Ep. 6

10.4K 1K 7
                                    






Aroma sup yang menguar hingga sudut apartement dan bunyi kompor yang dimatikan menandakan sup ayam telah selesai ia buat. Jaemin benar benar melakukan semuanya, memasak nasi, memotong ayam hingga menata meja makan seolah olah lupa siapa dirinya sekarang.

Sosok itu benar benar terkejut ketika tutup kamera itu terjatuh menggelinding dari atas rak karena ketidak sengajaannya menyenggol benda tersebut. Jaemin terlampau syok mengira jika ia hidup kembali seperti harapannya semalam. Namun, ketika melewati cermin tidak ada apapun, tidak tampak. Haechan pun bahkan bisa melewatinya dengan mudah.

"Mungkin aku hanya bisa menyentuh benda mati" ucapnya lirih.




👻👻👻


"Aku pulang"

Jeno memasuki apartement dengan suasana lesu, wajahnya juga pucat, seperti orang tidak punya tenaga. Diletakkannya pelan pelan diatas tempat tidurnya, Minho tertidur pulas dengan wajah memerah. Anak itu tidak berhenti menangis efek suntikan imunisasi yang membuat Jeno ikut kewalahan mengurus Minho sendirian dirumah sakit.

Ditutupnya perlahan pintu kamar dan Jeno melangkahkan kakinya kearah dapur. Jaemin melihat Jeno mendudukan dirinya dimeja makan. Dirinya membuka tudung dan menatap masakan yang tersaji. Matanya terpaku dan alisnya berkerut.

"Nana..."

"Tidak mungkin" dirinya kembali memfokuskan pikirannya.

Sosok yang duduk bersebrangan itu tanpa sadar meneteskan air mata sembari menatap suaminya yang tengah menyantap sup hangat buatannya. Jeno memakan dengan lahap hingga tak tersisa, dirinya tidak hanya merasa kenyang namun juga ada gejolak rasa senang entahlah.

Jeno berjalan menuju sebuah lemari tempat ia menyimpan barang barang pribadinya. Jaemin merutuki akhirnya ia mengetahui tempat persembunyian suaminya itu.

"Kenapa benda itu masih ada dirumah"

"Jen kau tidak boleh meminumnya"

"Jen apa ada masalah? Kau terlihat tidak bersemangat sejak pulang tadi. Kau darimana?"

Jeno membuka botol itu dan langsung menenggaknya, dirinya benar benar ingin mabuk. Pikirannya kacau. Selama dirumah sakit, dokter mengatakan jika Minho memiliki berat badan yang tidak normal, hampir menuju gizi buruk karena badan Minho yang terlihat lebih kecil dari balita seusianya. Jeno kira itu tidak masalah karena ukuran bayi ya seperti itu.

Jeno merasa tidak becus dalam mengurus Minho, dirinya terlampau lalai sampai sampai dia tidak tahu jika Minho sudah bisa mengonsumsi makanan bayi bukan hanya susu formula lagi. Itulah kenapa Minho terus uring uringan akhir akhir ini karena giginya yang mulai tumbuh.

Mengurus bayi, melakukan pekerjaan rumah serta bekerja sendirian membuat dirinya cukup kewalahan. Jeno selama ini menolak menggunakan jasa baby sitter atau art dan melakukan semua sendiri karena ia pikir dengan menyibukkan diri hal itu akan sedikit membantu mengalihkan kesedihannya selepas Jaemin pergi.

"Aku... tidak kuat Jaemin naa"

"Aku tidak mampu melalukannya sendiri. Aku membutuhkanmu. Minho membutuhkanmu."

Jeno terisak dengan bersandar dikaki meja pantry. Dengan lampu temaram sosok itu terlihat sangat khawatir dirinya berusaha mencoba menenangkan Jeno, menepuk pundaknya, menghapus air mata, bahkan memeluknya namun nihil. Dirinya tidak bisa.

Jeno mengeluarkan ponselnya dari kantong dan terlihat menghubungi seseorang.

(Halo Jen, ada apa?)

"Hyung, Haechan?"

(Haechan? Dia sedang dikamar mandi. Ada apa jen? Kau membutuhkan sesuatu?)

"Ah tidak, hanya sampaikan ucapan terimakasihku untuk sup ayam tadi siang yang Haechan kirimkan kemari"

(Ah baiklah. Aku akan menyampaikannya nanti. Kau baik baik saja Jen? Bila—)

"Ya aku baik. Aku tutup hyung"

(Jen— dasar aku belum selesai bicara)

Satu botol telah habis Jeno teguk tanpa jeda. Dirinya mencoba berdiri dengan sempoyongan. Tidak, dia menuju lemari itu lagi, sepertinya satu botol tidak cukup.

"JENOOOO HENTIKANNN"

"Jen. Cukup. Kita punya bayi dirumah ini. Kau tidak boleh mabuk"

PYARRRR

Botol itu terjatuh meleset saat Jeno tengah membawanya. Pecahannya terlihat berserakan, dirinya bisa terluka.

"Arghhhh kenapa pecahh sialan"

BRAKKK

Jeno terpeleset dan bahunya membentur lemari.

"Jeno kumohon sadarlah"

Jeno sangat kacau. Wajahnya memerah. Dia seperti merangkak ingin meraih kunci mobil.

"Tidak tidak, kau mau kemana? Kau sedang mabuk bodoh. Kau tidak boleh pergi. Aku harus apa, tidak ada siapa siapa disini. Tolong akuuu"

Jaemin berteriak namun siapa yang akan mendengarnya tentu saja tidak ada. Jaemin mengingat dirinya memiliki kemampuan memegang benda dengan cekatan dia tendang kunci mobil itu hingga melesat kekolong meja.

"Arghh dimana tadi kuncinya" Jeno yang terlihat kebingungan karena kunci dijangkauannya sekarang terlihat sangat jauh. Jeno terduduk lemas dengan pecahan botol dan tangannya terluka.





👻👻👻

Bunyi pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Haechan yang tengah mengeringkan wajahnya. Dirinya selesai mencuci muka dan berjalan ke arah meja rias untuk memakai skincare malamnya.

"Babe. Tadi Jeno menelfon. Dia mengucapkan terimakasih untuk sup ayam yang kau kirimkan tadi siang"

Haechan menghentikan gerakannya. "Ahh. Hanya itu?"

"Yaa. Apa ada sesuatu?"

"Ahh tidak"

"Aku tidur duluan kau cepat kemari aku ingin tidur sambil memelukmu"

"Hmm baiklah sebentar"

"Apa ditinggal Jaemin membuatnya tidak bisa membedakan udang dan ayam?" Gumam Haechan pelan. Haechan tidak mengambil pusing dan segera menyusul suaminya tidur.



...





Halooww siapa rindu ibu hantu, maaf yaa aku lupa password, ini up banyak ayo vote ibu hantu 😭

My Ghost Wife | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang