16

5.2K 589 9
                                    

-


-



Perjalanan mereka tidak membutuhkan waktu lama. Jaemin dan Jeno telah tiba  di kota kelahiran Jaemin. Omega itu terlihat gugup di balik masker yang menutupi sebagian wajahnya. Jeno bahkan bisa melihat bagaimana Jaemin tampak merasa ragu dan sedikit gelisah. Jeno meraih jemari Jaemin hingga tautan keduanya bersatu.

Hanya sebuah senyum tipis yang Jeno berikan namun mampu membuat Jaemin merasa tenang.

Jika restu tak ia dapatkan, Jaemin tak memiliki cara lain selain menyerahkan tahta miliknya kepada orang lain.

“Tuan Jaemin, Yumi-san sudah menunggu anda di dalam.”

Jaemin hanya menunduk sedikit. Ia menarik lengan Jeno untuk pergi bersama dengannya.






-






“menikah?”

Jaemin mengangguk cepat. Ia melirik Jeno lewat ujung matanya dan Jaemin bisa melihat bagaimana datarnya wajah Alpha itu selama menatap adik sang Ayah.

Yumi bergantian menatap Jaemin dan Jeno. Tangannya bergerak pelan meraih cangkir teh yang masih mengepulkan asap. Di sesapnya sedikit cairan itu sebelum menjawab pertanyaan Jaemin.

“Klan kita sudah tidak sebesar dulu Jaemin. Aku tidak yakin apakah mereka yang tersisa mau menerima kehadiran calon pemimpin yang tidak pernah mereka ketahui. Bahkan aku sendiri baru mengetahui semuanya sebelum Ayahmu meninggal.”

Jaemin terdiam mendengarkan. Ia tidak akan membantah jika memang benar adanya apa yang di katakan oleh Yumi. Tetapi jika Jaemin tidak mencoba bagaimana ia bisa tahu? Ia akan meminta restu apapun yang terjadi.

“Kau bahkan belum menduduki tahtamu. Bagaimana mungkin kau menyerahkan kursi itu untuk seseorang yang kau sebut Mate?” Yumi menegakkan tubuhnya. Tatapannya kini berpaling pada Jeno.

“Ku dengar kalian memiliki ikatan karena kelalaian Jeno?”

Jaemin terdiam semakin dalam. Jemarinya mengepal menahan segala kalimat yang ingin ia keluarkan.

Sudut bibir Yumi terangkat. Ia mendapatkan apa yang diinginkan.

“Bukankah terlalu terburu-buru jika kalian memutuskan menikah?” Yumi tersenyum tipis.

“Apa yang salah dari pernikahan oba-san?” Jaemin mengangkat wajah. “kami hanya ingin mendapatkan restu untuk menikah.”

Yumi membalas tajam tatapan Jaemin.

“Apa yang kau ketahui dari pernikahan?” Yumi meninggikan suara. “bahkan ikatanmu dengan Jeno tidak terjadi karena kalian saling mencintai.” Yumi masih menatap Jaemin. “Bagaimana aku bisa yakin jika Jeno tidak sedang memanfaatkanmu?”

“Oba-san!” Jaemin berdiri dengan tangan terkepal. “kau sudah keterlaluan.”

Jeno hanya terdiam. Jauh di lubuk hatinya ia ingin mengeluarkan kalimat. Namun mereka sudah melakukan perjanjian sebelum memasuki ruangan Yumi. Jeno di larang Jaemin untuk ikut campur bagaimanapun kondisi mereka kecuali jika sudah membahayakan Jaemin, Jeno tidak akan diam saja.

Yumi membuang nafas. Ia kembali menatap Jaemin.

“Kau tidak tahu apa-apa Jaemin.” Yumi berkata.

“Kau tidak tahu apa yang di lakukan keluarga Lee pada Ayahmu!”

Jaemin berpaling menatap Jeno yang saat ini juga tengah menatap ke arahnya. Mereka saling memberikan tatapan bertanya.

Forced Mate [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang