Bagian 3 - Baby

10.8K 350 0
                                    

Vira melangkah keluar dari lift, pagi ini ia memiliki jam kuliah, dan karena mobil keinginan belum ada di depan mata, mau tak mau Vira pergi lebih cepat, sudah pasti mengandalkan taksi online.

"Mbak, Vira!" Tiba-tiba ada yang memanggil Vira, itu resepsionis apartemen, seorang gadis berumur dua puluh tahun.

Terpaksa langkah Vira terhenti, lalu menoleh menatap resepsionis itu, Adel namanya. "Kenapa, Del?"

"Ini nih ada titipan paket buat Mbak Vira." Adel mengeluarkan satu paper bag besar dari balik mejanya.

Kedua mata Vira pun membola, bisa ia lihat logo di paper bag itu, logo perusahaan Sulthan! Oh makeup pesanannya 'kah?

Vira melangkah mendekati meja kerja Adel, langsung mengecek apakah benar ini pemberian daddy gulanya? And jackpot, benar! Hal paling menggiurkan, paket lengkap tanpa minus apapun. Ya Tuhan, nikmat mana lagi yang Vira dustakan? "Thanks ya, Del. Boleh titip sama kamu dulu nggak? Aku buru-buru jadi nggak bisa naik ke kamar lagi."

Adel tersenyum manis. "Boleh dong, Mbak. Tapi, jam kerja Adel sampek jam lima ya, kalau lewat itu Adel titipin sama temen."

"Sip, love you lah. Yaudah aku berangkat, see you!" Vira ambil langkah cepat, taksi pesanannya sudah datang.

Inginnya sih Vira menghubungi Sulthan, mengucapkan satu dua kata terima kasih, tapi dalam perjanjian mereka, si daddy menuliskan larangan itu, agaknya takut ketahuan seseorang bahwa ia sedang main api bersama Vira.

Yasudahlah, saat ketemu nanti Vira bisa mengatakan rasa terima kasihnya. Lagipula, saat ini Sulthan pasti sibuk.

Begitu keluar dari lobby apart, indera penglihat Vira langsung mencari plat yang tertera di aplikasi.

Ia menemukan, kakinya melangkah mendekati mobil itu. Hanya butuh waktu beberapa detik saja kini Vira sudah berdiri di sisi mobil yang jendelanya perlahan bergerak turun.

"Mbak Vira ya?" tanya si supir, masih terlihat muda dan segar.

"Iya, benar," jawab Vira tersenyum ramah, sopan. Langsung saja ia membuka pintu belakang mobil, masuk yang berakhir mendudukan diri.

"Sesuai maps ya, Mbak."

"Iya, Bang."

Mobil mulai bergerak, membawa Vira menuju kampus.

*****

Sedikit terlambat, karena itu Vira dipaksa berlari terpontang-panting di koridor kampus, mampus sudah, ia tahu pasti dosen macam apa yang saat ini tengah mengisi kelas.

Mencoba mengikis jarak diri dengan ruang belajar mata kuliah saat ini, Vira membutuhkan puluhan detik, memang tidak sampai menyentuh menit, akan tetapi tidak mungkin napasnya tak segal.

Begitu menghentikan gerak kaki, Vira menyembunyikan diri terlebih dulu, ia atur napasnya, ia rapikan penampilannya. Demi apapun yang ada di bumi ini, Vira yakin ia akan diceramahi panjang kali lebar oleh si tua bangka. Ah ..., mau tak mau inilah yang harus ia lewati.

Menarik napas, kaki langsung bergerak. Dalam hitungan tiga detik ia sudah berdiri di ambang pintu ruangan, membuat dosen yang tadi sedang menjelaskan materi terdiam. Menatap ke arah Vira.

Namun, tunggu dulu. Siapa yang tengah Vira lihat ini? Bukankah dosen mata kuliah ekonomi adalah bapak-bapak gendut nan botak? Kenapa sekarang menjadi pria muda, tampan, elok dipandang.

"Siapa?" tanya pria muda itu, yang jika dilihat-lihat sepertinya dosen baru.

"Permisi, hm ..., maaf, Pak." Vira melangkah, mencoba tidak gugup atau terintimidasi oleh tatapan pria itu. "Saya terlambat," lanjutnya sesaat sudah dekat dengan si dosen muda yang ..., lumayan tampan.

He Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang