Bagian 8 - Suci?!

6.1K 199 0
                                    

Sulthan baru selesai mandi, sekarang tengah bersiap-siap untuk pulang, lebih tepatnya kembali ke Bali. Vira sendiri mencuci piring dan gelas bekas makan minum mereka. Disaat masih sibuk-sibuknya, tiba-tiba terdengar suara bel pintu dibunyikan seseorang.

Baiklah, dahi Vira mengerut, siapa pula pelakunya itu? Perasaan ia tak memiliki kenalan yang mengetahui tempat tinggalnya kecuali ..., Suci! Shit! Kedua mata Vira auto melotot lebar, kepanikan menyerangnya. Tepat saat itu pula Sulthan keluar dari kamar.

"Dad!" bisik Vira sedikit ngegas, ia berlari menuju sang sugar daddy, kembali mendorong tubuh pria itu masuk ke dalam kamar. "Jangan keluar dari sini!" tegas Vira menutup pintu kamar tanpa menunggu sahutan atau jawaban dari pria itu.

Tentu saja Sulthan mengerjap kecil, ia cerna situasi yang terjadi saat ini.

Sedang di luar kamar, Vira menarik napas, menyiapkan mental guna menghadapi Suci. Ada masalah apa sih sahabatnya itu pagi-pagi sudah berkunjung saja?!

Cklek.

Membuka pintu, Vira benar-benar menemukan Suci. "Lo ngapain ke sini?" tanyanya to the poin tanpa berbasa-basi, sekedar menyembulkan kepala tanpa niat membuka pintu lebih lebar.

"Loh, ada larangan?" tanya Suci balik, mendorong pintu dan masuk ke dalam apart sesuka hatinya. Untung kemarin malam Vira sudah merapikan sepatu Sulthan, jadi jika tak diperhatikan dengan benar, pengunjung apartemen tak akan tahu di sini ada tamu.

"Kenapa masuk? Gue nggak nawarin anjir," ujar Vira menyusul Suci yang sudah mendudukan diri di sofa.

"Ya gue mau, mesti banget lo tawar-tawarin dulu?" jawab dan tanya Suci balik.

Vira mendengkus, melirik pintu kamarnya, berharap banyak semoga Sulthan bisa menunggu. "Jadi mau apaan lo?" tanya Vira mendudukan diri di samping Suci.

"Main anjim, kenapa sih? Kok lo keliatan kayak panik gitu?" komentar si sahabat.

Vira merotasi bola mata, bagaimana ia tak panik? Masih ada Sulthan di sini! "Panik lah, lo kayak setan, nggak diundang muncul aje."

"Dih, btw kamar mandi di mana? Gue numpang lah, kebelet."

Suci memang tai kucing!

*****

Di dalam kamar sendiri, Sulthan mendengar suara-suara dari luar, dan sekarang ia langsung paham kenapa Vira mendorongnya bak anak kecil yang tak boleh keluar rumah sebab banyak penjahat di luaran sana.

"Hah ...." Hela napas, Sulthan mendudukan diri ke sisi ranjang, ia langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana. Mengabari asisten guna menghandel semuanya sampai ia bisa keluar dari jerat kegilaan ini.

Selesai memberikan kabar dan titah, Sulthan kembali bangkit dari posisi, ia mendekati meja belajar Vira, melihat-lihat benda yang ada di sana.

Wanita itu benar-benar tak menyia-nyiakan uang yang Sulthan berikan, lihatlah barang-barangnya, mewah bukan main.

Kemudian, Sulthan melangkah menuju lemari pakaian Vira. Setelah sekian lama mereka bersama, baru kali ini Sulthan memerhatikan setiap benda yang Vira miliki, sebelum-sebelumnya jangankan memerhatikan, ingin tahu pun tidak. Dan ternyata Vira menyukai warna biru, lebih tepatnya biru langit yang cerah nan ceria.

Satu tangan Sulthan bergerak membuka lemari pakaian sugar babynya, dan ..., devil! Bagaimana bisa yang ia buka adalah lemari berisi semua koleksi pakaian tidur wanita itu? Dari piyama, lingerie sampai kostum. Ck, Sulthan menghembuskan napas pelan. Jangan sampai ia keringat dingin hanya karena menghayalkan Vira menggunakan yang ini atau yang itu, sungguh lemah! Oh memang benar, Sulthan sangat lemah dengan Vira. Ia mampu menghabisi wanita itu sebanyak yang ia mau, atau, ia mampu melakukan apapun demi mendapatkan apapun yang ia mau dari Vira.

Di tengah kegiatan Sulthan itu, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka.

"Dad ...," panggil Vira berbisik-bisik, wanita itu masuk dan menutup pintu kamar, bahkan menguncinya dari dalam.

Setelah itu barulah mencari keberadaan Sulthan, saat ia temukan liurnya terteguk berat mendapati pria itu berdiri di depan lemari khusus pakaian tidurnya, laknat! "Dad ..., maaf ya, di luar ada temen aku. Daddy nggak buru-buru banget, 'kan? Aku usahakan dia pergi secepatnya, boleh minta waktu Daddy sebentar buat sabar, 'kan?" ujar Vira sudah berdiri di depan Sulthan.

Pria dewasa itu diam, tak langsung menjawab, baik itu persetujuan atau penolakan. Yang ada Sulthan menoleh menatap isi lemari Vira lagi, plus satu tangannya bergerak menelusuri gantungan pakaian itu satu persatu.

Hingga tangan Sulthan berhenti di salah satu kostum, itu ala-ala istri mafia yang seksi. Ambil, Sulthan memberikan pada Vira. "Pakai."

"Ha?"

"Pakai, saya mau lihat. Di sini, di hadapan saya, sekarang."

Vira melotot lebar, hei! Apa yang ada di dalam kepala Sulthan?! Di luar ada Suci, bagaimana bisa Vira mengganti pakaian? Andai Suci mencari dan memanggilnya bagaimana?

"Sekarang, Vira," titah Sulthan sekali lagi.

"Dad, di luar ada temen aku, nanti aja ya tunggu dia pergi?"

"Menolak?"

"Nggak gitu, Daddy. Tap- argh." Belum selesai Vira berbicara, Sulthan langsung menariknya, mendorong hingga punggung membentur lemari yang mengakibatkan ringisan dari wanita itu.

Sulthan menjatuhkan kostum itu ke atas lantai, ia angkat satu kaki Vira memeluk pinggangnya yang saat ini satu tangan lainnya sibuk membuka gespernya sendiri.

"Daddy ..., not now, please ...," pinta Vira tambah panik melihat kilat tak senang di mata Sulthan.

Pria itu ambil peduli? Tidak. Ia menurunkan celana pendek yang tengah Vira kenakan, dan tanpa pemanasan apapun menyatukan diri, membuat Vira memejamkan mata kesakitan.

Damn! Baru beberapa jam yang lalu mereka melakukan ini di dapur, dan sekarang Sulthan melakukannya lagi? Tapi, dengan cara yang jauh berbeda. Yang kali ini kasar bukan main, menyakiti Vira di bawah sana.

Vira masih memejamkan mata, dan tubuh sudah digempur. Tentu saja ia tak bisa menikmati ini, yang ada dadanya bergemuruh sesak.

Disaat ia mengambil keputusan membuka kedua mata, ia temukan Sulthan tengah menatapnya dengan wajah yang benar-benar memerah.

"Sakit?" tanya pria itu serak.

Vira mengangguk, dalam hitungan detik penyatuan terlepas.

"Pakai tangan kamu," bisik pria itu merampas bibir Vira setelah titahnya terlontarkan.

Niat awal, Sulthan ingin menghukum sebab Vira menolaknya, tapi, melihat mimik kesakitan si baby seketika ia sadar, ia yang kesetanan, dasar bajingan. Maka, dikarenakan sudah kadong terpancing gairah jadilah ia butuh pelepasan.

Vira meneguk liur. Jujur saja, ini bukan kali pertama Sulthan minta dipuaskan dengan tangan. Sesekali saat mereka kepepet, hanya itu yang bisa mereka lalukan, tapi, Vira tetap sulit terbiasa, ia ..., merasa aneh menggenggam yang memberikannya kepuasan dunia.

Menarik napas, daripada ia digempur lebih baik ia cepat-cepat menyelesaikan ini.

Baru lagi tangan kiri Vira terangkat ingin menyentuh pusaka Sulthan, tiba-tiba ....

Tok, tok!

Terdengar suara pintu kamar diketuk.

Cklek.

Lalu, berusaha dibuka. 'Ra! Lo di dalem?!' Sialan! Itu Suci! Apa yang harus Vira lakukan?!

He Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang