Chapter 24

212 25 7
                                    

Setelah terjadinya pertikaian antar dua perusahaan tadi, childe langsung pulang. Awalnya dia ingin membeli oleh oleh terlebih dahulu untuk zhongli. Namun setelah mendapat kabar adanya penyusup di rumah sakit, tanpa pikir panjang childe langsung bergegas pulang.

Di perjalanan, childe terus panik. Dia panik karena takut terjadi apa apa pada zhongli. Ingatan masa lalu yang sudah dia ingat beberapa minggu yang lalu, kembali terbayang bayang begitu jelas bagaikan rekaman layar.

Dimana saat itu dia harus merelakan zhongli tidak bisa bersamanya. Childe memijat ujung pelipisnya, dia kemudian memandang keluar jendela mobilnya. Begitu banyak hal yang dia pikirkan.

Childe menghela nafas panjang, coba untuk menenangkan dirinya sendiri. Kepalanya cukup sakit saat ini karena rasa paniknya. Dia ingin sekali menghubungi zhongli, tapi tidak jadi karena dia dapat kabar kalau zhongli baik baik saja. Kabar dari siapa? Sebelum pergi, childe tentunya sudah menyuruh seseorang yang terpercaya untuk menjaga zhongli.

Childe sebenarnya bingung. Bagaimana mungkin ada musuh lagi setelah kemungkinan pemimpin musuh di tangkap? Apakah sebenernya ada musuh lain? Ataukah karena pemimpin mereka di tangkap, para anak buah tengik itu malah bermain main dengan nya? Pikir childe.

Kabar tentang kematian sang ayah tentu membuat nya terkejut. Tidak, childe sebenarnya tidak terlalu peduli pada ayahnya. Hanya saja, jika ini terus berlanjut, maka akan sangat berbahaya.

Tentu berbahaya karena childe lah yang harus menggantikan tempat kosong kekuasaan sang ayah. Jika itu terjadi, maka sesuatu yang berharga baginya pasti akan di incar juga. Dia juga tidak mungkin memberi itu semua tanggung jawab itu pada adik adiknya, kan? Gila saja.

Ah sial, mau tak mau dia harus bekerja keras ekstra jika begini. Dia kemudian membuka layar ponsel nya ketika ada dering sebuah pesan masuk.

Childe membuka pesan itu, memandangi dari sebuah nomor tidak dikenal. Pandangan childe menjadi begitu tajam ketika membaca pesannya.

'Lihat saja, kau akan mati.' lampiran dari pesan tersebut.

•~•~•~•

"Bagaimana mungkin kau bisa terluka?!!" Sebuah teriakan yang begitu nyaring terdengar dari sebuah kamar rumah sakit.

Zhongli, yang tengah terbaring di ranjang pasien rumah sakit hanya mendelik tajam memandangi seseorang yang berteriak sebelum nya. Bukan karena apa, hanya saja itu begitu berisik. Teman macam apa yang mengomeli temannya sendiri ketika sakit? Geram zhongli.

"Berisik. Kau akan semakin membuat nya sakit!" Kata pria lain yang sedang duduk di kursi lain, memandang tajam.

"Kau tau apa?! Aku ini temannya zhongli. Harusnya aku curiga padamu, aku tidak kenal kau!" Marah laki laki yang tak terlalu tinggi itu.

"Aku temannya Childe, namaku Kaveh. Aku di suruh childe untuk menjaga temanmu itu."

"Namamu Kaveh? Oh kalau begitu salam kenal, namaku Venti. Temannya zhongli."

Kaveh kemudian melirik ke arah zhongli lalu mendengus,"Kau berteman dengan anak spesial, zhongli?"

"Maksud mu apa mengataiku anak spesial?!" Lagi, venti marah.

"Aku tau kau faham apa yang ku katakan. Ya, aku mengatai mu seperti itu." Kaveh nampak memandang Venti dengan tatapan mengejek.

"Kau...!!"

Pada akhirnya kaveh dan venti saling melemparkan kata kata pedas untuk menjelekkan sang lawan. Ini sebenarnya bermula saat venti baru datang. Dia saat itu mendapat kabar jika zhongli terluka, tentu dia langsung bergegas mendatangi sahabat nya itu.

Mi Amor [ Tartali ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang