08 🔞

23K 2.2K 432
                                    


-

-

-


-


"Hari itu mengapa kau menolakku?"

Young Jae menyentuh garis rahang Jaemin. Menelusurinya hingga sampai ke belahan bibir. Dengan tenaga yang tersisa, tangan Jaemin terangkat menyingkirkannya.

"Aku tidak bisa Young Jae." Jaemin menjawab pelan. Nafasnya tak beraturan namun Jaemin berusaha menenangkan dirinya.

Young Jae beranjak dari posisinya, menghapus jarak di antara mereka, Jaemin menahan nafas.
Debaran jantungnya kembali menggila, kali ini karena Young Jae tidak hanya menyentuh bagian lehernya namun ia mulai melepas satu persatu kancing kemeja yang di kenakan Jaemin.
Jaemin tidak mampu bergerak, obat itu melemahkan seluruh sarafnya, ia terus berusaha mencoba menyingkirkan jemari Young Jae yang perlahan mengusap perutnya yang terbuka.

"Young Jae. Ku mohon berhenti..." Jaemin berkata lirih. Matanya berkaca-kaca berharap permintaannya akan terpenuhi.

Young Jae menggelengkan kepala.

"Maaf Na, tapi aku tidak bisa melepaskanmu."

Jaemin menggeleng kencang.

"Aromamu harum sekali....." Young Jae berkata lirih sambil mengendus perptongan lehernya.

Jaemin meneteskan airmata. Ia terus mencoba mendorong Young Jae tetapi lelaki itu justru mengunci kedua tangannya.

"Young Jae, kau tahu konsekuensi apa yang akan kau terima?"

"Ya. Tentu saja.... Kita akan mati bersama-sama. Kau takut?"

Jaemin menggelengkan kepala.
"Rasa malu. Ibumu akan merasa malu memiliki Putra sepertimu."

Young Jae menatapnya dingin. Ia mencengkram kuat kedua tangan Jaemin. Amarahnya memuncak saat Jaemin menyebut Ibunya.

"Bibir ini, " Young Jae mengusap bawah bibirnya. Jaemin bergetar ketakutan. "tidak seharusnya bicara Na Jaemin!"

Young Jae ingin menciumnya, namun sebelum itu terjadi guncangan pada tubuhnya membuat Jaemin terbangun dengan peluh yang membanjiri keningnya.

Mimpi buruk yang kembali datang.

Jaemin terpaku menatap seorang Jeno yang saat ini tengah memandangnya dengan kening kerkerut.

"Kita sudah sampai." Jeno berkata datar.

-

-

"Mark tidak akan datang, Mansion tidak dalam keadaan aman, tapi beberapa temanku akan kemari menjemput kita. Jangan takut." Perkataan Hyunjin tidak bisa memberikan ketenangan untuk Haechan. Ia baru mengalami ini, tekanan energi yang mencoba mendekati rumah mereka. Sepertinya mereka terkepung, Hyunjin bisa merasakannya, satu langkah saja mereka mencoba keluar rumah maka serangan mungkin akan datang tanpa peringatan.

"Apa yang mereka cari? Kami tidak memiliki apapun." Renjun berkata, tangannya sibuk mengusap punggung Haechan yang bergetar dalam pelukannya.

"Kau lupa Jaemin bukan Omega biasa." Seungmin menginterupsi. Masalah mereka tidak hanya sekedar siapa Jaemin dan apa yang mereka inginkan, tetapi mereka berniat menghancurkan dua Pack besar.

"Maksudmu?" Renjun bertanya kebingungan. Baginya terlalu banyak hal yang di sembunyikan Jaemin, bukankah mereka adalah keluarga mengapa Renjun tidak mengetahui apa-apa.

"Apa yang kalian sembunyikan dari kami? Apa aku dan Haechan tidak cukup di percaya untuk mengetahui masalalu Jaemin? Apa rasa khawatirku dan Haechan tidak cukup membuktikan jika kami pantas untuk berada di samping Jaemin? Seungmin tolong jawab aku!" Renjun menatap Seungmin tajam. Ia berada di sisi Jaemin selama bertahun-tahun, menjadikan mereka layaknya saudara, menceritakan semua rahasia miliknya, berbagi beban yang sama, tetapi Jaemin masih tidak bisa mempercayainya.

Forced Mate [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang