Chapter 2

1.3K 181 44
                                    

CHAPTER 2

Jing Boran pulang sekitar pukul sepuluh malam. Pria itu sudah mengabari Xiao Zhan sebelumnya bahwa dia sangat sibuk dan akan makan malam di luar bersama kolega bisnis.

Ketika Jing Boran tiba di apartemen, suasana terasa sepi. Tawa menggemaskan si kecil Kevin yang biasanya mewarnai ruangan tak lagi terdengar. Mungkin anak itu sudah tidur.

"Ge?"

Jing Boran mengalihkan atensinya ke arah sofa. Xiao Zhan tengah duduk di sana.

"Zhan, kau belum tidur?" tanya Jing Boran.

Alih-alih menjawab, Xiao Zhan berdiri dari sofa. Pemuda itu menghampiri Jing Boran kemudian memeluknya.

Jing Boran mengelus pelan punggung Xiao Zhan, merasa ada yang lain dengan pemuda itu malam ini. "Zhan, ada apa?"

Tidak berselang lama, Xiao Zhan melepaskan pelukan, menggunakan kedua telapak tangan untuk mendorong pelan dada Jing Boran. Saat itu, Jing Boran dapat melihat cincin pemberiannya tersemat di jari manis Xiao Zhan.

"Ge, ayo kita menikah," ucap Xiao Zhan. Senyum tipis tersemat di bibirnya setelah mengucapkan kalimat itu.

Di sisi lain, kalimat itu membuat Jing Boran membeku selama beberapa saat. "A-apa? Kau menerimaku?

Xiao Zhan mengangguk seraya tersenyum. Di detik itu, Jing Boran langsung memeluknya dengan erat.

"Ge, sesaaak," keluh Xiao Zhan di dalam dekapan pria itu.

Jing Boran sedikit melonggarkan pelukan, tetapi enggan melepaskan
seutuhnya. "Aku sangat bahagia hari ini. Terima kasih," ucapnya.

Suara Jing Boran terdengar bergetar seperti tengah menahan tangis. Xiao Zhan sadar betapa pria itu sangat tulus kepadanya selama ini. Kedua tangan perlahan melingkar di punggung Jing Boran, membalas pelukannya, bersandar nyaman di dada bidang pria yang selama ini telah menjadi penolongnya. Terlepas dari hati yang masih tak menentu, Xiao Zhan bersyukur memiliki seseorang seperti Jing Boran.

*****

Hanya butuh waktu sekitar tiga bulan untuk persiapan pernikahan. Mereka menikah pada Bulan Mei, satu bulan sebelum ulang tahun Kevin. Pesta pernikahan itu tidaklah meriah. Hanya pesta kecil-kecilan di hotel yang disaksikan oleh beberapa kerabat, teman dan kolega bisnis. Pesta itu sangat privat dan dijaga ketat. Ayah Jing Boran datang jauh-jauh dari Kanada, memberi selamat kepada putranya dan pendamping hidup lelaki itu.

Bagi ayah Jing Boran sendiri, yang terpenting adalah kebahagiaan anaknya. Jing Boran sudah dewasa, dia pria mandiri yang sudah bisa menghidupi diri sendiri. Dia pandai dalam mengambil keputusan. Lagi pula Xiao Zhan bisa memberikan keturunan untuk putranya. Jadi tidak ada masalah. Ayah Jing Boran bahkan menghadiahkan mereka sebuah rumah di pinggiran Kota Hamburg. Hunian sederhana dengan lingkungan yang aman.

Awalnya, Tuan Jing Xiaoming ingin menghadiahkan rumah besar nan mewah bagi pasangan itu, tetapi Jing Boran menolak. Mereka hanya tinggal bertiga, berempat jika dihitung dengan Bibi Yang. Xiao Zhan tidak suka rumah yang terlalu besar, membuatnya merasa kesepian. Jing Xiaoming setuju saja. Pria itu membeli rumah yang lebih sederhana untuk putranya dan Xiao Zhan.

Di sini, di depan altar, disaksikan oleh sekitar lima puluh tamu undangan, Xiao Zhan mengikat janji suci bersama Jing Boran.

Sang pendeta yang berdiri di hadapan mereka bertanya, "Apakah Anda, Jing Boran, bersedia menerima Xiao Zhan sebagai suami Anda, selalu setia dan mencintainya dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kalian?"

HOW TO PLAY SEASON 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang