpotong oleh childe. Karena childe tiba tiba menarik kerahnya, memandang Kaeya tajam.

"Kak lily. Bagaimana dengan kak lily.."  Kaeya menelan ludahnya susah, karena childe benar benar terlihat menyeramkan sekarang.

Kaeya terdiam. Dan itu membuat childe langsung berteriak marah,"Kau tuli? Aku bertanya, bagaimana dengan kak lily?!" Marah childe, rahangnya mengeras karena menahan amarah.

Bukannya memberi jawaban, Kaeya malah semakin membisu. Dan itu tentu membuat childe semakin marah. Bukannya karena apa, dia hanya takut dengan keterdiaman Kaeya. Karena keterdiaman Kaeya, childe jadi berpikir ke arah yang buruk.

Childe akhirnya mencoba turun dari ranjang pasiennya dan berdiri sendiri. Membuat Kaeya seketika panik, coba menahan namun tidak jadi setelah kembali di tatap tajam oleh childe.

Childe kini bertanya lagi,"Dimana kak lily sekarang.."

"..k-kamar ke-enam sebelah kanan setelah kamar ini, kamar nomor 28.." jawab Kaeya.

Childe mengangguk paham, dia kemudian melepas paksa infusnya. Tidak peduli jika tangannya akan bengkak atau terluka karena melepas infus dengan asal.

Setelah melepas infus itu, childe kemudian langsung berlari keluar ruangan. Dengan sedikit terhuyung, dia mencari dan menghitung kamar yang dikatakan oleh Kaeya.

Jantung childe berdetak begitu cepat, rasa panik dalam dirinya mulai menyebar. Cepat, dia harus cepat. Dia benar benar khawatir pada zhongli sekarang.

Secara yang dia ingat sebelum kehilangan kesadaran adalah zhongli yang jatuh ke pelukannya dan juga berlumuran darah. Benar benar mimpi buruk dari yang terburuk yang pernah childe alami.

Tidak, dia sama sekali tidak bisa kehilangan zhongli. Jika itu benar benar terjadi, maka childe tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Childe sama sekali tidak bisa hidup tanpa zhongli, karena zhongli adalah segalanya bagi dirinya.

Kalian kira untuk apa childe terus hidup setelah berpisah dengan zhongli saat di masa lalu? Tentu saja semua itu untuk bertemu dengan zhongli lagi. Jika bukan karena zhongli, mungkin dia lebih memilih untuk mati saja.

Sekarang, Dengan terhuyung childe masih mencari pintu ruangan yang dia cari. Childe sama sekali tidak peduli dengan pusing yang mulai menjalar di kepalanya. Dirinya terus mencari dan mencari.

Mi Amor [ Tartali ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang