[H-23] Dibatas Kematian

485 48 0
                                    

Mereka seolah bisa meletakan dunia di telapak tangannya. Bermain lalu menyelesaikan begitu mudah. Kenapa aku tak bisa?

OoO

Melihat gerak gerik mata serta tubuhnya, aku tahu dia sangatlah pengecut, laki-laki paling pengecut yang pernah aku temui di dalam hidup. Dia Dion sekaligus predator mengerikan.

"Greya pacar kakak lo? Hah? Bercanda?"

Aku mengabaikan Jeko, fokusku tak teralih pada Dion, sedari tadi dia merenung dan entah apa yang membuat dia melakukan hal memuakkan begini.

"Jangan bercanda, Ula. Mana mungkin Greya melakukan itu."

"Dia gak bohong goblok! Emang si Greya itu pelakunya. Gue di sana!" Jeko ngerocos gak jelas, lagi.

"Seperti dugaan, lo gak bakalan percaya."

"Dia tahu lo adik gue."

"Iya kah? Kapan lo ngasih tau dia? Sejak pertama pacaran dengannya? Atau, baru akhir-akhir ini?"

"Dari awal. Dari pertama kita kenalan."

Dari awal katanya. Jika memang selama ini dia sudah mengenalku, kenapa dari awal itu Greya memberiku luka dan menyakiti. Kenapa?

"Apa luka-luka yang lo peroleh semua dari dia?"

"Ya," aku terkekeh. Aneh sekali bukan, seorang kakak yang tak mengetahui apa-apa, memang tak pernah kuberitahu setidaknya cobalah untuk bertanya.

"Sekarang lihat, kebencian gue sama lo semakin bertambah, kan?"

"Ula-"

"Bagaimana kalau kita bikin satu perjanjian. Lo hanya perlu menuruti keinginan gue, maka akan gue berikan lo maaf."

"Serius lo mau maafin gue?" aku mengangguk. "Apa? Gue bakal lakuin."

"Putus dengannya!"

OoO

Seperti inikah rasanya bahagia dibatas kematian, layaknya bunga mekar di atas bara api. Aku bersiul dalam langkah besar, meloncat ke sana ke mari seperti orang gila, memang gila.

"Sadar Ula, lo gak boleh lakuin ini."

"Sejak kapan Jeko memperingati gue antara boleh atau enggak. Jeko yang gue kenal, bakalan suka dengan semua kelicikan apa lagi kekerasan fisik. Yah, meskipun korbannya gue."

"Lo bilang yang asli udah mati, kan? Jadi tolong terima gue sebagai Jeko yang baru."

"Lo, gak bakalan bisa menggantikan Jeko," aku menghentikan langkah. Menatap dirinya yang sudah pasti tak mampu dilihat orang banyak, kami bersitatap sejenak, setidaknya berhasil membuatku berpikir ada banyak cerita di balik netra hitam pekat itu.

"Dan gue gak mau Jeko yang baru."

"Gadis gila!"

"Lo pikir, lo bisa membawa gue masuk ke dalam dunia yang lo punya seperti Jeko membawa gue? Ha? Gak!"

"Ula-"

"Ula. Anjing! Lo bilang apa sama Kak Dion?"

Bruk...

Janji 30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang