07

16.1K 2.2K 383
                                    



-

Cuma mau ngasih tau,  fanfic ini abis di revisi.
Sebagian alur aku rombak.
Aku juga mau ngucapin terima kasih sama kalian yang masih ngedukung aku buat nulis lagi.
Terima kasih juga karena sudah mau menunggu Book ini di republish. 😭
Maaf ya jika aku ngelakuin kesalahan. 🙏🏻


-





"Injunnie~"

Rengekan Haechan di abaikan saja oleh Renjun. Mereka sedang berkumpul di ruang tamu bersama Hyunjin. Seungmin dan Jaemin berada di dapur sedang memasak ramyeon. Mereka sedang kelaparan di tengah malam, salju kembali turun dan nampaknya akan ada badai mengingat ramalan cuaca yang di siarkan televisi.

Seungmin sudah menutup tokonya lebih awal dan kembali ke rumah Jaemin bersama Hyunjin. Pasangan ini mungkin akan menjadi penghuni tetap bila Hyunjin masih mendapatkan tugas untuk terus mengawani Jaemin.

"Injunie~"

Kembali rengekan Haechan terdengar. Hyunjin sudah mengawasi keduanya lewat ekor mata, takut dua orang itu akan saling mencakar wajah satu sama lain.

"Tidak Haechan. Kau belum sembuh. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu bila memaksakan diri. Lagi pula besok sudah memasuki libur tahun baru."

Haechan mengerucutkan bibir. Renjun tidak bisa dia sogok dengan apapun. Satu-satunya yang akan mengabulkan keinginannya hanya Jaemin. Tetapi ketika ia mengingat Jaemin sudah memiliki pengawas selama dua puluh empat jam Haechan jadi mengurungkan niatnya.

Haechan mengalami kesulitan, ia tidak bisa pergi kemanapun sendirian dan tidak bisa lepas dari pengawasan Renjun.

Meringsut menjauh dia memilih kembali ke kamarnya.

Merajuk.

Jaemin datang membawa satu panci besar berisikan lima bungkus Ramyeon siap untuk dimakan bersama. Seungmin datang membawa peralatan makan. Tanpa di minta mereka berkumpul melingkari meja.

"Haechan?" Tanya Jaemin ketika ia tidak menemukan sosok Haechan di ruang tamu.

Hyunjin mengangkat bahu, Renjun tidak mengatakan apapun.

Seungmin tak ambil pusing, dia segera mengambil posisi duduk dan mulai memakan Ramyeon yang masih mengepulkan asap.

Jaemin beranjak berdiri, meninggalkan tempatnya dan menyusul Haechan yang sudah pasti berada di kamar.

"Jun, kau tidak seharusnya menolak Haechan dengan cara seperti itu." Ujar Hyunjin setelah memastikan Jaemin sudah pergi menjauh. Renjun menolehkan kepala menatap Hyunjin lalu mengeluarkan dengusan.

"Jika tidak begitu, dia tidak akan mengerti seperti apa bahaya di luar. Haechan hanya tidak mendengar bagian dimana Jaemin hampir mengalami pemerkosaan, bila Haechan sampai tahu, mungkin dia akan berfikir dua kali untuk mencari pekerjaan."

"Lalu mengapa kau tidak mengatakannya? Semua yang terjadi?" Seungmin bertanya, di seruputnya mie terlebih dahulu sebelum membalas tatapan Renjun yang kini sedang menatapnya tak suka.

"Haechan tidak seperti kalian yang akan mengerti hal seperti itu. Dia terlalu polos. Aku tidak mengerti bagaimana otaknya bekerja, mungkin karena kami selalu melindunginya dari hal-hal yang kejam sehingga Haechan selalu menganggap bila semua yang terjadi bukanlah hal yang membahayakan.
Dia mungkin akan membenci jati dirinya bila mengetahui seorang Omega tidak lebih seperti seorang rendahan ketika masa Heat mereka tiba.
Haechan membutuhkan seorang yang bisa melindunginya dari apapun. Aku tidak bisa membayangkan jika Haechan sampai salah mendapatkan seorang Mate."

Forced Mate [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang