Chapter Twenty Seven - A Coin of Two

93 17 7
                                    

Summary : –hanya berisi torehan kisah Obi sang kesatria istana dan seorang gadis yang ditemuinya di sudut kota Wistant. | "Namamu?" "Obi, seorang pengantar pesan dari Pangeran kedua kerajaan Clarines." "Namaku..."

.

.

.

Please Enjoy to Read!

.

.

.

CHAPTER 27 – A COIN OF TWO

Author's POV

"Kau sudah siap, Zen?"

Pemuda itu mendongak, mendapati kakaknya–yang sekarang sudah menjabat sebagai Raja–kini berdiri dengan punggung menempel di badan pintu ruang kerja sang pangeran. Matanya terpejam, seperti yang selalu ia lakukan, sebelum ia menarik dirinya dan berjalan mendekati sang adik.

"Ada hal lain yang ingin anda sampaikan padaku, aniue?" Zen mendengus, membiarkan Izana kini meneliti berkas-berkas yang ada di meja kerjanya. Ia mungkin tidak seangkuh Leva, namun Zen tetap tidak suka jika pekerjaannya dikritik.

"Jangan lupa, ingat apa yang harus kau lakukan pertama kali ketika sampai di sana." Izana bersua, tangan dan matanya tidak berhenti bekerja. "Tidak ada yang menjamin apa yang akan terjadi walaupun kau pergi. Terutama dengan kemungkinan bahwa adik kita tersayang juga mungkin berada di sana."

Zen menghela nafas. Benar. Semua ini karena surat yang dikirimkan Aira–pelayan pribadi Levanthine–tempo hari. Apa lagi yang dilakukan gadis ceroboh itu? Zen benar-benar tidak habis pikir.

.

.

Realm for The Hearts

Story & OC's © Nakashima Aya

Akagami no Shirayukihime © Akizuki Sorata

[There's no profit we gain from this fanfiction]

Genre : Fantasy, Friendship, Family, Angst, Romance.

Warning : Multi-chap, Typo(s), OOT, OOC, Obi x OC

.

.

"O-Obi?" Leva membalik tubuhnya dengan cepat, berbalik lagi, dan lagi. Kedua netra keabuannya menyiratkan kecemasan kala ia menyorot cepat pada tiap-tiap sudut keramaian.

"Obi?!" Ia hampir saja histeris. Kedua kakinya terasa berat walaupun kini ia begitu ingin berlari mencari pemuda itu. Apa-apaan ini? Leva pikir tidak akan terjadi apa-apa. Ia merasa begitu naif, harusnya tadi mereka langsung bertindak saja.

Bagaimana jika ternyata Obi disergap? Bagaimana jika itu ternyata orang-orang dari salah satu faksi? Bagaimana jika mereka tahu Obi kemari untuk menyelidiki perkara kedua faksi? Bagaimana jika–

"Hime-sama!" Suara itu! "Tikusnya sudah tertangkap!"

Ketika Obi kembali dengan bocah berpakaian formal di genggamannya, ia bisa melihat wajah Leva yang memerah dan tubuhnya yang bergetar hebat, dan kedua bola mata pemuda itu terbelalak akan kesadaran bahwa ia baru saja meninggalkan Leva begitu saja.

'Bibirnya bergetar, dan ia berusaha keras agar air mata tidak keluar.' Pemuda itu membelalakkan matanya, dengan cepat ia melempar pergelangan tangan orang yang ia cekal dan menyentuh pipi Levanthine dengan kedua tangan. "A-Ah-Him-Leva jangan menangis!"

Realm For The HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang