Bagian 15 - Tidak Terima

4.8K 181 1
                                    

Sejak selesai mandi, Sulthan jauh lebih banyak berdiam diri, pria itu pun tak henti memerhatikan gerak-gerik Vira. Ia perhatikan bagaimana Vira bersiap-siap tidur, ternyata ritualnya lumayan banyak juga. Mulai dari memakai skincare sampai memakai body lotion, bahkan wewangian yang lainnya. Lalu, menyempatkan diri menyisir rambut, memakai vitamin agar helai itu tetap lembut mengkilau.

Barulah setelah semua perjuangan, kini Vira sudah naik ke atas ranjang, ambil duduk di samping Sulthan.

Vira menjulurkan tangan kanannya, menyentuh rambut Sulthan yang masih berantakan dan lembab. "Susah ya Dad ngeringin rambut doang?"

Sulthan tak menjawab, ia tatap Vira yang menyisir helai rambutnya.

"Bentar ya, aku ambilin handuk sama hair dryer," ujar Vira kembali turun dari ranjang, ia pun mendekati lemari juga meja rias. Saat apa yang ia butuhkan sudah ia dapatkan, barulah Vira melompat naik ke atas pangkuan Sulthan, memilih meletakan hair dryer ke atas ranjang. "Kalau udah tua tuh jaga kesehatan Daddy," ujarnya mengusak rambut Sulthan dengan handuk.

Pria itu masih bungkam, ia hanya menatap Vira. Berpisah setelah kontrak berakhir, lalu, bertemu tapi tak saling mengenal. Entah kenapa Sulthan merasa sangat tidak senang akan isi kepalanya, yang mana bayang antara ia dan Vira yang menjadi orang asing. Oh ayolah, bahkan sebelum kontrak berakhir, di luar ruangan mereka selalu bak orang asing, tak saling mengenal.

Masalahnya, Sulthan tak keberatan untuk sekarang, sebab mereka memiliki hubungan, beda lagi nanti, ketika mereka tidak memiliki hubungan, persetan dengan kontrak! Akan Sulthan perpanjang hingga seratus tahun kedepan.

Menghembuskan napas kasar, Sulthan meraih kedua pergelangan tangan Vira. "Saya mengantuk," ujarnya singkat, kemudian, memindahkan sugar baby ke sisi tubuh.

Barulah sekarang Sulthan membaringkan tubuhnya, yang mana diikuti oleh Vira. Mereka tidak berpelukan? Kiamat lah dunia! Sudah pasti keduanya berpelukan, musthahil tidak.

"Kok diem aja?" tanya Vira mengusap-usap punggung Sulthan, sedikit bingung akan ke bungkaman pria itu.

Sulthan mencium dahi Vira, kemudian menyatukan dahi mereka. "Saya mengantuk," jawabnya dengan kalimat yang tak jauh beda dari sebelumnya.

"Yaudah, Daddy langsung bobok, mana besok masih ada kerjaan lagi," ujar Vira memejamkan mata, pun memiringkan kepala, membuat bibir Sulthan yang tadinya mencium dahi kini mencium pelipis Vira.

"Saya mau bertanya," ujar Sulthan setelah mereka saling diam beberapa saat.

"Apa itu, Dad?"

"Kamu masih minat menjadi sugar baby?"

Dahi Vira mengerut. "Maksudnya setelah kontrak sama Daddy abis? Enggak lah, Daddy tenang aja, Daddy yang pertama dan terakhir buat aku."

Kepala Sulthan mengangguk-angguk, kelihatan puas dengan jawaban Vira.

"Karna gitu kontrak kita abis, aku milih cari suami daripada cari duit," lanjut Vira begitu ringan.

Sulthan menyatukan alis tidak senang, ia pun melepaskan dekapan mereka. Vira mau mencari suami? Cih, yang benar saja. "Ada yang mau?" tanya Sulthan.

Vira mengerutkan dahi. "Maksud Daddy apa?"

"Kamu, ada yang mau dengan mantan sugar baby?"

Deg.

Vira tidak menyangka ia akan mendengar kalimat tanya itu dari Sulthan, secara langsung pula. Seketika hati yang jarang tersentuh ocehan menyakitkan orang-orang, kini juara satu pula dalam disakiti, direndahin.

Bergerak mendudukan diri, tidak pakai berkata A, B dan, C, Vira menuruni ranjang, ingin sekali keluar dari kamar.

"Mau ke mana?" tanya Sulthan.

"Kamar mandi," jawaban singkat yang tidak pakai menoleh-menoleh lagi.

Sayangnya Sulthan tak terima, pria itu tetap menahan Vira, mendekat bibir ke arah daun telinga si wanita. "Saya tanya, karna saya yakin, detik itu masih saya yang ada di samping kamu," bisiknya.

Damn! Vira memejamkan mata, ia pukul dada Sulthan. Jantungnya benar-benar mau copot saja, dan ternyata, hah! Sulthan satu ini benar-benar menguras energi. "Daddy jahat," ujar Vira.

Sulthan tertawa pelan nan kecil.

Menarik napas, Vira kembali mendudukan diri, ia pun tak segan-segan mencubit paha Sulthan yang tertawa geli.

"Mukanya udah jelek ya," ujar pria itu tertawa saja, tidak ada rasa bersalah.

"Daddy emang jahat!" kesal Vira melompat naik menerjang Sulthan, ia ciumin seluruh wajah pria itu. Dikatakan gila juga masa bodoh lah, karna memang itu tugasnya, membuat Sulthan ikutan gila.

Lihat saja, pria itu tertawa pelan karena aksinya, bukan marah atau bagaimana, kedua tangan justru bergerak memeluk pinggang Sulthan, yang berakhir dengan satu adegan, Vira mencium bibir Sulthan, melumat gemas nan sangat mendambakan. Ia mengerang pelan sesaat pria itu meremat area sensitifnya, contohkan saja bokong. "Jangan diremes, Daddy," protes Vira.

"Kamu siapa ngelarang-ngelarang saya?" tanya Sulthan bergerak membalikan posisi, menjadi Vira yang ada di bawah, dalam kukungannya.

Tidak pakai basa-basi apapun, Sulthan kembali menyatukan bibir mereka, membawa kedua tangan berjalan ke mana-mana, terserah diri mau ke mana, yang terpenting ia senang.

Kalau sudah begitu, jangan heran Vira merintih, mengerang, mendesahkan nama Sulthan tepat di daun telinga si empun.

Justru, hal itulah yang menambah semangat Sulthan menyelesaikan masalah. Contohnya seperti masalah apa yang akan terjadi keesokan hari, yang terjadi ya ini, Sulthan kembali menyerang Vira.

"Dad, pelan-pelan ya, masih sedikit sakit," ujar Vira begitu sugar daddynya bersiap menyatukan diri mereka.

Sulthan tak menyahut, ia memilih fokus pada pekerjaan. Dan saat tubuh mereka sudah menyatu, itulah waktunya Vira menyanyi pelan, membuat Sulthan sesekali ingin ikut melakukan hal yang sama.

"Kamu milik saya, Vira," bisiknya tanpa memelankan gerak pinggul, yang ada kian cepat saja. "Kamu milik saya, cuma saya, Sayang ...." Sulthan membrutal, ia remat seprai bantal yang Vira gunakan.

"Dad ..., i'm coming," bisik si wanita.

"No, tahan," pinta pria itu menjatuhkan kepala ke atas bantal sisi kepala Vira, ia bawa kedua tangannya menarik kedua paha wanita itu hingga kedua kaki Vira memeluk pingganggnya.

Saat itu, tidak ada yang mereka ambil peduli kecuali satu hal, menggapai puncak dari penyatuan diri.

"Dad ...," lirih Vira menggeleng kecil, stres sebab ia benar-benar menahan untuk Sulthan, yang mana karena itu ia berhasil menarik Sulthan masuk lebih dalam, bahkan menjepit sampai pria itu gila.

"Vira," bisik Sulthan memelankan gerakan, menikmati setiap jepitan. "Kamu yang terbaik, Sayang."

Sampai lah keduanya pada puncak permainan, di mana pelukan Vira tak main-main untuk tubuh Sulthan.

"Hah ..., hah ..., hah ...." Vira mengatur napas, tapi dengan entengnya Sulthan memiringkan tubuh Vira, mengulang proses yang sama, dan Vira yakin, sampai pagilah mereka seperti ini terus, melakukan hal menyenangkan yang sedikit melelahkan. Namun, karena itu bersama Sulthan, memangnya Vira keberatan? Jawabannya, tidak! Tidak mungkin ia keberatan.

He Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang