20

18 3 0
                                    

Happy reading!

Beomgyu berjalan menuju halaman belakang. Bajunya basah terkena air hujan saat ia bersembunyi di atas pohon. Kapak yang diambilnya dari si peneror itu masih digenggam kuat. Ia berpikir bahwa dirinya harus segera pergi. Ia tak mau jasadnya terbaring mengenaskan di rumah ini.

Dahan pohon di tengah-tengah halaman belakang ini dapat membantunya keluar. Terdapat dahan kokoh yang dapat mencapai dinding pembatas rumah ini. Beomgyu memanjat pohon itu seraya menggendong tas di bahunya dan menggenggam erat kapak di tangannya. Perlahan tapi pasti. Ia berhasil mencapai dinding pembatas. Awalnya ragu meloncat ke bawah karena dinding pembatas ini cukup tinggi. Tapi itu tak jadi penghalang keinginannya untuk pergi.

Dengan keberanian yang dipaksakan ia meloncat ke bawah. Sebelum itu, ia menjatuhkan tasnya terlebih dahulu untuk memudahkannya turun.

Brukk

"Ugh lumayan", maksudnya lumayan sakit. Sepertinya tulang punggungnya hampir retak, berlebihan sekali pemikiran itu. Tapi sungguh, ini terasa sakit. Walaupun harus mengorbankan tubuhnya remuk, ia berhasil keluar dari rumah itu.

Beomgyu melihat sekelilingnya. Pohon-pohon di segala sisi menjulang tinggi. Rerumputan pun tingginya mencapai lutut Beomgyu. Bagaimana bisa wilayah hutan belantara seperti ini menjadi sebuah pedesaan seperti yang ia ketahui sebelum menyadari kepalsuannya. Ia yakin si peneror itu telah bekerja sama dengan penghuni hutan ini agar peneror itu bisa menyulapnya menjadi pedesaan yang menenangkan, padahal aslinya menyeramkan.

Beomgyu berjalan menjauhi rumah itu. Tapi ada seseorang yang membuat langkahnya terhenti. Seseorang di lantai atas melambaikan tangan padanya. Beomgyu yang mengerti itu segera mengambil tali panjang yang kuat lalu melemparkannya kepada seseorang di lantai atas. Seseorang itu terlihat sibuk dengan tali yang diberikan Beomgyu. Kemudian ia segera turun dibantu tali panjang yang ia lilitkan kuat ke tiang rumah. Setelah berhasil turun, seseorang itu menghampiri Beomgyu.

"Thank ya", ucapnya di depan Beomgyu.

"Yoi. Kai, Kita harus cepet pergi dari sini sebelum orang gila itu nemuin kita" yang diajak bicara menganggukkan kepalanya setuju. Seseorang yang Beomgyu lihat di lantai atas tadi adalah Hueningkai.

Hueningkai tidak kaget melihat sekelilingnya karena ia tau ada yang tak beres saat pertama kali ia menginjakkan kaki di tempat ini. Oh, jangan lupakan bahwa saat ini bulan sedang menggantikan tugas matahari. Hueningkai dibuat bergidik melihat sekelilingnya banyak makhluk mengerikan. Walaupun sudah biasa melihat hal demikian, tetap saja ia akan merinding jika jumlahnya lumayan banyak. Ada yang tanpa kepala, ada yang memegang kepalanya sendiri, ada yang memiliki organ tanpa tubuh, ada pula makhluk yang mirip temannya yang perutnya hancur, dan lain sebagainya. Sebentar, apa tadi? Ada makhluk mirip temannya yang perutnya hancur? Hueningkai menolehkan kepalanya lagi pada salah satu dari mereka. Diamatinya wajah pucat itu yang juga menatapnya.

"Hai", wajah Hueningkai berubah pias saat dia menyapa. Itu dia, salah satu temannya yang telah pergi, Haruto.

Hueningkai meneteskan air matanya, menatap nanar pada temannya itu yang tak lagi memiliki raga. Ia tak tau harus berkata apa. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan. Tapi entah kenapa, mulutnya tak sanggup mengeluarkan sedikit suara. Lidahnya kelu.

Hueningkai tidak menyadari bahwa ia sedari tadi diperhatikan oleh Beomgyu disampingnya. Beomgyu mengernyit heran melihat Hueningkai yang aneh sebab tiba-tiba ia meneteskan air mata dengan pandangan mengarah di depannya. Sebenarnya apa yang bocah itu lihat? Beomgyu tidak melihat apapun selain pohon-pohon di kegelapan.

HOLIDAY? ||TXT & TREASURE||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang