17

28 2 0
                                    

Happy reading!


"Sore nanti kita balik!!"

Seruan Beomgyu memusatkan pandangan mereka. Apa mungkin mereka pulang? Atau tetap bertahan melawan dia di rumah ini.

"Gue tau kalian ngga sebodoh itu buat ngerti ucapan gue barusan."

"Tapi kak...kalo kita beneran pergi hari ini, pelakunya mungkin ngelakuin sesuatu buat ngehalangin kita." Apa yang Junkyu ucapkan ada benarnya. Pasti orang itu tidak akan tinggal diam.

"Dan...apa mungkin kita semua baik-baik aja didepan orang tua kita nanti?", Pertanyaan yang terlontar dari mulut Hueningkai mampu menciptakan keheningan selama lebih dari 5 menit. Mereka pun bertanya-tanya dalam diam. Memikirkan apakah mereka masih dalam kondisi fisik ataupun mental yang baik sesampainya di tempat mereka tinggal masing-masing.

"Terus gimana sama Hyunsuk? Dia kan...belum sadar.", ucap Yeonjun.

"Tetep bawa Hyunsuk, tapi harus ada yang selalu jagain", jawab Jaehyuk.

"Gimana pun caranya, kita harus keluar dari sini"

"Yahh padahal gue masih pengen seneng-seneng disini", ucapan Yoshi sontak membuat mereka mendelik kepadanya.

"Seneng-seneng lo bilang? Lo seneng liat darah berceceran? Lo seneng liat temen lo mati?! Bisa-bisanya Lo mikir kesenangan lo pas kita lagi berada di posisi terancam mati?!NGGA WARAS LO!!!"

Tangan Hueningkai memegang lengan Junkyu, mengisyaratkan agar dia menahan emosi. Mereka semua menatap takjub ke arah Junkyu. Yang mereka lihat tidak seperti Junkyu yang diketahui adalah pemuda manis yang jarang berkata kasar seperti demikian.

Berbeda kondisi Taehyun dengan mereka. Ia hanya menatap meja dengan pikiran yang semrawut seperti lilitan untaian benang. Ia memikirkan banyak hal. Pertama, bagaimana jika mereka pulang mereka merasakan lagi kehilangan, kedua, bagaimana caranya dia melindungi temannya, ketiga, bagaimana mengehentikan ketidakwarasan dia , juga masih banyak hal yang membebankan pikirannya, termasuk bagaimana saat mereka tau bahwa dirinya termasuk pelaku walaupun terpaksa. Bahkan ia ingat dengan jelas tangan sialnya yang menusuk perut salah satu temannya,Mashiho. Pikirannya mengatakan bahwa dirinya adalah manusia yang hina, tega membunuh temannya demi keselamatannya. Taehyun egois, itu yang dikatakan pikirannya.

Drtt drrtt

Ponsel Yeonjun bergetar di sakunya, segera ia angkat setelah mengetahui yang menelponnya adalah pihak rumah sakit. Reaksi Yeonjun ketika menerima telpon memusatkan pandangan mereka padanya. Berita yang diterima Yeonjun mengejutkan mereka. Hyunsuk sudah sadar dari komanya satu jam yang lalu. Berita baik ini bisa membantu mereka pergi dari tempat mengerikan ini. Walaupun begitu, mereka tetap membawa Hyunsuk pergi karena tidak mungkin ditinggalkan. Rumah sakit belum tentu aman.

"Kemasin barang-barang kalian, tarok depan pintu. Semua harus setuju, ngga ada penolakan. Tentang Hyunsuk gue rasa emang harus tetap kita bawa pergi. Rumah sakit itu belum tentu bisa menjamin Hyunsuk aman disana", titah Yeonjun.

Segera mereka beranjak menuju kamar. Namun, tanpa mereka sadari, salah satu dari mereka justru pergi ke kamar kakek Yoshi.

Mereka menyiapkan koper didepan pintu. Saat yang lainnya keluar kamar, Hueningkai spontan menatap bawah almari, dimana terdapat buku usang.

Apa gue bawa aja buku ini?,tanya batinnya.

Tanpa berpikir panjang, Hueningkai masukkan buku itu ke dalam tasnya lalu menyusul yang lainnya menaruh koper itu didepan pintu.

Semua barang yang mereka bawa sudah disiapkan di depan pintu. Berjaga jika sedang darurat, mereka bisa langsung pergi tanpa harus menyiapkan barang. Mereka rasa ini memang waktunya mereka pergi. Liburan yang seharusnya diisi dengan tawa justru menumpahkan ribuan air mata, setiap langkah mereka berpijak selalu merasa waspada seakan musuh terbesar mereka bukanlah si pembunuh itu melainkan ketakutan mereka sendiri dan ternyata ini liburan terburuk yang mereka alami. Di saat seperti ini, mereka sungguh ingin segera pulang, memeluk orang tua, bahkan ingin bersujud meminta maaf atas segala kesalahan yang dibuatnya. Mereka rindu rumah, rindu masakan terlezat ibunya. Mungkin, setelah ini, mereka akan membenci liburan. Dan tanpa diri mereka sadari, beberapa dari mereka mentalnya sedikit hancur atau mungkin... sudah menggila hingga hati mereka mati. Dan sebab itu, akibatnya diri mereka tidak terkendali, membunuh teman bahkan sahabatnya sendiri.

Sore hari telah tiba, jam menunjuk pukul 05.35. Harapnya mereka berhasil keluar tanpa kehilangan siapapun lagi.

Semua bergegas menyiapkan segala keperluan yang mungkin ada barang yang tertinggal.

Sebelum pergi, mereka menyantap roti dan tak lupa memasukkan beberapa makanan ringan ke dalam koper, berjaga-jaga jika nantinya perjalanan mereka panjang karena pasti ada halangan untuk mereka pulang.

Segala keperluan itu sedikit memakan waktu. Detik jam yang berbunyi seolah memerintah mereka untuk segera pergi.

Mereka sudah siap pada segala halangan yang mereka hadapi ketika mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah ini. Semoga mereka bisa kembali kepada keluarga dengan kedaaan baik-baik saja. Segala hal buruk yang mereka hadapi, apapun itu. Siap tidak siap harus siap. Mungkin ketika sudah dimulai nanti, hanya ada dua pilihan, membunuh atau dibunuh.

Sebelum mereka pergi, mereka sudah merencanakan bagaimana caranya membawa Hyunsuk pergi dari rumah sakit. Jaehyuk pergi terlebih dahulu. Ia bertugas menculik Hyunsuk dari rumah sakit dengan cara menyamar menjadi perawat Hyunsuk. Cukup beresiko memang, karena Hyunsuk yang belum sepenuhnya pulih dan tentunya membutuhkan perawatan khusus. Tapi ini harus, mereka harus segera pergi hari ini. Tentang bagaimana kondisi Hyunsuk nanti, mereka percayakan pada Taehyun yang ibunya merupakan seorang dokter dan Taehyun cukup mengerti bagaimana merawatnya walaupun tidak menggunakan alat medis.

Mereka bersiap di depan pintu. Yeonjun memegang gagang pintu bersiap melangkahkan kakinya keluar.

Yeonjun terdiam dengan tangannya yang masih memegang erat gagang pintu. Mereka yang menunggu pintu terbuka mengernyit heran. Hingga kalimat yang terucap dari mulut Yeonjun membuat semuanya mematung.

"Pintunya ga bisa dibuka"

Tentu saja mereka panik. Tidak mungkin ada yang mengunci sebab mereka semua ingin keluar.

"Ada yang nahan dari luar", sontak mereka semua menatap Hueningkai.

"Siapa yang nahan?", tanya Junkyu

Hueningkai hanya diam tidak menjawab pertanyaan Junkyu. Matanya menatap lurus pada pintu di depannya. Tangan kanannya terulur memegang pintu. Kedua matanya terpejam sejenak. Tiba-tiba tubuhnya tersentak kebelakang. Matanya yang semula terpejam terbuka menatap kaget kearah pintu. Hal itu membuat yang lainnya menatap heran kearahnya. Ada apa?,pikir mereka.

"Kita lewat pintu belakang!", Seruan Hueningkai mengejutkan mereka. Mereka mengikuti Hueningkai yang berlari menuju pintu belakang.

Apa yang dilihat mata batinnya tidak mungkin salah. Diluar pintu utama ada yang menghalangi dari luar. Bukan manusia, dia sosok yang hanya bisa dilihat oleh orang tertentu saja. Pelakunya ternyata mengirim para makhluk gaib untuk menghalangi mereka kabur dari rumah ini. Mungkin semua makhluk mengerikan di rumah ini sudah menjadi anak buahnya untuk membantunya melancarkan tindakannya. Ini gila! Hueningkai pikir hanya dirinya yang memiliki kelebihan seperti itu, ternyata ada yang sama diantara mereka. Apa mungkin peneror itu juga tau kelebihan Hueningkai? Jika iya maka akan menghalanginya menjalankan rencana yang sudah ia siapkan matang-matang.







Leivy_a2

HOLIDAY? ||TXT & TREASURE||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang