Setelah melepas rindu dengan sesuatu yang menyenangkan keduanya bebersih diri, Vira lebih dulu selesai sebab Sulthan tahu wanita itu membutuhkan waktu cukup lama, sedang Sulthan sendiri baru selesai, kini tengah menyisir rambut dengan kesepuluh jari tangannya. "Kenapa?" tanya Sulthan melirik Vira, posisi tuan putri duduk di atas ranjang, sedang Sulthan berdiri di depan meja rias milik tuan putri itu.
Sulthan sadar Vira terus menatapnya, si cantik mencoba bersikap dominan yang berakhir mengintimidasi Sulthan, namun tentu mana berhasil, Sulthan malah menahan geli karena sikap daun mudanya.
"Daddy ke sini dalam rangka apa?"
"Pengen nyiumin kamu."
"Cih." Vira berdecih, nyalinya semakin tebal. Padahal tahu sendiri, boro-boro berdecih, memutar bola mata saja ia tak berani.
Sulthan tak mengomentari hal tersebut, ada yang masih ngambek, bisa ribet jika diperpanjang.
"Rencananya pulang kapan?" Vira bertanya lagi, mata juga kembali menatap Sulthan.
Si pria mengakhiri acara rapih-rapih rambut, kemudian mendekati ranjang dan naik ke sana, duduk tepat di samping Vira. "Saat kamu mau ikut pindah ke Bali," bisik Sulthan diakhiri seringai jahil.
Vira tinju ringan lengan Sulthan. "Aku masih ngambek selama Daddy nggak mau ngasih tau B itu siapa."
God. Sulthan hela napas berat, membaringkan diri setelah itu menarik Vira masuk ke dalam dekapan erat, menjadikan wanita itu layaknya guling. "Yasudah kita tidur saja, istirahat."
Sekarang gantian Vira yang hela napas, sesulit itu kah Sulthan terbuka padanya? "Aku cari tau sendiri ya?" tanya Vira berbisik.
"Dia bukan siapa-siapa, Sayang," sahut Sulthan juga berbisik, mengusap lembut kepala hingga punggung Vira.
"Kalau bukan siapa-siapa harusnya nggak keberatan aku tau."
"Saya tidak keberatan, saya hanya malas membahasnya."
Kepala Vira mendunga, menatap Sulthan. "Yaudah aku cari tau sendiri."
Sulthan pun menunduk agar bisa membalas tatapan Vira. "Beberapa hari terakhir kamu terus memikirkan dia daripada saya?"
"Dad!"
"Lebih baik kamu memikirkan pindah ke Bali, tinggal dengan saya."
"Ish udah deh, nyebelin banget!" Vira lepas pelukannya, membelakangi Sulthan yang hela napas lagi, tapi semaksimal mungkin Vira tidak mendengar hal tersebut.
Sulthan bergerak memeluk Vira dari belakang, melilit kaki cantiknya. "Apa untungnya kamu tau dia siapa?"
Vira menyembunyikan kedua tangan di depan dada, Sulthan tetap memeluknya. "Daddy nggak akan ngerti."
"Buat saya mengerti."
Vira mendengkus, kepalanya menoleh ke belakang, dengan lantang ia berkata tepat di depan wajah Sulthan yang sangat dekat dengan wajahnya. "Biar aku tau harus cemburu atau enggak sama dia!" jeda, kepala Vira kembali ke posisi semula, ia tatap lemari pakaian yang ada di depan mata. "Kenapa dia bilang Ica ngerengek minta ikut daddynya? Emangnya Ica itu siapa? Anak-anak atau sugar baby Daddy yang lain?" Kedua tangan Vira mengepal. "Katanya Daddy sayang sama aku, tapi Daddy tega buat aku overthinking selama berhari-hari." Menunduk, Vira menyembunyikan wajah. "Aku nggak sukak ada yang manggil Daddy 'daddy' selain aku!" Vira merasa selesai, puas memuntahkan yang ia tahan beberapa hari terakhir.
Sulthan diam, tidak langsung merespon. Dadanya bergemuruh, detak jantung yang normal perlahan meningkat, terasa menyenangkan mendengar setiap kalimat dari kaum hawa dalam pelukannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Love Me
RomanceVira Chalista hanya anak yatim piatu berstatus mahasiswi semester lima. Dia berasal dari keluarga miskin tanpa harta warisan, yang ada Vira ditinggalkan tagihan hutang. Namun, satu hal selalu membuat teman-temannya penasaran, bagaimana bisa dengan s...