Bagian 11 - Sedikit Perasaan Beruntung

5.4K 188 0
                                    

Akhirnya Vira duduk di sini juga, di depan Deris yang sedang menulis sesuatu di atas kertas, entahlah apa, yang pasti Vira memilih diam, ia yakin itu pilihan terbaik, atau bisa saja dirinya habis digerauk oleh Deris yang galak ini.

Menunggu beberapa detik, akhirnya Deris selesai, kini sibuk menutup pena yang tadi ia kenakan untuk menulis. Setelah itu, meletakan pena tersebut ke atas meja, ia mendorong kertas yang ia tulis-tulis ke hadapan Alexa. "Kerjakan semua ini, berikan pada saya dua hari dari sekarang, harus," ujar pak dosen dengan mimik datarnya.

Vira tegak liur, ia gigit bibir dalamnya. Oh Tuhan, ingin sekali rasanya Vira mencubit bibir Deris. Tahan, sabar, tahan lagi, sabar lagi.

Menarik napas, Vira berujar, "Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi." Vira pun bangkit dari duduk, pamit pergi sebelum ia kehabisan kesabaran.

Deris tidak ambil peduli, masa bodoh dengan mimik tertekuk Vira, yang ia ambil peduli hanya hasil akhir, lebih tepatnya itu.

Well, sesaat keluar dari ruangan Deris, Vira menahan lelehan larva yang sudah mendidih. "Hah!" hembus napasnya kasar.

*****

Jadi, jangan heran jika saat Vira frustasi mengerjakan semua tugas yang diberikan untuknya, ia ingin sekali menghubungi Sulthan. Hanya saja mustahil rasanya ia menghubungi lebih dulu, bisa-bisa Vira digampar di atas ranjang. "Ck sial, semua karena daddy!" gumamnya tekuk wajah setekuk-tekuknya. Ia baringkan tubuhnya dengan mata terpejam, ingin sekali ia tidur saja. "Hah!" Tapi, tidak bisa, tugas ini harus selesai dan jangan sampai Vira berurusan dengan Deris lagi, cukup sekali ini saja.

Kembali membawa tubuh telungkup dari telentang, ia pun menatap layar laptopnya. Menyebalkan sekali! "Sabar, Vir, sabar. Orang sabar disayang Sulthan," gumamnya. "Kalo udah disayang, pasti kaya raya," lanjutnya. Vira mengangguk yakin, setelah itu kembali mengetik, melanjutkan acara tugas menugasnya.

Baru beberapa menit berlalu, tiba-tiba ponsel Vira terasa bergetar. Ia lirik layar benda pipi itu, dan ia temukan inisial yang selalu mendatangkan senyum lebar di bibir Vira.

Namun, yang kali ini ia malah cemberut jelek. Kembali membawa tubuh ke posisi telentang, Vira menerima panggilan telepon dari Sulthan. "Halo."

'Jelek banget suaranya, lagi di mana, Baby?'

Wahhh, Vira auto memejamkan mata, menahan umpatan. "Di apart," jawabnya singkat, sukses membuat Sulthan menjadi pelampiasan dari rasa kesal.

'Yakin?'

"Iya, Dad."

'Kalau begitu video call.'

Tanpa basa-basi atau menunggu kesediaan Vira, Sulthan langsung mengubah mode panggilannya.

Vira merotasi bolan mata, setelah itu ia pun menjauhkan ponsel dari daun telinga, ia terima panggilan video call dari Sulthan. Yang mana baru juga tersambung dua detik, Vira langsung diserang keterkejutan hingga ponsel jatuh dari genggaman. "Uhuk-uhuk!" Lantas ia terbatuk, awalnya, akhirnya hanya pura-pura. "Dad, ke mana bajunya? Nanti masuk angin loh, udah tua juga," ujar Vira berdeham, lirik-lirik tubuh Sulthan yang memang menggoda iman.

'Saya ingin tidur, terasa gerah,' sahut pria itu ringan.

Vira berlagak mengangguk-angguk biasa saja, padahal, wah ..., mulutnya siap mengomel.

Keduanya terdiam, saling menatap dengan ending Sulthan tersenyum manis. 'Kenapa, hm? Kamu ada masalah?'

"Ada," jawab Vira tanpa pikir panjang siap mengadu.

'Kenapa?'

"Si Deris jahat banget tahu, Dad! Masa aku dikasih tugas seabrek cuma karna dua kesalahan kemarin. Nggak adil! Sok galak! Benci banget sama dia!" Vira berhasil, sudah ia muntahkan semua isi kepalanya kepada Sulthan.

Si pria tersenyum kecil, maklum. 'Mau saya bantu?' menawarkan, Sulthan hanya berniat membuat Vira kembali tersenyum ceria, sebab satu harian ini wanita itu terus-terusan menekuk wajah.

"Mau! Boleh!" Riang Vira bangkit dari posisi berbaring, ia mendudukan tubuh bersama senyum lebar.

'Tapi, sebelum dibantu kamu tau harus apa bukan?' tanya Sulthan tersenyum miring.

Vira menghembuskan napas pelan, tapi, tetap mengangguk paham. "Sekarang nih?" tanyanya.

'Tentu saja.'

Dalam hati Vira sudah mengumpat, Sulthan benar-benar pria tua yang semakin lama kesintingannya semakin terlihat.

Pria itu masih sempat meminta bayaran berupa gerakan seduktif dari Vira, tahu hanya untuk apa? Menonton pertunjukan! Itu saja. Memuaskan hasratnya.

Mungkin mereka menghabiskan waktu sekitar lima sampai enam menit untuk hal itu, yang mana Vira menutupnya dengan gerakan sok-sok membuka piyama padahal hanya menggoda tipis.

Sulthan mendengkus, ia pun terlihat bangkit dari posisi berbaring. 'Kirim tugasnya, kita kerjakan bersama,' ujar pria itu melangkah menuju meja kerja.

Terang saja Vira tersenyum lebar, ia juga bergerak bangkit turun dari atas ranjang, berlari kecil menuju meja belajar. "Bentar ya, Dad!" Semangatnya meletakan ponsel ke atas meja sana, lalu, berlari lagi menuju ranjang, ia bawa laptopnya ke atas meja belajar, kemudian balik lagi menuju ranjang guna mengambil buku dan kertas-kertas yang berserakan di atas ranjang.

Memiliki sugar daddy seperti Sulthan memang tiada tanding, pria itu terlalu royal, pada hal apapun, termasuk berbagi ilmu pengetahuan.

Well, sesaat sudah berhasil merapikan barang-barangnya, kini Vira mendudukan diri di kursi.

'Sudah?' tanya Sulthan dari seberang sana.

Vira mengangguk bersama senyum lebar. "Udah! Skuy!!!"

Kepala Sulthan menggeleng, pria itu sudah seperti bapak-bapak yang saat ini tengah memberikan bimbingan pendidikan untuk sang anak gadis.

Keduanya mulai berdiskusi, saling bertungkar pendapat, atau hanya Sulthan yang memberikan pendapat. Keduanya fokus, menghabiskan waktu hanya untuk itu.

Vira memerhatikan bagaimana Sulthan tampak begitu berwibawa saat menjelaskan bahan darinya. Sial, mana pakai acara pria itu bertelanjang dada segala lagi, dasar menyebalkan, membuat fokus Vira terbagi dua saja.

'Paham, Baby?' tanya Sulthan dari seberang sana.

Tidak pakai lama Vira mengangguk. "Paham, Dad!" jawabnya, walau jauh dari kenyataan. Sumpah demi apapun yang baru Sulthan jelaskan benar-benar tidak masuk ke dalam telinga Vira, bahkan materi bagian mana saja Vira tidak tahu.

'Coba jelaskan ulang,' titah Sulthan.

Shit! Vira auto teguk liur. Mampus sudah, apa yang harus ia lontarkan?!

Diam terlebih dulu, Vira pun hela napas saat melihat Sulthan memasang mimik menunggu. Sudah lah, sudah bisa dipastikan sebenarnya Sulthan mengetahui kebodohannya, hanya saja pria itu sedang mengejek.

"Ck, abisnya Daddy nggak pakek baju, aku jadi susah fokus!" keluh Vira menekuk wajah.

'Jadi saya yang disalahkan?'

"Iya! Pakek baju dong, Dad!" Vira cemberut kian jelek.

Sulthan mendengkus. 'Saya jadi ingin telanjang saja, kamu mau lihat?'

Vira melotot lebar. "Daddy!!!" teriaknya penuh peringatan.

Sulthan tertawa kecil, menyugar rambut yang mana gerakan itu sangat terlihat menggoda iman kaum hawa. Argh! Apakah jiwa-jiwa liar Vira sudah terasah hingga ia semudah ini dirayu oleh bapak-bapak tanpa anak itu?

'Kamu mau lihat, Baby?' bisik Sulthan terlihat berdiri dari duduk, tampak sangat gagah.

Vira teguk liur, apakah pria itu akan melakukan seperti yang sering Vira lakukan? Tapi, dilihat dari gerakan Sulthan yang mulai meraih ponsel, agaknya ....

'Kalau mau, datang lah ke rumah kita,' bisiknya.

Benar bukan?! Vira diprank!

He Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang