Ep. 25

10.6K 964 64
                                    






"Percaya padaku Jen"

"Jen, kau percaya kan?" Jaemin tatap netra laki laki yang lebih tinggi darinya, maniknya tak berkutik. Bibirnya kembali kelengkung kecewa, Jenonya tak percaya.

"Aku percaya" Jeno menarik lengan ramping yang ingin beranjak dari sofa. Kini ia dekatkan tubuh kecil itu tanpa jarak. Jaemin terduduk dipangkuan.

"Kau bohong"

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud. Aku hanya sedang berfikir rasional. Mungkin saja kau memang sedang babyblues setelah melahirkan" tangan kekarnya ia tautkan dibelakang pinggang Jaemin. Wajahnya sedikit mendongak menatap netra basah itu.

"Tidak aku tidak babyblues, semua yang kuceritakan itu sungguhan. Kau melihatnya kan? Aku bersamanya tadi"

Jeno ingin menjawab tidak, pasalnya memang tidak ada siapapun disana selain Jaemin yang ia temukan terisak sendirian. Sesampainya dirumah Jaemin menceritakan seluruhnya, mimpinya dan bagaimana pertemuannya dengan laki laki pirang itu. Semua seperti tidak masuk akal baginya. Namun, sikap aneh istrinya sejak siuman membuat Jeno sedikit mencoba mungkin memang mimpi yang dialami Jaemin benar memberinya pesan atau bukan sekedar mimpi biasa. Akhirnya Jeno memilih percaya dan berharap Jaeminnya tak kembali sedih berkempanjangan.

👻👻👻


Kejadian dirumah sakit dua hari yang lalu membuat Na Jaemin kini demam tinggi. Jeno sudah memaksa untuk dirawat dirumah sakit tapi laki laki manis itu menolak. Jeno menjadi sangat kewalahan karena harus mengurus Minho yang ikut tantrum seharian, mungkin dia ikut merasakan jika bunanya sakit.

"Sayang, Maaf yaa sebentar. Minho jika ditaruh pasti menangis lagi" ucap Jeno sembari meletakkan mangkuk bubur dimeja nakas dengan Minho digendongan.

Jaemin terpaksa tidak menyusui takut Minho akan tertular, beruntung dirinya selalu menyiapkan stok asi pompa dilemari es. Jika ditanya keadaan lantai satu benar benar kacau. Tantrum Minho benar benar membuat Jeno tidak bisa melakukan banyak hal, Minho akan bangun dan menangis jika Jeno bergerak sedikit saja. Jeno juga menelfon Haechan untuk membuatkan makanan dan membeli obat. Namun laki laki itu tidak bisa lama karena ada urusan.

Jeno diam diam melangkahkan kakinya keluar dari kamar setelah berhasil menidurkan si kecil, dirinya bahkan sampai tahan nafas karena tidak ingin membuat suara sedikitpun. Jeno bergerak membuka pintu kamarnya, mendapati sosok manis yang sudah duduk bersandar dengan mata sayunya, Jaemin mencoba memakan buburnya sendiri. Jika ditanya apa Jaemin istirahat dengan baik, tentu saja jawabannya tidak. Tidak sama sekali. Laki laki itu meskipun berbaring seharian telinganya masih bisa mendengar suara tangisan Minho dan keributan Jeno didapur. Diam diam laki laki itu terkekeh, dirinya teringat akan mimpinya bagaimana Jeno yang kacau dan berantakan mengurus Minho sendirian.

Pertemuannya dengan Renjun tempo hari membuat dirinya syok dan jatuh sakit, bagaimana hal tidak masuk akal itu terjadi padanya. Meski hanya potongan potongan serupa Jaemin mengingat seluruh perlakuan Renjun padanya. Bagaimana laki laki pirang itu menolong Jeno dan Minho, mempertemukan dirinya, menjaga Minho dan menyayangi anaknya meskipun laki laki itu terlihat menyebalkan dan ketus, Jaemin senang memiliki teman baru meskipun hanya dalam mimpinya.

Dirinya ingin bertanya pada Lucas tentang banyak hal. Bagaimana dirinya dengan Renjun, apa Renjun seperti sosok dalam mimpinya, apakah dia baik, banyak sekali. Tapi Jaemin urung karena pesan Renjun untuk tidak mencampuri masalahnya dan biarkan laki laki itu pergi dengan tenang.

Lamunannya buyar saat tangan besar yang bergerak mengusap dahi sempitnya, berpindah menyentuh perpotongan leher di kedua sisinya.

My Ghost Wife | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang