chapter 4

1.3K 158 18
                                    

CHAPTER 4

New York, salah satu kota di negara Amerika Serikat yang kemegahannya sudah tersohor hingga ke seluruh dunia. Di kota itu, Wang Yibo telah menghabiskan dua tahun hidupnya. Setiap hari ia isi dengan rutinitas yang sama, yaitu bekerja dan bekerja.

Tiga tahun berlalu sejak kepergian Xiao Zhan, dan dalam tiga tahun itu pula terjadi perubahan besar dalam hidupnya. Wang Yibo pernah sangat terpuruk, mengalami depresi hingga harus berobat ke psikiater. Segalanya tidak pernah terasa sama sejak kepergian Xiao Zhan. Meskipun kini dia terlihat jauh lebih baik, tetapi tidak dengan hatinya.

Hari demi hari dijalani dengan perjuangan keras untuk melupakan satu sosok yang sangat dia rindukan. Wang Yibo sangat menyesal hingga memilih menenggelamkan diri dalam kesibukan, mencari satu saja alasan untuk tetap hidup setelah Xiao Zhan meninggalkannya.

Wang Yibo tidak pernah lagi mencoba menjalin hubungan dengan seseorang setelah kepergian Xiao Zhan, tidak juga memiliki teman untuk berbagi keluh kesah di kala sepi. Pekerjaan adalah teman baiknya. Pria itu seolah tengah menghukum diri sendiri, bertahan dengan satu kenangan indah yang masih tersimpan di dalam hati.

Kenangan indah ketika Xiao Zhan tersenyum kepadanya. Kenangan ketika Wang Yibo memberikan nama kepada putra mereka. Lalu kenangan menyakitkan ketika pria itu meninggalkan Xiao Zhan dan memilih menikah dengan orang lain. Tidak satu pun dari kenangan itu yang dia lupakan. Rasa bersalah tidak pernah menghilang, Wang Yibo membenci dirinya sendiri atas apa yang dia lakukan di masa lalu.

Kini, hanya memandangi beberapa foto Xiao Zhan di layar ponsel, satu-satunya pengobat rindu dan pengusir sepi. Dalam foto itu, terlihat Xiao Zhan tengah tersenyum manis, memegangi perut besarnya. Xiao Zhan dan putranya .... Jika saja ada kesempatan untuk mengulang waktu, maka Yibo akan memilih mereka di atas segalanya.

Namun, waktu tidak dapat terulang, dan kesalahan yang telah terjadi tak lagi bisa diperbaiki. Sangat berat untuk merelakan sesuatu. Ketika pria itu kehilangan segalanya, di saat itulah dia sadar tentang apa yang paling berharga.

Gedung pencakar langit milik Keluarga Wang terasa sama saja di mana pun tempatnya. Tidak banyak perbedaan antara New York dan Beijing. Menatap pemandangan kota dari balik dinding kaca, hanya kehampaan yang kini dia rasa.

Tok ...
Tok ...

Suara pintu ruangan yang diketuk menyadarkan Wang Yibo dari lamunan. "Masuk," ucapnya.

Pintu terbuka, yang terlihat di sana bukanlah seorang sekretaris, melainkan Li Jia, ibu Wang Yibo.

"Bu, kapan Ibu datang?" tanya Wang Yibo seraya menghampiri dan memeluk ibunya.

Li Jia tersenyum lembut, melepaskan pelukan kemudian mengamati wajah putranya yang tampak lelah. "Sudah jam makan siang. Kenapa kau masih di sini?"

"Huh, benarkah?" Wang Yibo spontan menengok arlojinya.

Li Jia menepuk pelan bahu pemuda itu. "Ayo, temani Ibu makan siang," ajaknya.

Wang Yibo mengangguk, mereka keluar dari ruangan untuk selanjutnya menuju kantin perusahaan.

Sepasang ibu dan anak itu pergi ke lantai bawah dengan menaiki lift. Dinding lift terbuat dari kaca, membuat mereka bisa mengamati pemandangan di luar dari bagian dalamnya. Bangunan perusahaan milik Keluarga Wang di New Yok memang jauh lebih megah dibandingkan Beijing, karena tempat ini adalah kantor pusat. Di sini, Wang Yibo memegang jabatan sebagai Direktur Pemasaran. Logan Wang dan Li Jia sendiri justru lebih banyak menghabiskan waktu di Beijing untuk mengawasi proyek.

Wang Yibo bersyukur proyek BX3 dapat berjalan lancar meskipun tanpa dirinya. Tanggung jawab diambil alih oleh salah satu orang kepercayaan Logan Wang. Setelah insiden itu, Wang Yibo tidak lagi bisa tinggal di Beijing dengan tenang. Mungkin Wang Yibo berpikir bahwa sang ayah sengaja mengirimnya ke New York karena pria itu malu dan menganggapnya tidak berguna. Namun, tidak. Sejatinya Logan Wang hanya ingin melindungi pemuda itu.

HOW TO PLAY SEASON 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang