Di hari berikutnya,childe selalu mengganggu zhongli. Sebenernya bukan menganggu,tapi childe hanya sering mengikuti zhongli kemanapun zhongli pergi dan itu membuat zhongli kesal.
Sekarang mereka ada ditempat yang sama seperti saat pertama- ah tidak,saat kedua kalinya mereka bertemu yaitu di kantin. Childe memandangi zhongli yang sedang makan,senyum kecil terpampang jelas dan itu membuat ketampanan childe jadi bertambah. Membuat siswi siswi menjerit karena pesona childe yang terlalu wah.
Childe menatap ke sekeliling bingung,"Ada apa dengan mereka..? Apa terjadi sesuatu?"
Zhongli yang sedang makan serambi membaca buku melirik kearah childe dengan malas,"dasar bodoh.."
"Eh? Kakak mengatai siapa? Aku ya?" Tanya childe.
Zhongli mengubah ekspresi wajahnya menjadi senyum ramah,"siapa bilang? Aku hanya mengumpat karena ada jawaban yang aneh di buku kisi kisi ini.." mengangkat buku yang sedang dia baca.
Childe ber-oh ria membuat zhongli mendengus namun pandangannya teralihkan ketika ada suara yang memanggilnya.
"Morax~" Panggil orang itu.
"Venti,panggil aku zhongli saja jika di sekolah!" Tekan zhongli sambil menatap temannya yang bernama venti dengan tajam.
Venti berjalan kearah zhongli dan childe.
"'Jika di sekolah?' Kenapa tidak boleh memanggil nama itu kak?" Tanya childe.
Zhongli tersentak,menggeleng pelan dengan tatapan yang tidak bisa childe artikan.
"Tidak childe,itu... Itu hanya nama panggilan saat kecil saja." Kata zhongli.
"Ohh.. kak lily punya nama panggilan dari orang lain juga ya ternyata" childe mengangguk paham.
Zhongli mengerinyitkan dahi,sedangkan venti yang baru sampai menahan tawa nya.
"Lily? Huh?" Bingung zhongli.
"Nama panggilan untuk kakak dariku,cantik kan? Seperti orangnya.." childe terkekeh ketika melihat zhongli yang memerah.
"A-apa apaan?! Aku tidak,venti yang iya!" Zhongli menunjuk kearah venti.
Yang ditunjuk langsung kaget,"hei,kenapa jadi bawa bawa aku!"
Childe tersenyum kesekian kalinya,melihat kedua orang yang yang dihadapannya bertengkar. Dimatanya zhongli sangatlah lucu ketika malu malu begitu,childe jadi ingin melahapnya- haha~
"Kak lily,teman kakak memang manis tpi dimata ku kakak lebih cantik darinya."
Zhongli terdiam,dia masih merasa aneh ketika dipuji cantik oleh childe. Dia masih lurus,tapi desiran aneh di dada nya membuat bingung. Zhongli tau sebenarnya itu apa namun ia sangkal,dia sekarang hanya berpikir jika desiran aneh itu hanyalah perasaan kagumnya terhadap wajah childe yang tampan. Tidak lebih. Dia hanya kagum,ok? Dia juga ingin punya wajah seperti childe agar para wanita bisa kagum dengannya.
Zhongli terlalu lama menatap wajah childe membuat sang pemilik wajah ingin sekali menggodanya.
"Jangan ditatap terus kak,aku tau kok kalau aku ini tampan.." kekehan ringan terdengar.
Zhongli baru sadar kalau dirinya melamun sambil menatap childe,dia hanya bisa mendengus sebal. Tidak peduli dengan sekitar lalu kembali membaca bukunya.
Venti yg dari tadi melihat interaksi antara keduanya kemudian duduk disebelah childe lalu memukul bahu childe main main.
"Hey,kau childe kan? Kau pandai sekali ya menggoda senior mu!" Kata venti.
Venti adalah teman zhongli dari sejak awal bersekolah,keduanya cukup dekat karena mereka memang teman dekat. Venti juga tau tentang childe karena zhongli memberitahunya dikelas kalau dirinya suka diganggu oleh salah satu junior sekolah,yaitu childe.
Venti awalnya kaget ketika tau temannya di ganggu,dia penasaran. Jadi sebagai teman yang baik,dia pun mempunyai niat untuk membantu zhongli agar tidak di ganggu lagi. Tapi niat itu hilang ketika tau bagaimana gangguan dari adik kelasnya itu.
"Ah ya,lanjutkan terus usahamu. Aku pasti akan mendukungmu!" Lanjut venti.
