Chapter 22

439 43 14
                                    

Ini sudah terhitung beberapa hari setelah kejadian kemarin. Kejadian dimana zhongli jatuh dari ranjang pasiennya.

Sungguh, itu membuat childe panik pada saat itu. Bagaimana tidak? Setelah zhongli menjawab permintaan nya dengan anggukan pelan, zhongli malah kembali kehilangan kesadarannya. Tentu membuat childe ketakutan setengah mati.

Childe hampir hilang kendali lagi karena itu. Untung saja beberapa dokter masih berada didekat sana. Jadi dengan tegas childe langsung menyuruh para dokter itu untuk memeriksa zhongli.

Para dokter itu akhirnya memeriksa keadaan zhongli. Dan itu membutuhkan waktu beberapa menit sebelum akhirnya childe bisa bernafas lega ketika mendengar penjelasan salah satu dokter yang ada disana.

"Pasien hanya pingsan karena kekurangan oksigen saja, tuan.." kata sang dokter, membuat childe mengangguk paham.

Dokter muda itu juga menjelaskan kalau luka zhongli sedikit terbuka, dan itu mengakibatkan zhongli kekurangan darah. Makanya zhongli jadi kehilangan kesadarannya.

Dan kalian tau apa yang childe lakukan setelahnya? Dia meminta- ah bukan, lebih tepatnya dia memaksa para dokter agar diizinkan satu ruangan dengan zhongli.

Bukan karena sesuatu, hanya saja childe ingin menjaga zhongli. Dia juga sebenernya tidak mau jauh jauh dari zhongli, dia ingin bersama zhongli.

Jika sudah begitu, para dokter pun mau tak mau setuju saja. Daripada mereka terkena masalah, lebih baik di satukan saja kan..?

~•~•~

Zhongli sekarang sudah bangun dari pingsannya. Tentu membuat childe yang berjam jam menunggu langsung tersenyum senang.

"Kak lily, bagaimana kondisi kakak..? Apa ada yang sakit..?" Tanya childe.

Zhongli yang di tanya begitu pun hanya menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan childe.

"Ingin minum kak?" Tanya childe lagi. Dan kali ini, zhongli mengangguk. Membuat childe kemudian mengambil segelas air putih dan membantu zhongli meminum air itu.

Setelah air di gelas itu habis, childe kembali meletakan gelas kosong itu di atas meja.

"Terimakasih.." suara yg begitu lemah terdengar. Itu suara zhongli.

Childe terdiam beberapa saat setelah mendengar perkataan zhongli. Dia coba memperhatikan mimik wajah zhongli, nampak dengan jelas seperti menahan rasa sakit. Mungkin kah dari bekas tembakan kemarin? Ah, childe jadi merasa bersalah.

Sebelum childe terlarut dalam rasa bersalah, tiba tiba suara ketukan pintu terdengar. Membuat keduanya yang sama sama diam itu pun saling memandang satu sama lain, kemudian memilih melirik ke arah pintu.

Kriet.

Pintu dibuka dari luar. Terlihat disana Kaeya sedang membawa semacam dokumen di tangannya. Kaeya kemudian masuk.

"Eh? Kau sudah bangun ya, zhongli..? Syukurlah.. apa-"

"Jangan ajak kak lily berbicara. Kak lily masih butuh istirahat." Pertanyaan Kaeya begitu cepat di potong oleh Childe. Membuat Kaeya mendengus kesal karena itu.

Kaeya akhirnya memilih berjalan menuju ke arah childe. Kemudian duduk dengan tenang di kursi yang tak jauh dari keduanya, lalu membuka map dokumen yang ia bawa tadi.

Mata Kaeya nampak begitu teliti membaca tiap kata di balik lembar kertas berwarna putih itu.

"Seperti yang di duga, ada kemungkinan kejadian penembakan kemarin berasal dari perusahaan sebelah." Childe mengerinyitkan dahi bingung saat mendengar perkataan Kaeya.

Mi Amor [ Tartali ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang