Seiza terdiam di dalam kamarnya sudah beberapa hari dia tampak lesu, bahkan sampai membuat sang Ibu Fujimura Chiharu menjadi khawatir dengan keadaan putri nya. Tetapi Seiza memang lah orang yang suka menyimpan rahasianya seorang diri, mau ibunya bertanya Sampai ratusan kali jawaban Seiza akan selalu sama.
"Aku baik-baik saja."
Seiza duduk diatas meja belajarnya, di depannya terdapat sebuah kertas dan pulpen, tangan kirinya mulai mengambil pulpen itu dan menuliskan hal yang ingin dia sampaikan melalui kertas tersebut.
"Gomen Minna."
***
Keesokan harinya Seiza pun menemui pelatihan Sanada untuk menyerahkan surat pernyataan yang sudah dia tulis tadi malam.
Pelatih Sanada yang membacanya pun terkejut bukan main karena surat itu adalah surat pengunduran diri Seiza sebagai penanggung jawab club basket Teiko, bahkan di surat itu sudah terdapat cap dari dewan komite kesiswaan."Fujimura ini, kenapa?" Tanyanya
"Maaf pelatih, aku mengundurkan diri lebih cepat dari masa jabatan ku, karena aku harus belajar lebih giat lagi untuk masuk ke sekolah yang lebih tinggi." Ucap Seiza memberikan alasannya berhenti.
"Tetapi, ujiannya masih setengah tahun lagi."
"Saya berencana untuk masuk ke SMA Fukurodani dan ujian masuk sekolah tersebut sangatlah sulit, jadi saya harus mulai belajar dari sekarang." Melihat wajah Seiza yang tertunduk membuat pelatih Sanada tidak bisa berkata-kata lagi, sebenarnya dia sudah mengetahui apa yang terjadi pada Tim basket saat dia sedang meyakinkan Aomine.
"Baiklah kalau begitu." Pelatih Sanada pun berdiri lalu membungkuk tubuhnya pada Seiza.
"Terimakasih atas kerjasama mu selama ini."
"Terimakasih atas semuanya pelatih." Ucap Seiza yang juga membungkukkan tubuhnya.
Seiza pun keluar dari ruangan tersebut dia tak sadar kalau sedari tadi Kuroko sudah menunggunya didepan pintu ruangan. Seiza yang sudah terbiasa dengan kemunculan Kuroko yang tiba-tiba pun kini sudah tidak kaget lagi dengan keadaan seperti ini.
"Seiza-san." Seiza bisa mendengar nada suara sedih yang keluar dari mulut Kuroko.
"Ayo kita bicara di tempat lain."
Mereka berdua kini berada di atap sekolah, hembusan angin yang kuat sangat terasa disana. Sejujurnya tempat ini sangat berkesan bagi Seiza dia ingat dengan jelas saat festival sekolah beberapa bulan yang lalu, mereka semua para anggota Kiseki no Sedai dengan bahagian makan bersama makanan yang di dapat Akashi dari berburu hadiah.
Dia masih ingat dengan jelas mereka melihat matahari terbenam sembari bercanda bersama. Akan tetapi hal itu kini telah berubah Seiza harus kuat dengan kenyataan yang ada. Kiseki no Sedai kini telah kehilangan cahayanya."Kenapa Seiza-san berhenti?" Tanya Kuroko yang langsung pada intinya.
Seiza menarik tangan Kuroko mengisyaratkan padanya untuk duduk di sebelahnya. Mereka berdua menatap pemandangan kota Tokyo dari atas atap sekolah mereka.
"Tetsuya-kun, cepat atau lambat hari ini pasti akan datang, lagipula sekarang aku sudah kelas 3 aku juga harus menghadapi ujian, jadi mau tidak mau aku harus berhenti." Jelas nya memberikan penjelasan pada Kuroko.
"Seiza-san aku sudah tau semuanya, jadi tolong jangan berbohong padaku." Ucapnya seperti menahan tangis.
Seiza menarik kepala Kuroko dan menyandarkan pada bahunya Seiza mengelus kepala Kuroko untuk membuatnya lebih tenang.
"Apa yang dikatakan Akashi itu ada benarnya, di bandingkan dengan Momoi dan yang lainnya aku memanglah bukan siapa-siapa bagi tim basket, aku hanya orang luar yang di beri tugas untuk mengawasi kalian." Seiza dengan sekuat tenaga menahan tangisnya, dia tidak boleh sampai terdengar lemah di depan Kuroko. Karena Seiza tidak mau Kuroko semakin sedih, dia tahu Kuroko kini kehilangan Aomine dia tak mau membuat Kuroko semakin sedih.
"Aku mohon Seiza-san jangan keluar."
Seiza merasakan bahunya yang basah, dia pun melepaskan Kuroko dari pundaknya dan benar saja Kuroko kini sudah meneteskan air mata. Seiza pun dengan cepat menghapus air mata dari kedua mata Kuroko yang menurutnya sangat lah menenangkan.
"Tetsuya-kun, tenang saja aku tidak akan pergi jauh hapus air mata mu, aku tidak suka melihat mu menjadi cengeng seperti ini." Ucap Seiza dengan tegas sembari memegang wajah kuroko dengan kedua tangannya.
Seiza mengeluarkan sesuatu dari dalam jas sekolahnya, Kuroko sangat terkejut karena Seiza memakaikannya sebuah wirstband berwarna hitam dengan garis merah di tangan kirinya.
"Tetsuya-kun berjanji lah pada ku mulai sekarang kau harus kuat, jika kau berjanji seperti itu aku tidak akan jauh dari kalian." Ucap Seiza sembari mengangkat tangan Kuroko.
"Baiklah Seiza-san aku berjanji padamu."
"Pakailah anggap saja ini sebagai bukti dari janji yang kita buat." Kuroko pun mengangguk dan Seiza kembali mengusap kepala Kuroko dengan lembut.
***
Karena sudah bukan menjadi penanggung jawab club basket, Seiza pun memutuskan untuk pulang setelah jam sekolah berakhir. Seiza melintas di jalan yang sepi itu seorang diri. Sampai dia melihat seseorang yang sangat dia kenal sedang tertidur di rerumputan menghadap kearah langit senja.
Entah apa yang dipikirkan oleh Seiza dia pun menghampiri orang itu dan duduk tepat disebelahnya. Orang yang tertidur di sebelah Seiza tersadar jika ada seseorang yang mendekati duduk di sampingnya.
"Aa.. maaf Daiki aku sudah menganggu tidur mu " ucap Seiza yang terkejut setelah melihat Aomine yang terbangun.
Melihat Seiza yang terdiam dengan wajah sedih Aomine pun memukul sedikit kepala Seiza berusaha untuk menghibur dirinya padahal dia sendiri sedang dalam keadaan yang kacau.
"Sakit, Daiki." Keluh Seiza
"Aku sudah dengar semua tentang dirimu." Ucap Aomine yang ternyata sudah tau tentang kejadian yang menimpa dirinya.
"Terimakasih untuk selama ini Seiza."
"Daiki, apa benar kau akan meninggalkan basket?" Ucap Seiza yang khawatir tentang rumor yang kini beredar luas. Aomine yang sudah berhenti berlatih membuat seiza cemas, dia tak ingin Aomine berhenti bermain basket.
"Memang kenapa?"
"Daiki aku mohon jangan berhenti." Ucap Seiza dengan nada yang menyesakan.
Aomine melihat kearah Seiza yang di terpa oleh sinar matahari terbenam, dia bisa melihat dengan jelas kesedihan yang terpancar dari dalam diri Seiza.
"Bermainlah, aku masih ingin melihat mu terus bersinar."
Aomine menghela nafasnya dia pun mengelus kepala Seiza berusaha membuat gadis itu tenang.
"Tenang saja aku tidak akan berhenti." Seiza tersenyum sesak menanggapi perkataan Aomine.
Seiza pun kini berdiri dan mengeluarkan kotak bekal yang ada di dalam tasnya, lalu menyerahkannya pada Aomine tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.
Seiza meninggalkan Aomine yang masih duduk disana, Aomine melihati Seiza yang pergi tanpa berkata apapun membuatnya merasa sedih. Dia pun membuka kotak makan yang di berikan oleh Seiza, dan betapa terkejutnya dia melihat tempura ayam buatan Seiza yang pernah dia makan. Aomine mengambil satu tempura ayam itu, rasanya enak seperti biasanya akan tetapi tanpa sadar dia mengeluarkan air mata saat memakan kembali tempura ayam itu.
"Enak.. "
To be continued
Maaf kalo kurang sad aing gk pandai bikin scene sedih.
Dan maaf juga kalo banyak typo, keyboard aing ada pembenaran ejaan otomatis nya jadi kadang kata-kata malah mbelibet sendiri.Selamat malam semua semoga mimpi indah
See you next chapter
Note :
book ini sebentar lagi akan berada di akhir cerita. Sebenarnya aing mau lanjutin book ini ke season 2 tapi kalian mau pada lanjut atau enggak? Saya ngikut kalian wahai para reader?Di tunggu sarannya ok
![](https://img.wattpad.com/cover/322940572-288-k410340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress (Kiseki no Sedai x OC) ✓
FanfictionGadis cantik yang baru saja pindah ke SMP Teiko ini seketika menggemparkan satu sekolah karena pemikirannya. Kiseki no Sedai x OC Disclaimer : Kuroko no basket milik Fujimaki sensei aing cuma minjem char sama latarnya doang.