CHAPTER 10
“Kevin, sudah malam. Waktunya tidur. Menggambarnya dilanjutkan besok, ya,” bujuk Jing Boran.
Kevin masih fokus menggambar sejak mereka duduk di atas karpet dua puluh menit yang lalu. Anak itu berkali-kali mengatakan bahwa dia belum mengantuk. “Cebental, Papa.”
“Memangnya Kevin sedang menggambar apa?” tanya Jing Boran seraya mengamati gambar anak itu.
Gambar anak berusia kurang dari empat tahun memang terlihat sangat lucu. Menggambar manusia mirip lidi, semuanya tersenyum. Dua orang lebih tinggi dan satu gambar orang di tengahnya terlihat pendek. Tiga lidi itu saling bergandengan tangan. Di samping gambar tiga lidi, ada gambar mirip rumah, tetapi memiliki atap kerucut. Jing Boran menduga itu adalah sebuah istana.
“Yay, jadi!” seru Kevin, kemudian tersenyum dan menunjukkan gambar itu pada papanya. “Ama, Epin, dan Paman Pidelman.”
Awalnya, Jing Boran mengira gambar itu adalah gambar dirinya dan Xiao Zhan yang sedang menggandeng tangan Kevin. Namun kevin justru menyebutkan nama lain. “Paman Pidelman?”
Kevin mengangguk polos. “Epin belmain dengan Paman Pidelman.”
“Siapa itu Paman Pidelman?” tanya Jing Boran penasaran. Jing Boran tidak memiliki firasat buruk. Kevin menyukai Spiderman dan imajinasi anak-anak memang cukup tinggi untuk menciptakan teman khayalan.
“Tetangga,” jawab Kevin.
Satu kata itu membuat Jing Boran mulai mengernyitkan dahi. “Tetangga?”
Kevin lagi-lagi mengangguk dengan polosnya. “Uhum! Ama bilang, Paman Pidelman adalah tetangga. Epin suka Paman Pidelman. Paman Pidelman membawa mainan yang banyaaak sekali.”
“Benarkah? Apakah Papa juga pernah bertemu dengan Paman Pidelman?”
Kevin menggeleng. “No, Papa. Paman Pidelman bilang, cuma mau main dengan Epin dan Ama. Epin akan diajak main ke Disnileeeen!”
“Paman Pidelman bilang begitu?” Jing Boran merasa aneh. Paman Pidelman yang diceritakan Kevin itu tokoh Spiderman atau memang seseorang yang nyata? Terlalu detail untuk ukuran teman khayalan. Lagi pula dari mana Kevin tahu tentang Dysneyland? Tidak ada Disneyland di Jerman. Apakah anak itu menonton tayangan di YouTube dan mengarang semuanya?
“Uhum.” Kevin kembali mengangguk.
“Oke. Kapan-kapan ajak Papa juga, ya. Papa juga mau berkenalan dengan Paman Pidelman.” Jing Boran menggendong Kevin dan menurunkan anak itu di atas ranjang. “Sekarang waktunya tidur. Kalau Kevin tidak tidur, maka Papa akan menggigit Kevin. Aem!” Jing Boran berpura-pura menggigit putranya.
Kevin justru tertawa cekikikan melihat papanya. Jing Boran membelai kening anak itu, kemudian berucap, “Nite, Kevin.”
“Nite, Papa,” jawab Kevin. Anak itu patuh pada perintah papanya. Menguap sesaat, kemudian memejamkan mata.
Jing Boran tersenyum tipis menatap wajah putranya yang terlihat sangat polos ketika tertidur. Pria itu menunggu sekitar lima menit sebelum meninggalkan kamar, ingin memastikan bahwa Kevin benar-benar tertidur.
“Semoga mimpi indah, Kevin,” ucapnya, mengecup kening Kevin, kemudian membetulkan selimut anak itu.
Waktu sudah menujukkan pukul sembilan malam. Jing Boran kembali ke kamarnya sendiri. Namun, saat pria itu masuk ke dalam kamar, Xiao Zhan tidak ada di sana.
Jing Boran keluar dari kamar. Pria itu berjalan menuruni tangga, menuju ke lantai satu untuk melihat apakah Xiao Zhan masih ada di lantai bawah.
Brak!
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW TO PLAY SEASON 2
FanfictionTiga tahun telah berlalu sejak Xiao Zhan memutuskan untuk pergi ke Jerman. Membesarkan putranya dengan baik, kemudian menikah dengan pria yang baik pula, Xiao Zhan mengira bahwa hidupnya telah sempurna. Namun, entah bagaimana Wang Yibo kembali hadir...