Chapter Thirty Nine - The First Betrayal

64 13 5
                                    

Summary : –hanya berisi torehan kisah Obi sang kesatria istana dan seorang gadis yang ditemuinya di sudut kota Wistant. | "Namamu?" "Obi, seorang pengantar pesan dari Pangeran kedua kerajaan Clarines." "Namaku..."

.

.

.

Please Enjoy to Read!

.

.

.

CHAPTER 39 – The First Betrayal

Author's POV

TENG–TENG–TENG–TENG–

Obi terlonjak dari tempatnya duduk, bersamaan dengan Zen yang langsung berdiri dari meja kerjanya. "Lonceng penyusup?"

BRAKK–

"Zen!"

Mitsuhide menggebrak pintu pangeran muda itu dengan keras, raut wajahnya terlihat khawatir, letih, dan tidak sehat.

"Mitsuhide amankan gerbang depan, Kiki segera pergi ke asrama farmasi, dan Obi kau tahu apa yang harus kau lakukan kan?"

"Ya, Aruji."

'Leva!'

.

.

Realm for The Hearts

Story & OC's © Nakashima Aya

Akagami no Shirayukihime © Akizuki Sorata

[There's no profit we gain from this fanfiction]

Genre : Fantasy, Friendship, Family, Angst, Romance.

Warning : Multi-chap, Typo(s), OOT, OOC, Obi x OC

.

.

.

Tepat 3 bulan sebelum insiden kebakaran mansion Vyriae–

Izana menghela nafas, lagi-lagi ayahnya tidak mendengarkan apa yang ia katakan. Dan seakan hal itu belum cukup, ia kembali disadarkan pada fakta bahwa dirinyalah satu-satunya yang mengetahui segalanya. Dari kedua sisi, maksudnya.

"Izana?"

Pangeran muda itu menoleh, mendapati surai merah menyala milik kawan baiknya berada beberapa meter di atasnya. Kepalanya menengok ke bawah dari balkon kamar adik perempuannya.

"Leva sudah tidur?"

"Hahh, anak itu tertidur segera setelah ia mencium bau ranjangnya." Algernon Vincent Vyriae, nama dari pemuda dengan iris abu-abu pekat dan kulit seputih salju itu. "Bagaimana pertemuannya?"

"Aku akan naik kesana." Seraya tatapannya menggelap, Izana menjawab. Merasa bahwa hal ini bukan hal yang bisa dibicarakan begitu saja di tempat terbuka.

Tidak butuh waktu lama hingga Izana mencapai ruang pribadi satu-satunya tuan putri Clarines itu–yang kini sudah ditinggal pemiliknya terlelap ke alam mimpi–dimana sang partner kini masih mengelus punggung adiknya dengan lembut di sisi ranjangnya. Izana menutup pintu besar itu perlahan, menyisakan sisa sedikit agar tidak menimbulkan bunyi keras yang berpotensi membangunkan pemilik kamar. Kedua kakinya bergerak cepat dan segera membanting diri pada sofa di area minum teh di ruangan tersebut.

Realm For The HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang