CHAPTER 14

477 71 10
                                    

Klik di atas untuk mendengarkan lagu Lana Del Rey - Summertime Sadness

CHAPTER 14

"Yibo! Yibo!"

Wang Yibo merasakan tangan lembut nan dingin menepuk-nepuk pipinya. Samar-samar terdengar seruan seorang wanita, semakin lama suara itu semakin keras terdengar, membuat sepasang mata yang terpejam mulai terbuka perlahan. "Ugh, Ibu?”

"Astaga! Kamu mabuk-mabukan lagi!" seru Nyonya Wang, terlampau kesal melihat keadaan putranya.

Wang Yibo sesaat terdiam, kemudian air mata mulai membanjiri pipinya. "Ibuuu!" Pria itu memeluk pinggang sang ibu dan mulai menangis tersedu-sedu. "Dia sangat membenciku, Bu. Dia membenciku."

Amarah Nyonya Wang seketika redam. Melihat Wang Yibo menangis di pangkuannya seperti anak kecil membuat hati wanita itu hancur. "Yibo, sudahlah," ucapnya seraya mengelus pelan kepala pemuda itu. Ini persis seperti dulu ketika Yibo masih anak-anak. Yibo selalu menangis di pangkuannya seperti ini.

Li Jia menyadari bahwa sejak kecil Yibo terlalu ditekan untuk menjadi sempurna. Nilai akademis, tingkah laku dan sebagainya. Tidak pernah bermain dengan anak seusianya dan harus selalu juara kelas. Jika tidak, suami Li Jia akan marah besar. Perlakuan semacam itu membuat Yibo tumbuh menjadi seorang pemuda yang takut untuk jujur, takut mengakui kesalahan. Jika seorang anak bersalah, maka orang tuanya juga bersalah karena telah gagal mendidik anak itu.

Li Jia membiarkan Yibo puas menangis di pangkuannya. Membelai rambut pemuda itu, menyalurkan hangat kasih sayang seorang ibu. Tidak ada sepatah kata yang terucap, cukup membuat Yibo tahu bahwa seorang ibu akan selalu ada untuknya.

Beberapa menit berlalu, kini Yibo sudah terlihat lebih tenang. Li Jia memapah anaknya untuk duduk di sofa, kemudian wanita itu pergi ke dapur dan membuat sarapan.

Sarapan siap kurang dari tiga puluh menit. Li Jia meletakkan sepiring pancake dan segelas susu di meja, di hadapan putranya. "Makanlah."

Yibo hanya diam seraya memandangi pancake itu. Tidak makan, tidak juga menjawab ibunya.

Melihat kondisi putranya, Li Jia hanya mampu menghela napas panjang. Wanita itu kemudian menelepon petugas kebersihan. Penthouse cukup berantakan pagi ini, terutama karena tumpahan minuman keras di lantai.

*****

Hari menjelang siang ketika akhirnya Yibo mau bicara. Pemuda itu menceritakan semuanya kepada sang ibu. Pertemuan dengan Xiao Zhan, Kevin, juga segala hal yang telah terjadi.

Li Jia tidak banyak berkomentar. Hanya menjadi pendengar setia karena mungkin hal itulah yang paling diinginkan Yibo saat ini. Li Jia tidak akan menghakiminya.

Wang Yibo terlihat berantakan, persis seperti tiga tahun yang lalu. Wajah kusam dihiasi luka lebam, pakaian kusut, tidak makan dan juga tidak mandi.

"Yibo, mandilah. Setelah mandi, temani Ibu makan siang," Li Jia berucap dengan lembut setelah pemuda itu menyelesaikan ceritanya.

"Baik, Bu." Sedikit melepas kegundahan membuat Yibo mulai dapat berpikir jernih. Pemuda itu menyadari bahwa pakaiannya sangat kotor, bau minuman keras begitu menyengat, belum lagi perih luka di wajah yang belum sempat terawat.

Wang Yibo melangkah menuju lantai dua, bermaksud untuk mandi di kamarnya. Sedangkan sang ibu setia menunggu di sofa ruang tengah. Sedih, ibu mana yang tega melihat anaknya hancur. Tidak bisakah Yibo memulai hidup baru? Jika terus begini, maka Xiao Zhan dan Kevin juga akan ikut tersakiti.

*****

Satu minggu berlalu sejak Xiao Zhan dilarikan ke rumah sakit. Kini, lelaki itu sudah kembali ke rumah. Dokter mengatakan bahwa Xiao Zhan tidak boleh terlalu lelah. Selain itu, pola makan dan pola tidurnya juga harus dijaga.

HOW TO PLAY SEASON 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang