19

23 3 0
                                    

Happy reading!


Malam semakin larut. Hujan pun tak segera berhenti, malahan semakin deras. Gelegar bergemuruh di segala ruang.

Di tempat Taehyun berada kini ia sedang serius menatap layar monitor di depannya. Tentu saja Taehyun tidak ikut bersembunyi karena ia termasuk pelaku. Tanpa ia sembunyi, dirinya pasti baik-baik saja. Taehyun memang di tugaskan untuk mengawasi CCTV. Lalu akan dilaporkan kepada mereka yang menjalankan aksi kriminal itu. Melaporkan dimana saja mereka bersembunyi. Ada dua orang yang belum diketahui tempat persembunyiannya, Yeonjun dan Beomgyu. Dua pemuda itu tidak tampak di layar monitor. Ada pula yang bersembunyi berdua. Jihoon dan Yoonbin di kamar no 4, Hueningkai di ruangan kosong lantai atas, Junkyu di kamar no 5 bersama Jeongwoo, Asahi ntah dimana manusia kulkas itu, sejak si pelaku utama memulai puncaknya sore tadi Asahi menghilang.

Taehyun tidak sebodoh itu untuk diam dan menuruti semua perintah si pelaku sebenarnya. Ia mengambil dan menyimpan beberapa video saat lelaki berpakaian tertutup itu membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya. Tujuannya melakukan itu agar nantinya bisa diserahkan kepada pihak kepolisian sebagai bukti adanya teror dan pembunuhan di rumah ini.

Taehyun akan membantu temannya sebisa mungkin. Tapi sayangnya tidak untuk saat ini. Bahkan ia hanya bisa diam dengan wajah terkejutnya saat tau Junghwan terjatuh di kamar mandi dengan kepalanya yang terbentur dan mengeluarkan banyak darah.

Sebenarnya ia juga khawatir dengan Yoonbin yang bersembunyi bersama Jihoon karena salah satu dari mereka berdualah pelakunya, juga dengan Junkyu dan Jeongwoo yang bersembunyi di kamar no 5 dimana kamar itu adalah kamar tergeletaknya mayat Mashiho yang beberapa hari ia bunuh. Mashiho ia pindahkan ke bawah kolong tempat tidur. Semoga saja Junkyu dan Jeongwoo tidak berteriak saat mengetahui mayat Mashiho di sana atau mereka akan bernasib sama.

Ditempat lain Hueningkai berada, ia memandang pigura yang terdapat foto seorang kakek. Ternyata ada foto yang terpajang di lantai atas. Langkah kakinya mendekati foto tersebut. Matanya menelisik wajah seorang lelaki tua di foto itu. Ia merasa tidak asing dengan wajah itu, sebentar, dia mirip dengan seorang kakek yang ia temui di taman waktu lalu. Kakek yang mengatakan hal aneh kepadanya. Wajahnya benar-benar mirip. Pandangan matanya berpindah ke ujung kanan bawah foto. Di sana tertulis nama kakek itu. Kanemoto Toshio. Otak Hueningkai seakan dihentikan secara mendadak. Ia tidak bisa berpikir positif. Beberapa pertanyaan bercampur menjadi satu memenuhi otaknya. Apakah kakek yang ia temui adalah kakek Yoshi? Apa lelaki tua di foto ini dengan kakek itu adalah orang yang sama? Apakah Yoshi berbohong bahwa kakeknya telah tiada? Atau memang benar perkataan Yoshi? Ini sungguh teori yang membingungkan.

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya tanpa ada yang memberi tahukan jawabannya. Dan satu pikiran negatif lagi muncul di otaknya, apakah teror ini ada hubungannya dengan kakek yang ia temui dan di foto ini? Jikalau iya, apa itu?

Brakk

"Lo ga bisa lari dari gue!"

Hueningkai kembali ke tempatnya mengawasi. Dibawah sana rupanya ada aksi kejar-kejaran. Sungguh merinding melihatnya daripada melihat hantu yang sering kali ia lihat. Terdapat lelaki berbaju serba hitam yang dipastikan adalah pelaku itu sedang mengangkat kapaknya sambil berlari mengejar target didepannya. Rumah kakek Yoshi memang sangat luas jadi mereka bisa berlari untuk menjauhi kematiannya yang mungkin tragis. Hueningkai hanya melihat sekilas karena selanjutnya tertutup dinding ruangan di bawah.

Yang dikejar adalah dia yang sebelumnya bersembunyi di atas pohon, Beomgyu.

Sebelum aksi kejar-kejaran si pelaku mendapat luka tusuk di pundaknya, tapi hal itu tidak dapat menghapus hasrat membunuhnya yang sudah menggebu-gebu. Kejadian sebelumnya begini, Setelah Beomgyu berhasil melempar pisaunya tepat di pundak si pelaku itu, ia langsung turun dari pohon dan tentunya menghajarnya. Tak mau berlama-lama dengan urusan itu Beomgyu memilih berlari menjauh. Tapi sayangnya si pelaku tak memedulikan sakit di pundaknya dan berlari mengejar Beomgyu seraya mengangkat kepaknya yang masih terlihat bersih tanpa bercak darah sedikit pun.

"Lari yang bener! Masak psikopat larinya kayak siput", ejek Beomgyu pada orang dibelakangnya. Padahal yang larinya agak lambat adalah dirinya sendiri, tapi ia berusaha mempercepat secepat mungkin.

Jika ditanya Beomgyu panik atau tidak, tentu jelas iya. Ia panik, gugup, jantungnya mulai berdetak tak normal, bahkan ia rasakan larinya kini agak tidak seimbang karena kedua kakinya yang gemetar. Ia terus berlari mempercepat langkahnya.

Lelaki berpakaian hitam itu mulai mengayunkan kapaknya ke depan. Beomgyu dengan cepat menjauh dan akhirnya kapak itu menancap pada dinding. Dirasa jika ini adalah kesempatan, Beomgyu mengeluarkan sebilah pisau berujung runcing dari tasnya dan ia lempar tepat ke kaki si pelaku pada bagian yang tidak tertutup celana atau sepatu. Kapak yang tertancap pada dinding itu ia ambil alih kemudian lanjut berlari meninggalkan pemuda itu yang terjatuh dengan kakinya yang berdarah.

****

Di tempat Junkyu dan Jeongwoo berada kini mereka menatap heran pada lantai kamar nomor 5 yang sangat kotor. Jika kotornya debu sih tak apa, tapi ini terlihat seperti suatu cairan yang mengering. Berwarna coklat. Junkyu melihat jejak itu dan memusatkan pandangan ke sudut ruangan. Ada genangan cairan berwarna merah kehitaman. Ia lalu berjongkok menyentuh cairan itu dan mencium baunya. Matanya membola mengetahui apa cairan kental itu. Baunya ini...bau amis, seperti bau darah.

"Woo, Jeongwoo", ia memanggil Jeongwoo mendekat.

"Kenapa?"

Junkyu mengulurkan tangan kanannya yang menyentuh cairan kental tadi ke Indra penciuman Jeongwoo.

"Darah?"

"Iya, ini baunya kayak darah"

Junkyu melanjutkan penelusurannya yang kemudian mengarah pada kolong tempat tidur. Sepertinya, ada sesuatu di bawah sana. Tubuhnya ia bungkuk kan mengintip bawah tempat tidur. Seketika itu, matanya kembali terbelalak dan memundurkan tubuhnya. Disana terdapat tubuh yang terkulai bersimbah darah, wajah pucat itu mengarah padanya, dan genangan cairan kental yang hampir mengering mengelilingi tubuh itu.

"J-jeongwoo", panggil Junkyu setelah menegapkan duduknya.

"Apa?"

"Lo nunduk bentar deh, liat kolong tempat tidur"

"AAA-Hmmph", teriakannya terhenti sebab tangan Junkyu membungkam mulutnya. "Jangan teriak bego, Lo mau peneror sialan itu nemuin kita?", Jeongwoo menjawabnya dengan gelengan.

"I-itu siapa?", Tanya Jeongwoo yang masih menampilkan keterkejutannya.

"Gue ngga tau, coba lo liat"

"Ga ga mau, serem gitu". Keheningan terjadi beberapa detik sebelum mereka mengambil keputusan bersama.

"Liat bareng yok", ucap mereka bersama. Mereka memerhatikan wajah pucat yang terselimuti noda darah itu. Sepertinya tidak asing.

"MASHIHO?!!"

Mereka refleks menutup mulut, terkejut dengan teriakannya sendiri. Untung suara teriak mereka tidak terlalu keras.

Mereka sudah menemukan jawabannya. Hilangnya Mashiho secara mendadak ternyata ini sebabnya. Sebelumnya mereka mengira Mashiho lah pelaku di balik semua ini. Namun ternyata dugaannya sangat salah. Justru yang dipikirnya buruk bukanlah kenyataanya.

Mendadak mereka terdiam memikirkan hal yang sama. Jika si peneror itu menyembunyikan mayat korbannya disini, apa selanjutnya pun begitu? Jadi... mereka dalam bahaya di ruangan ini.



Leivy_a2

HOLIDAY? ||TXT & TREASURE||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang