Bagian 17 - Di Dekat Kamu

5.2K 222 4
                                    

Niat Vira sorean ia langsung balik ke villa, sedikit kasihan juga dengan Sulthan, apalagi sepanjang hari pria itu terus mengiriminya pesan-pesan tak jelas.

Namun, siapa sangka kini ia duduk bertiga dengan Suci dan ..., Deris, dosen yang paling ia hindari sejak pengumpulan tugas tambahan super menyebalkan.

"Hkm!" Suci berdeham, melirik Vira. Sahabatnya itu memasang mimik sangat jutek, jelek bukan main, tak ada manis-manisnya, padahal dari awal niat Suci ya mencari muka. Namanya juga mahasiswi, kalau mau nilai bagus minimal tahu caranya tersenyum dengan dosen. "Diminum, Pak," ujar Suci canggung. Ia sedang berusaha mencairkan suasana, walau jelas pekerjaan ini berat bukan main.

"Iya," sahut Deris masih sibuk dengan laptopnya.

Vira menghembuskan napas pelan, kalau tidak Suci tarik saat tadi mata mereka mendapati penampakan Deris, sudah pasti saat ini Vira memilih duduk di salon, minimal pulang-pulang sudah wangi. Masa iya mendatangi Sulthan dalam keadaan bau keringat? Kasihan sumber duitnya.

"Hm ..., kalau gitu kita permisi ya, Pak," ujar Vira memberanikan diri. "Selamat menikmati Bali," lanjutnya segera berdiri dari duduk.

Suci melotot, kenapa sudah pamit saja? Perasaan baru juga duduk.

"Tunggu sebentar," ujar Deris, bersuara menahan Vira dan Suci.

"Iya, Pak? Kenapa?" tanya Suci cepat tanggap.

Vira mengulum bibir, menahan kesal akan kelakuan sahabatnya.

Deris yang menahan kepergian dua kaum hawa itu kini langsung menoleh menatap ke arah keduanya secara bergantian. "Saya ingin minta tolong, bisa?"

"Bisa, Pak!" Masih Suci yang merespon dengan cepat.

"Tolong pesankan minuman saya lagi, bisa?" Deris menatap ke arah Suci.

"Bisa, Pak!" jawab gadis itu lagi.

"Kalau begitu, tolong ya."

Suci mengangguk, segera beranjak dari meja, melangkah menuju tempat pemesanan. Sedang Vira masih berdiri di tempat, dan sekarang menjadi pusat perhatian Deris. "Kamu, bisa bantu saya di sini?"

"Bantu apa ya, Pak?" tanya Vira berusaha sabar, tidak terpancing amarah yang sudah mau meledak meletup saja.

Deris tidak langsung menjawab, pria itu meraih sebuah buku lumayan tebal, lalu, memberikan kepada Vira. "Tolong bacakan yang sudah saya tandai," ujar Deris.

Vira sedikit menganga, maksudnya apa?! Ia ditahan di sini sampai tugas ini selesai?

*****

Sulthan baru saja selesai memeriksa beberapa berkas dari klien, ada juga email-email konfirmasi dari pengajuannya kepada perusahaan luar. Sekarang ini, Sulthan sedang fokus mengembangkan skincare dan make upnya sampai ke mancanegara, tentu saja tidak mudah dan tidak murah. Modal yang harus dikeluarkan sungguh berlipat ganda dari promosi di Indonesia.

Namun, yang Sulthan syukuri setiap kali ia ingin bertemu dengan Vira, dapat dipastikan ada saja rezeky yang masuk, entah dari mana-mana, yang jelas ia mampu memberikan kemewahan untuk sugar babynya.

Well, saat menutup laptop lah Sulthan baru sadar langit Bali sudah menggelap, dan Vira belum juga kembali.

Mengerutkan dahi, Sulthan meraih ponselnya yang ada si samping laptop. Ngomong-ngomong, saat ini dirinya sedang duduk di ruang tengah villa. Duduk di atas lantai beralaskan karpet yang tentu saja di depannya terdapat meja.

Ibu jari Sulthan bergerak mencari kontak wanita itu, tentu berniat menghubunginya. Dan entah kebetulan atau bagaimana tiba-tiba hadir panggilan masuk, di mana nama Vira yang tertera. Langsung saja Sulthan terima. "Halo."

He Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang