4.🤵👰

1.3K 141 12
                                    

Pagi sudah menjelang, ini adalah hari pertama Mashi menyandang status menjadi seorang istri.

Dengan cepat dia langsung membersihkan dirinya dan pergi ke dapur untuk melaksanakan tugas pertamanya sebagai seorang istri.

Dua puluh menit Mashi berkutat dengan panci dan spatula serta berbagai macam bumbu dapur untuk menciptakan beberapa hidangan.

Dia berniat membangunkan Yoshi, tapi sebelum kaki nya melangkah. Yoshi sudah turun dari tangga sambil memakai dasinya.

"K-kak sarapan dulu" ucap Mashi takut dan gugup

Yoshi yang fokus pada dasinya pun menoleh pada dirinya, dari bawah tangga Yoshi melihat meja makan sudah terisi penuh dengan berbagai macam hidangan yang mampu menggugah selera.

Dia melangkahkan kakinya menuju Mashi lalu bergantian menatap hidangan yang ada di atas meja.

"Apa tadi katamu?" Tanya Yoshi begitu tepat berada di depan Mashi

"Sa-sarapan dulu kak" kata Mashi ragu menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap Yoshi

"Kalau orang bicara itu ditatap wajahnya" menaikkan dagu Mashi agar menatap dirinya, tatapan mata mereka bertemu dalam beberapa detik "kau ingin aku makan kan?" Tanya nya dan dijawab anggukan kepala dari Mashi

Dia mengangkat sebuah piring berisikan bulgogi yang terlihat lezat, lalu membawanya ke hadapan Mashi "kau ingin aku makan ini?" Tanya sekali lagi dan dibalas anggukan kepala lagi oleh Mashi

"Baiklah" lalu piring tadi dia campakkan pada tempat sampah yang berada di samping Mashi "saya sudah makan" ucap nya lalu pergi dari sana

Melihat tindakan Yoshi barusan mampu membuat hati kecilnya sakit. Makanan yang dia buat dengan sepenuh hati malah disia-siakan begitu saja, apalagi dia harus bangun pagi dan bertarung di dapur. Malah dibuat seperti ini oleh Yoshi, suaminya.

Mashi menatap nanar hidangan yang susah payah dibuatnya. Air matanya mengalir membentuk sebuah genangan sungai kecil di wajahnya "kalo gak mau makan, setidaknya jangan dibuang. Diluar sana masih banyak yang susah payah bekerja hanya untuk mendapatkan sesuap nasi" ucap nya sambil membersihkan tempat sampah tadi

Dia menghapus air matanya dengan kasar "jangan nangis, Lo kuat Mashi" menghembuskan nafas berat, dia menatap hidangan yang berada di atas meja "biar aku bawa saja ke rumah sakit" ucapnya lalu membungkus semua hidangan itu untuk dibawa kerumah sakit dan dibagikan kepada teman-teman nya.

Semua tindakan Mashi dilihat Yoshi melalu celah dinding ruang tamu. Dia tersenyum kecil saat melihat Mashi menangis karena nya.

Kemudian dia pergi dari sana, sampainya diluar "jangan kasih izin nyonya pergi ke rumah sakit menggunakan mobil yang ada disini, biarkan dia pergi dengan jalan kaki" ujar nya memerintahkan semua pengawal dan supir yang berada di rumah itu.

"Baik tuan" jawab mereka sambil membungkuk badan hormat

Mobil yang di tumpangi Yoshi pergi dari sana, tepat setelah pergi Mashi keluar dari sana menenteng rantang bekal di kedua tangannya.

"Pak, antar saya kerumah sakit" ujar Mashi pada salah satu supir yang ada disana

"Maaf nyonya, tuan muda bilang kami tidak boleh mengantarkan nyonya kerumah sakit. Kalaupun nyonya mau pergi harus jalan kaki" ucap mereka sambil menundukkan badan mereka

Mashi terkejut dengan ucapan sang supir, dia mengepalkan kedua tangannya yang memegang rantang makanan sampai kuku nya memutih. Rahang nya mengeras dan mata nya mulai kembali berkaca-kaca.

"Baiklah, tidak apa. Terimakasih" ucap nya lalu pergi dari sana tanpa menghiraukan kalimat penyesalan dari sang supir

Mashi melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang menghantarkan ke rumah sakit. Dalam setiap langkahnya, air mata Mashi tak kunjung berhenti menangis.

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang