Chapter Fourty Three - Fireworks

118 11 10
                                    

 Summary : –hanya berisi torehan kisah Obi sang kesatria istana dan seorang gadis yang ditemuinya di sudut kota Wistant. | "Namamu?" "Obi, seorang pengantar pesan dari Pangeran kedua kerajaan Clarines." "Namaku..."

.

.

.

Please Enjoy to Read!

.

.

.

CHAPTER 43 – Fireworks

Levanthine's POV

Terkadang aku berharap bahwa apa yang terjadi hanyalah mimpi, sampai hal yang lebih buruk terjadi, dan aku akan menyadari bahwa semua adalah kenyataan. Dan mimpi buruk itu berganti pada mimpi yang lebih dan lebih buruk lagi.

Kematian ibuku adalah mimpi buruk pertama, dan aku melupakan rasa sakit itu ketika mimpi buruk kedua datang, kematian kakak laki-lakiku. Mimpi buruk ketiga adalah ketika aku menyadari bahwa aku tidak punya tempat dimanapun, tidak di dalam istana, tidak di luar istana, dan bahwa aku bukanlah siapa-siapa.

Pada titik itu, aku mulai mati rasa.

Sampai sebuah pertemuan di bawah salju kembali membawa warna dalam hidupku, dan kini aku selalu mencari warna tembaga itu di setiap gerak mataku.

.

.

Realm for The Hearts

Story & OC's © Nakashima Aya

Akagami no Shirayukihime © Akizuki Sorata

[There's no profit we gain from this fanfiction]

Genre : Fantasy, Friendship, Family, Angst, Romance.

Warning : Multi-chap, Typo(s), OOT, OOC, Obi x OC

.

.

.

"Jadi, jika kau menambahkan bubuk ini akan memberikan rasa manis pada obatnya?" Leva berkedip, Ryuu kecil di hadapannya ini menghela nafas. "Bukan menjadi manis, Obi-san, namun mengurangi rasa pahitnya."

"Ya, manis."

'Dasar bodoh.'

Kendati Leva tidak lagi ditetapkan sebagai orang berbahaya, ia tetap adalah seorang tahanan kamar, gadis itu tidak bisa bebas keluar-masuk istana seperti biasanya, terkecuali hanya untuk menemui Izana atau kebutuhan politik lainnya. Dan entah bagaimana, kini kamarnya seakan menjadi basecamp dan tempat semua orang bertemu.

"Leva-hime sudah selesai?" Gadis itu tak bergeming, masih hanyut pada pikirannya sendiri, kendati gelas pada genggaman sudah kosong tak bersisa. "Hime-sama?"

"Leva!"

"O-Oh ya." Ia memberikan gelas tersebut pada Ryuu dan memutar bola matanya seketika melihat senyum Obi dari kursi di seberang. Dasar, pemuda itu benar-benar tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bersikap kurang ajar bahkan di hadapan orang lain. Ryuu melanjutkan kegiatan mengolah obatnya, dan Leva bergerak untuk berjalan menuju balkon di luar ruangan. Kaca yang sempat pecah sudah diperbaiki, dan kini bahkan Zen menambahkan pengaman besi pada bagian luarnya agar tidak mudah disisip orang.

Zen tidak tahu saja bahwa bukan hanya Algernon yang hobi menyusup ke dalam kamar Leva melalui jendela. Tanpa sadar lagi-lagi sudut matanya menemukan sang pemilik netra kucing yang tengah bermain-main dengan bocah yang jauh lebih muda itu.

Realm For The HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang