Ayah?

3.7K 43 0
                                    

Setelah menetralkan emosinya, Claire bergabung di halaman belakang, dirinya duduk di samping Freya yang sedang memakan buah-buahannya.

"Hey Freya.." sapa Claire sembari mengelus pipi chubby Freya dengan gemas.

"Aunty? Aunty siapa namanya?" Tanya Freya.

"Aunty Claire sayang.." jawab Claire.

"Aunty Claire mau?" Ujar Freya menawarkan apel yang akan dimakannya.

Claire menggeleng. "Untuk Freya saja.." jawab Claire.

"Uncle Gavin dari tadi duduk disamping Freya juga tapi Freya hanya menawarkan Aunty Claire?" Keluh Gavin.

"Hehe ini Uncle mau?" Tawar Freya sembari terkekeh.

"Tidak, untuk Freya saja.." tolak Gavin.

"Tadi minta Freya tawarin tapi ga mau.." sindir Freya mengerucutkan bibirnya.

"Sorry Frey.. hehe.."

Kirana memperhatikan interaksi itu sedari tadi. "Mas.." panggilnya pada Darel.

"Hm?" Singkatnya.

"Gavin dan Claire cocok ya kayanya?" Tebak Kirana.

Darel ikut memperhatikan dengan tangan mengepal menahan rasa cemburunya. "Tidak tahu.." jawabnya pada sang istri.

"Mas Darel jika dimintai pendapat selalu tidak tahu," kesal Kirana sembari berlalu masuk ke dalam villa mengambil minuman.

Semuanya sudah berkumpul untuk makan malam, Elina terlihat mulai akrab dengan yang lain berbeda dengan Claire yang semakin canggung dan hanya berdiam diri jika bukan lebih dulu di tanya.

"Kirana, pakai jaket kamu. Jangan sampai liburan justru membuat kamu sakit nak," tegur Fardy, sang ayah.

"Aku malas mengambilnya di dalam hehe.. aku tidak terlalu kedinginan ko Pa.." jawab Kirana.

Fardy melepas jaketnya dan memberikannya pada Kirana. "Pakai jaket Papa dulu," titahnya.

Darel yang melihat itu turut melepas jaketnya. "Pa tidak usah, Kirana pakai jaket Darel saja, Papa jangan sampai kedinginan juga," sela Darel dengan memakaikan jaketnya pada Kirana.

Fardy memakai kembali jaketnya. "Minum juga jahe hangatnya nak.." titahnya kembali.

"Ok Pa..!" Jawab Kirana.

Claire mendengarkan percakapan itu sembari menunduk tanpa mau melihatnya dan mencoba menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Bahkan aku lupa kapan terakhir aku mendapatkan perhatian seperti itu, terakhir bertemu dengannya dia justru menginginkan kematianku. Dia lebih memilih mengisi kekosongan sosok ayah dalam diri anak tirinya," batin Claire sendu.

Claire menarik napas dan membuangnya perlahan, dirinya berdiri hendak meninggalkan halaman belakang, namun lengannya di tahan. "Mau kemana? Makan malamnya belum mulai," tegur Gavin.

"Aku ke kamar sebentar Gavin.." jawab Claire dengan melepas genggamannya pada pergelangan Claire dan pergi menuju kamar seorang diri.

Claire duduk di atas ranjang dan memeluk kakinya, Claire mulai menangis terisak dengan menangkupkan wajah di pahanya.

"This is not fair! Kapan karma itu datang tuhan.. aku ga pernah lagi berharap sosoknya, aku hanya ingin dia merasakan sakit seperti keluargaku juga.." Lirih Claire.

Di halaman belakang, makan malam sudah sedari tadi di mulai. Kirana menyadari ketidak beradaan Claire bersama mereka.

"Gav tadi Claire bilang mau kemana?" Tanya Kirana.

Gavin menengok. "Ke kamar sebentar, tapi belum datang juga dari tadi," jawab Gavin.

"Mungkin Claire kecapean, bawakan makanannya saja ke kamar Claire, Gav." Titah Kirana sembari mengalaskan makanannya pada piring kosong.

Gavin mengangguk dan dengan cepat menghabiskan makanannya.

"Kenapa Gavin yang harus mengantarkannya? Ini ada Elina temannya," sela Vena sang ibu.

"Ya tidak apa-apa sih, agar Claire dan Gavin semakin dekat saja. Aku menyukai mereka berdua jika bersama," jawab Kirana dengan santainya.

"Mama ibunya, kenapa jadi kamu yang mengatur? Belum tentu wanita itu baik untuk Gavin!" Tegur Vena.

"Sstt.. Mama diam saja ok.." sela Gavin  sembari tersenyum pada ibunya dan mengambil piring yang diberikan Kirana lalu meninggalkan halaman belakang menuju kamar Claire.

Sesampainya di depan pintu, Gavin mengetuk pintunya namun tidak ada jawaban sehingga Gavin memutuskan membuka pintunya pelan dan masuk ke dalam kamar.

Dilihatnya Claire yang sedang duduk meringkuk dengan bahu bergetar, Gavin mendekatinya dan duduk di hadapan Claire dengan memegang bahunya membuat Claire terkejut dan dengan segera menghapus air matanya.

"Gav.. maaf.." lirih Claire.

Gavin menatap mata Claire yang sembab. "Kenapa meminta maaf? Kamu kenapa Claire? Mau bercerita?" Tanya Gavin.

Ditanya seperti itu justru membuat Claire kembali meneteskan air matanya, Claire menggelengkan kepalanya dan menghapus air mata yang mengalir kembali.

Gavin yang mengerti keadaan Claire langsung menarik Claire ke dalam pelukannya. "Menangis saja Claire.. aku akan memelukmu sampai kamu berhenti menangis.." bisiknya dengan mengusap lembut punggung dan rambut Claire.

"Kamu kembali saja bersama yang lain, tadi aku hanya rindu ayahku Gav.." lirih Claire dalam pelukan Gavin.

"Aku mau disini saja menemani kamu, makan dulu ayo Claire.." pinta Gavin.

Claire menggeleng. "Aku lagi ga mau makan Gav.. nanti saja," tolak Claire.

"Mau istirahat? Kita istirahat saja ya.. aku temani sampai kamu tertidur," ujar Gavin dengan merebahkan Claire di ranjang dan tetap memeluknya.

Claire menenggelamkan wajahnya di dada bidang Gavin dan membiarkan Gavin memeluknya erat. Sampai akhirnya, keduanya justru terlelap ke alam mimpinya masing-masing.

Kedua orang tua Kirana sudah masuk ke dalam kamarnya, tersisa Darel yang memilih menonton di ruang tengah bersama sang istri dan Elina yang masuk ke dalam kamarnya bersama Claire.

"Ututu.. so sweet sekali.." gumam Elina kegirangan melihat Claire dan Gavin tidur berpelukan, dirinya langsung mengambil ponselnya dan memotret Claire dan Gavin beberapa kali.

"Aku tidak boleh mengganggu mereka.." monolog Elina sembari menyelimuti keduanya dan pergi keluar dari kamar.

Kirana yang melihat Elina keluar dari kamar menegurnya. "Mau kemana El..?" Tanya Kirana yang mengalihkan pandangannya dari layar tv.

"Ka.. Claire lucu sekali.." ujar Elina mendekati Kirana.

"Lucu kenapa?" Tanya Kirana kebingungan.

Elina memperlihatkan ponselnya pada Kirana. "Lihat.. Claire dan Gavin tidur berpelukan! Mereka terlihat cocok sekalikan?" Puji Elina.

Kirana menatap foto itu tak kalah bahagianya. "Iya cocok sekali.. ya sudah kamu tidur di kamar lain tidak apa-apa El?" Tanya Kirana.

Elina mengangguk pasti. "Iya Ka.. ada kamar kosong lagi kan ya?" Balas Elina.

Darel menatap keduanya tak suka, lengannya semakin mengepal menahan emosinya. "Kamu membiarkan Gavin dan Claire tidur bersama? Itu tidak boleh Kir.." tegur Darel dengan berusaha bersikap normal.

"Mereka tidak melakukan apapun Mas.. biarkan saja aku percaya Gavin akan menjaga Claire.." sanggah Kirana.

"Nanti ketahuan Mama, kamu juga yang kena omelannya Kir.." peringat Darel.

"Tidak akan Mas.. sudah ayo Mas masuk kamar.. aku sudah mengantuk! El kita masuk ke kamar ya.. kamu juga cepat istirahat!" Ujar Kirana dengan memaksa menarik lengan sang suami untuk masuk ke kamar.

Elina melihat keduanya memasuki kamar, dirinya termenung sejenak. "Semoga Gavin bisa membahagiakanmu Claire.. dan semoga feelingku tentang Pak Darel tidak benar-bener terbukti," monolognya dalam hati.

Terjebak CEO Beristri (21+) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang