Bagian 10 - Sulthan dan Deris

5.8K 204 0
                                    

Vira melangkah ringan di koridor kampus, saat ini sedang mengincar ruangan Deris. Bisa gawat jika ia kembali membuat dosen baru itu mengamuk.

"Oi!" Tiba-tiba Suci muncul di samping tubuhnya, merangkul bahu ala-ala pria.

"Paan?" tanya Vira.

"Mau ke mana lo?"

"Ruangan dosen kesayangan lo."

"Oh pak Deris?" tanyanya.

Vira menoleh menatap Suci. "Beneran dosen kesayangan lo? Goblok," ujar Vira bergidik ngeri.

Suci tertawa. "Abisnya cuma dia yang ganteng."

"Najis."

"Yeee." Suci menyenggol lengan Vira dengan lengannya. "Jujur aje ngapa."

"Dih, ganteng tuh relatif, kalo di mata lo dia ganteng, belum tentu di mata gue dia juga ganteng," balas Vira membelokkan langkah ke kiri saat mereka sampai di koridor simpang empat.

"Bacot nian temen gue."

Vira hanya mengibaskan rambutnya. Benar bukan? Kalau di mata Suci Deris itu tampan, ya di mata Vira tetap Sulthan yang paling tampan.

"Gue ikut deh ya, pengen liat kegantengan pak Deris," ujar Suci memasang pancaran berbinar.

Vira merotasi bola mata. "Serah lo sih."

Hingga akhirnya Suci benar-benar mengikuti langkah Vira.

Di saat mereka masih melangkah menuju ruangan Deris, tiba-tiba tiga gadis dengan pakaian seksinya menghadang langkah Vira.

"Lo yang namanya Vira, 'kan?" tanya gadis yang berdiri di posisi tengah, agaknya bos tukang ngatur-ngatur.

"Iya, kenapa?" balas Vira mengerutkan dahi.

"Lo dapet sugar daddy di mana sampek sekaya itu?" To the poin.

Dahi Vira mengerut.

"Maksud lo apa?" tanya Suci merespon.

"Katanya yatim piatu tanpa harta, gimana cara lo punya mobil semewah itu kalo bukan ngejual diri?"

"Heh! Mulut lo comberan banget!" Suci langsung ambil maju satu langkah. Baginya, tidak ada yang boleh menghina Vira lebih kejam dari dirinya.

Vira sendiri belum buka mulut, ia menatap tiga gadis yang ternyata hanya serpihan sampah dalam hidupnya.

Tanpa mau repot-repot membuka mulut, Vira memilih melanjutkan langkah. Ia lewati saja tiga manusia itu.

"Gue belun selesai ngomong!" Si gadis tadi menoleh menatap Vira yang dengan kebaikan hati masih sudi menoleh.

"Ngebacot sama tembok aja ya, Nek," balas Vira tersenyum manis, lebih ke arah mengejek.

Suci yang mendengar itu terbahak kuat. "Mampus lo!" ujarnya bergerak menyusul Vira yang sudah melanjutkan langkah menuju ruangan Deris.

"Viraun! Tungguin gue!" teriak Suci berlari ketar-ketir sendiri.

*****

Tok, tok.

Vira mengetuk daun pintu di depannya dengan mental yang sudah sangat ia persiapkan. Wanita muda itu menarik dan menghembuskan napas guna menghadapi neraka mahasiswa dan mahasiswi, yaitu bertemu dosen.

"Masuk," sahutan dari dalam.

Sekali lagi Vira menarik napas.

Cklek.

Ia buka pintu ruangan Deris, akan tetapi, belum lagi ia melangkah masuk, kakinya sudah terpaku saja melihat siapa yang ada di hadapan Deris.

"Ada apa?" tanya dosen muda itu menatap Vira.

He Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang