Bagian 13 - Bali

5.2K 178 0
                                    

Vira dan Suci baru saja menaiki mobil jemputan dari Sulthan, dan sekarang Vira sibuk mencarikan hotel yang bagus untuk Suci, sedang si sahabat itu sibuk melihat keluar jendela dengan noraknya, maklum, ini kali pertama ia datang ke Bali.

"Gue udah booking hotel buat lo ya, Ci. Sehari ini kita pisah dulu, gue ada urusan," ujar Vira menoleh menatap Suci yang pun kontan menoleh membalas menatapnya.

"Loh, maksudnya gimana?" tanya Suci mengerutkan dahi.

"Sehari doang, lo nikmatin waktu sendiri dulu, cari-cari bule lah buat jadi sugar daddy."

"Anjir, jangan main-main ya lo, Viraun! Gue nggak tau apa-apa di sini!"

"Lah, lo pikir gue tau? Belajar lah."

"Vir, jangan gini dong, masa gue dibawa buat dibuang."

Vira mendengkus, ia rotasi kedua bola matanya. "Bukan gue buang, ini biar lo latihan aja jadi cewek dewasa."

"Ck, gue bocil aja deh asal nggak lo tinggalin."

"Prik anjim." Vira meringis kecil, bergidik akan kelakuan sahabatnya. Kemudian ia berujar pada supir, Wanda tepatnya. "Wan, ke sana dulu ya, mapsnya udah saya kirim." Vira mengintrupsi.

"Baik, Nona," sahut Wanda dari balik kemudi.

Mendengar panggilan Wanda untuk Vira dengan keponya Suci berbisik tanya, "Dia siapa kok manggil lo nona?"

"Dia tau gue rada-rada mirip turunan bangsawan, walau nyatanya kagak," jawab Vira santai.

"Anak tai."

*****

Selesai mengantar Suci ke hotel pilihannya, kini Vira sudah turun dari mobil. Ia sampai di villa Sulthan yang memang dikhususkan untuk mereka berdua. "Makasih ya, Wanda," ujarnya tersenyum manis pada bawahan Sulthan itu.

"Sama-sama, Nona, silakan masuk."

Vira mengangguk, mulai melangkah memasuki area villa. Sudah setahun terakhir ia rutin datang ke villa ini, setiap sudutnya sangat Vira hapal, bahkan bagian terpelosok sekali pun.

Villa ini saksi betapa kebosanan Vira tanpa Sulthan, atau betapa gila pria matang itu saat meminta jatah.

Sejujurnya mereka sudah seperti suami istri ldr 'an. Tapi, mustahil hal itu terjadi, bermimpi pun Vira tak berani, cukup Sulthan sudah menjadi sugar daddynya yang baik nan menggemaskan, walau sedikit galak juga.

"Ow, ada yang lagi renang ya," ujar Vira begitu sampai di area kolam renang villa. Di sana ada Sulthan yang baru menyembulkan kepala dari dalam air.

Jelas Sulthan langsung menolehkan kepala, ia bawa kedua matanya bertemu tatap dengan Vira yang menggerling genit, melepaskan koper dari genggaman.

Vira melepaskan flat shoesnya, melangkah mendekati pinggiran kolam renang, dia berjongkok di sana. Oh jangan heran jika Sulthan mendekat, pria itu langsung membawa kedua tangannya mengurung Vira.

Si wanita tersenyum manis, membawa kedua tangan menangkup kedua rahang Sulthan. "Daddy, capek kerja ya?" tanyanya.

"Menurut kamu ada pekerjaan yang tidak melelahkan?"

"Oh iya ya." Vira yang modal mengangkang saja sangat lelah. "Tapi, Daddy harus tetep cari duit, kalau enggak aku dapet duit jajan dari siapa lagi?"

Sulthan mendengkus, kemudian ia meraih satu tangan Vira. "Masuk," titahnya.

"Wait, hp aku disimpen dulu, nggak lucu kalau rusak." Vira bangkit dari posisi berjongkoknya, meletakan ponsel ke samping bathrobe Sulthan, selanjutnya Vira menceburkan diri secepat mungkin, membuat air kolam berombak yang berakhir wanita itu memeluk Sulthan. "Aku pengen jalan-jalan ke luar Negeri deh, Dad, sesekali yuk," ajaknya sembari mengusap air yang ada di wajah, lalu, ia usap rahang Sulthan.

Si pria membalas memeluk pinggang Vira, ia kecup bibir si wanita. "Mau ke mana?" tanyanya turun mengecup dagu.

"Paris? Korea? New York? Jerman? Banyak ih negara yang mau aku datengin, Daddy bisa stres dengernya."

"Kita wujudin satu persatu, tapi sekarang," jeda, Sulthan beralih mendekati daun telinga Vira, juga ia kecup. "Bekerja dulu, Sayang, saya merindukannya," bisik pria itu.

Tentu saja Vira sangat mengerti tanpa perlu dijelaskan. Wanita itu menurunkan satu tangannya, masuk ke dalam air dan membelai kulit punggung Sulthan. "Daddy mau yang gimana?" tanyanya.

"Yang paling kamu sukai."

Oke, Vira tersenyum miring, itu mah gampang! "Tapi ada syaratnya."

Dahi Sulthan mengerut, kenapa jadi ada syarat-syarat begini segala? "Katakan," titahnya cukup penasaran, memundurkan kepala hingga tatapan mereka bertemu.

Namun, sedetik kemudian Vira kembali mendekatkan wajah mereka, hingga puncak hidung saling bertemu. "Daddy harus ngedesah, sebut nama aku."

Damn! Vira sinting.

*****

Keduanya selesai sesaat matahari bersembunyi dari tugasnya menyinari Bali.

Vira akui, setiap ia ke Pulau ini untuk menemui Sulthan bisa dipastikan mereka bermain dengan gila-gilaan. Sulthan sudah seperti seorang suami puasa ranjang selama setahun lebih.

Sama-sama mengatur deru napas, Vira menoleh menatap Sulthan, ia rapatkan tubuh mereka, memeluk sang sugar daddy. "Dad, aku laper ih," ujarnya masih dengan napas terengah.

Sulthan menoleh, sedikit menunduk guna menatap Vira. "Saya pesankan, kamu mau apa?" tanyanya meraih ponsel yang berada di nakas dengan tangan kanannya.

"Hm ..., apa ya?" Vira bergumam, ia gerakkan satu kakinya yang berada di atas tulang kering Sulthan. "Terserah deh."

"Tidak ada menu terserah."

"Ck, maksudnya terserah Daddy mau mesenin apa."

"Ubi rebus mau?" tanya Sulthan sembari mengutak-atik ponsel.

"Daddy!" ngegas Vira.

Sulthan tertawa pelan, ibu jarinya pun menekan nomor bagian pengurus villa.

Selagi menunggu panggilan diterima, Sulthan memilih menciumi ubun rambut Vira yang dengan usilnya menarik-narik kecil kulit bagian pinggang Sulthan. "Daddy udah jarang olahraga ya? Kendor banget, tua!"

"Vira," peringat pria itu tak terima dengan kata tua.

"Dih nggak terima, padahal aku jujur."

Sulthan gigit rambut ubun kepala Vira, tak lupa ia tiup-tiup. "Besok kita olahraga bersama," ujarnya.

"Besok pagi? Aku mau nemenin temen aku loh, Dad."

"Sudah saya katakan waktu kamu di sini milik saya, kenapa jadi milik teman kamu?" Sulthan sinis.

Vira meringis dalam hati. "Oke, tapi abis sarapan aku nemuin dia dulu ya? Malamnya aku balik ke sini kalau Daddy masih butuh aku."

Sulthan berdecak, dan Vira langsung bangkit dari posisi berbaring, masa bodoh dengan tubuh polosnya. "Kalau aku nggak bawa dia dan tiba-tiba Daddy pergi, aku bosen sendirian," ujar Vira cemberut sendiri.

Sulthan memicingkan mata, apa kalimat barusan bentuk protes? Atau keluh kesah hati? "Curhat?" tanya Sulthan menjadikan satu lengannya sebagai bantal kepala.

Vira memukul dada pria itu gemas. "Daddy!"

Sulthan tersenyum sederhana. "Ya sudah kalau memang seperti itu. Tapi ingat, malam balik ke sini. Tiga hari kamu milik saya."

Vira mengangguk paham, beginilah memiliki daddy yang mau menang sendiri, semua perintahnya harus dipenuhi. Tapi, selama duit mengalir, Vira iya-iya saja dengan apapun mau pria ini. "Ayo mandi, aku beneran laper!" ujarnya bergerak bangkit turun dari ranjang.

He Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang