Forced Mate [Nomin]

03

-

-

Jaemin memandang ngeri pada tempat yang mereka jadikan markas, sebuah gedung tua tak terpakai di ujung jalan, Jaemin tidak mengira gedung terbengkalai yang beberapa kali di lewatinya adalah tempat dimana mereka melakukan transaksi jual beli organ manusia.

Jangan katakan jika mereka akan mengambil organ tubuhnya setelah memperkosanya beramai-ramai.

Bajingan menjijikan.

"Bos, aroma miliknya sedikit berbeda.... ini membuatku gila!"

"Jangan mencoba menyentuhnya sebelum aku mencicipinya-"

Jaemin menyeret tubuhnya menjauh. Salah satu kakinya terkilir cukup parah karena salah satu dari mereka menginjak kakinya dengan sangat kuat.

Tubuhnya terus mengeluarkan keringat, bagian bawahnya sangat basah karena cairan alami miliknya terus merembes keluar. Jaemin sangat tersiksa, semakin tahun masa Heat yang ia alami semakin membuatnya sakit jika ia tidak meminum obatnya dengan dosis tinggi. Jaemin menyadari, ia sudah tidak bisa menyembunyikan dirinya lebih lama lagi karena sifat alami para Omega dewasa seperti dirinya akan semakin gila karena keinginan mating mereka yang semakin kuat.

Mereka menyeret kuat kakinya yang terluka menimbulkan jeritan kesakitan Jaemin yang memecah keheningan. Mereka tertawa keras seperti menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Menjamahnya, merobek semua lapisan yang menutupi tubuhnya, mengendus dan menjilati kulitnya.

Jaemin tidak bisa melakukan perlawanan, ia meraih sesuatu yang terlihat melintasi kepalanya, sebuah belati yang tergantung di sekat pinggang seorang yang mencoba menggesek-gesekkan kemaluannya pada wajah Jaemin, Jaemin meraihnya diam diam, mengalihkan wajahnya dari sana, ia nyaris muntah ketika salah satu dari mereka mulai memaksa mulutnya terbuka.

Jaemin menahan nafas. Ia mulai bergerak, berniat menusukkan belati yang ia dapatkan, tujuan awal tusukannya adalah perutnya sendiri tetapi meleset hingga melukai pinggangnya hingga darah mengucur deras dari sana, Jaemin nyaris kehilangan kesadaran atas tubuhnya. Jaemin membenci tubuhnya yang mulai merespon setiap sentuhan mereka, mengeluarkan suara menjijikan dan meminta mereka menjamah lebih. Sisi dirinya yang lain menggeram marah merasa frustasi karena mereka menolak sentuhan itu tetapi nafsu birahi mereka jauh lebih besar.
Jaemin tidak bisa membiarkannya, ia bisa hancur ketika dirinya terbangun.
Jaemin menusukkan belati itu pada bagian paha kirinya, menusuknya berkali-kali membuat Jaemin terus tersadar karena rasa sakit dan juga rangsangan pada tubuhnya.

"Apa yang coba kau lakukan? Berharap kami menghentikan ini? Lihatlah dirimu? Omega rendahan yang mengemis sentuhan..." laki-laki itu tertawa kencang bersama orang-orangnya. Kemudian melucuti satu-satunya lapisan kain yang tersisa dari tubuh Jaemin.

Jaemin memandang kosong udara ketika laki-laki itu menjauh dari tubuhnya hanya untuk melihat bagaimana moleknya tubuh Jaemin yang selama ini tertutup rapat dalam pakaian kebesaran miliknya. Mereka meneteskan air liur dengan menjijikan. Jaemin membenci dirinya, tubuhnya kotor dan tidak ada hal berharga yang tertinggal darinya.

"Menikmati pemandangan indah tanpa memberitahuku adalah sebuah dosa besar..."

Suara bernada rendah, dingin dan dalam begitu mengintimidasi terasa sangat mencekam berhasil mengalihkan perhatian mereka.

Jaemin menghirup rakus aroma pheromone yang memenuhi tempat ini, aroma yang membuat sisi dirinya yang lain menggeram, luapan kebahagiaan yang membuncah. Jaemin mengenalinya tetapi ia tidak bisa mengingat milik siapa.

Suara teriakan memekakkan yang memasuki telinganya membuat Jaemin menolehkan kepala melihat apa yang terjadi.

Kedua iris hazelnya menatap sayu, satu-persatu bajingan menjijikan yang menyentuh tubuhnya terkapar tak berdaya, Jaemin mengenali sosoknya. Seseorang yang tidak pernah terpikirkan akan berada di tempat ini menolongnya dari kehancuran, menolong seorang Omega, kasta terendah yang amat sangat di bencinya.