"Aku bisa mendengar mu venti! Sebenarnya temanmu itu aku atau dia?!" Marah zhongli.
"Temanku? Childe adalah temanku~"
See? Zhongli harus banyak banyak bersabar– tidak. Sekarang dia sudah tidak bisa bersabar lagi.
"Terserah kau saja pendek." Zhongli ngambek.
Kelakuan imut itu tak luput dari mata childe. Astaga,childe berani bersumpah kalau dia tidak tahan untuk memasukkan zhongli dalam karung lalu membawanya ketempat yang jauh. Hanya ada mereka berdua disana. Ah,mimpi yang indah.
"Saya culik boleh ga sih?" Childe hendak mencubit pipi zhongli namun dengan cepat zhongli tepis duluan tangan itu dengan keras. Childe hanya meringis pelan akibat tepisan tidak main main dari zhongli.
"Jadi pihak bawah jangan kasar Li,nanti di kasar in nangis.." ejek venti.
"Berisik."
"Kak lily ada waktu gak habis pulang sekolah?" Tanya childe tiba tiba.
"Kenapa memangnya?" Zhongli balik bertanya.
"Mau minta tolong sesuatu.."
"Mau mi––"
"Bakal ku kasih tau pas pulang sekolah.."
Zhongli menghela nafas panjang,lalu mengangguk."baiklah.. tunggu aku di gerbang sekolah saat pulang."
"Kau mau minta tolong apa padanya childe? Jangan jangan itu hanya siasat mu karena kau ingin menculik zhongli lalu melecehkannya–" childe menatap tajam venti.
"Ehe–"
"Aku tidak sebejat itu,tapi boleh juga di coba.." kini gantian childe yang di tatap tajam oleh zhongli.
"Bercanda kak,paling cuma grepe dikit doang nanti– akh!" Kepalanya childe ditabok pake buku yang tebalnya sama kek ensiklopedia,sakit woi.. untung sayang.
Tapi serius gapapa,dia keseringan ditabok pake buku sama Zhongli. Childe jadi kebiasaan,moga moga ga goblok ya ggra ditabok Mulu. Kali aja kan otaknya childe geser lagi habis dipukul– jangan lupa,dia belum sembuh dari amnesia nya. Demi ayang sakit parah pun gapapa katanya.
Bel masuk berbunyi,membuat zhongli yang tadi kesal menjadi bernafas lega karena mungkin bisa lepas dari childe––
"Kak,aku anterin sampe kelas ya?"
"Aku bisa sendiri–"
"Tidak,akan ku antar."
–sepertinya memang tidak bisa lepas. Childe menempel terus seperti perangko. Mau tak mau zhongli mengiyakan saja,dia malas berdebat untuk sekarang.
Childe,zhongli dan venti akhirnya pergi bersama keluar kantin,menuju kelas zhongli.
"Nanti ku tungguin loh kak,jangan ngilang ya!" kata childe.
"Iya childe iya.."
"Janji kelingking–"
"Astaga kau kekanakan sekali,aku tidak akan menghilang. Ok?"
Childe mengeluarkan smirk nya,zhongli? Hanya bisa menghela nafas pasrah karena lelah dengan tingkahnya. Childe keras kepala,jika keinginannya tidak didengar maka dia akan menggunakan cara paksaan. Itulah salah satu sifat childe yang zhongli tau karena mereka selalu bersama beberapa hari terakhir.
"Ekhem!" Venti berdehem.
"Serasa dunia milik berdua ya? Yg lain cuma ngontrak!" Celetuk venti kesal namun malah diabaikan oleh keduanya.
Venti geram,dia benar benar dilupakan. Entahlah sekarang venti gak tahan liat orang yang uwu uwu-an,dia jadi iri. Dia pengen punya pacar biar gak jadi obat nyamuk. Nasib gada doi. Poor venti! Gada gitu yang pengen jadi pacarnya venti..?
Tbc!
Kok bisa ayato,thoma,venti disini? Bakal di jelasin di beberapa chapter berikutnya. Jadi tunggu aj–
Kemaren udah mau up tpi ke reset,kan menganjing. Skrng baru ada mood bikin ulang. Moga ga jelek jelek amat ya ceritanya 🌚
See you,dude–
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Amor [ Tartali ]
Romance[ Modern au ] Tartaglia, anak dari seorang mafia besar di negaranya. Walau pekerjaan gelap orang tuanya itu tergolong rahasia, tapi tetap saja masih banyak orang di luar sana mengincar nyawanya. Namun sebuah kecelakaan membuat kepribadian dan kehidu...