Tiga tahun telah berlalu sejak Xiao Zhan memutuskan untuk pergi ke Jerman. Membesarkan putranya dengan baik, kemudian menikah dengan pria yang baik pula, Xiao Zhan mengira bahwa hidupnya telah sempurna. Namun, entah bagaimana Wang Yibo kembali hadir...
Dua tahun lebih berlalu setelah pernikahan mereka. Xiao Zhan dan Jing Boran kini tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggiran Kota Hamburg. Rumah itu adalah rumah pemberian Jing Xiaoming, ayah Jing Boran.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selama dua tahun ini, mereka hidup dengan damai di rumah sederhana itu. Kevin dibesarkan dengan baik dan segala rencana hidup berjalan cukup lancar. Xiao Zhan sudah memiliki usaha sendiri. Bukan hanya sebuah minimarket, tetapi toko yang lebih luas di tengah kota dan memiliki total 32 orang karyawan. Menjadi pendamping hidup seorang pengusaha sukses tidak lantas membuat Xiao Zhan ingin berhenti dari dunia bisnis. Meskipun hanya bisnis kecil-kecilan, tidak seberapa dibandingkan bisnis yang dulu dimiliki mendiang ayahnya, tetapi Xiao Zhan cukup puas dengan bisnis itu.
Rumah ini bisa dikatakan sebagai rumah impian setiap keluarga. Jika hanya sebuah hunian biasa, banyak orang yang bisa membelinya. Namun, tempat ini berbeda. Ini adalah tempat yang benar-benar bisa disebut rumah. Tempat untuk pulang, tempat di mana ada kehangatan, cinta dan kasih sayang di dalamnya.
Ada halaman rumput di depan rumah, berbatasan dengan jalan beraspal yang tidak terlalu besar. Lingkungan tergolong tempat yang aman, akses jalan pun sangat dekat dengan kota. Tidak terlalu ramai, ada jarak antara rumah satu dan lainnya. Mereka memiliki pekarangan yang luas dan halaman depan rumah yang bisa dijadikan tempat untuk pesta barbeque. Rumah itu dicat warna putih, ada panel tenaga surya di atapnya. Banyak jendela kaca yang membuat pencahayaan dari sinar matahari bisa masuk secara sempurna. Sirkulasi udara juga sangat bagus.
Memasuki bagian dalam rumah, ada satu set sofa ruang tamu yang tidak terlalu besar. Setiap orang yang masuk ke dalam sana dapat melihat foto-foto keluarga digantung apik di dinding ruangan juga di sisi samping tangga. Rumah itu memiliki tiga kamar tidur tamu, satu kamar tidur utama dan satu kamar tidur anak.
Indah, ada sentuhan Xiao Zhan di setiap bagian ruangan. Rumah tampak rapi. Beberapa sudutnya dihias dengan tanaman. Korden dan bahkan taplak meja, segala macam benda terlihat elegan dan manis di saat yang sama karena Xiao Zhan sendiri yang telah memilihnya. Untuk ukuran keluarga seorang CEO, rumah itu tidaklah mewah, tetapi sangat nyaman bagi penghuninya.
Hari ini cuaca sangat cerah. Musim panas baru saja tiba. Kemarin, mereka baru saja merayakan ulang tahun Kevin yang ketiga, dan hari ini Jing Boran tidak pergi ke kantor, memilih untuk menyelesaikan pekerjaan dari rumah.
Sekitar pukul sepuluh pagi, Xiao Zhan mulai membersihkan rumah. Kevin tertidur di kamar setelah bermain, Bibi Yang sibuk menjemur pakaian, sedangkan Jing Boran tampak serius menatap layar laptopnya di ruang tengah.
Aroma bayi dan susu bercampur dengan pengharum ruangan. Mereka sudah terbiasa dengan aroma itu sejak pindah ke rumah ini dua tahun yang lalu.
"Gege mau kopi?" tanya Xiao Zhan. Di sela kesibukan mengarahkan vacuum cleaner ke sana kemari, pemuda itu masih sempat menunjukkan perhatian untuk suaminya.