Chapter Fourteen - The Flying Dutchmann

135 24 5
                                    

Summary : –hanya berisi torehan kisah Obi sang kesatria istana dan seorang gadis yang ditemuinya di sudut kota Wistant. | "Namamu?" "Obi, seorang pengantar pesan dari Pangeran kedua kerajaan Clarines." "Namaku..."

.

.

.

Please Enjoy to Read!

.

.

.

CHAPTER 14 – THE FLYING DUTCHMANN

Author's POV

"Anda yakin, Zen?"

Zen merasakan jari-jemarinya semakin mendingin dan keringat bercucuran tak henti walaupun kini udara malam cukup dingin untuk seleranya. Sungguh, jika boleh, Zen ingin keluar dari kastil saat ini juga dan pergi mencari dua orang bodoh yang tak kunjung pulang itu. Tapi Zen lebih dari tahu, bahwa hal ini tidak boleh sampai ke Izana. Izana tidak boleh tahu bahwa malam ini, detik ini, Levanthine Wisteria tidak ada di ruangannya. Sudah cukup dengan kejadian Leva yang menghilang begitu saja dari ruangannya pasca kejadian kebakaran hutan dan Sam itu, tidak boleh lagi Izana mendengar hal-hal tidak mengenakkan seperti ini lagi.

"Kita tidak boleh membesar-besarkan hal ini, mungkin saja mereka sedang mabuk di luar sana dan tidak tahu arah jalan pulang."

Oh, alasan yang sungguh bodoh untuk otak brilian seorang Zen.

"Anda gelisah."

'Tentu saja.'

.

.

Realm for The Hearts

Story & OC's © Nakashima Aya

Akagami no Shirayukihime © Akizuki Sorata

[There's no profit we gain from this fanfiction]

Genre : Fantasy, Friendship, Family, Angst, Romance.

Warning : Multi-chap, Typo(s), OOT, OOC, Obi x OC

.

.

Leva tidak bergeming sedikitpun. Kendati ia memang terkenal tidak punya takut, tetap saja, melihat barisan wanita dengan mata tertutup itu mampu membuatnya bergidik ngeri. Leva masih sayang nyawanya tentu saja. Ia tidak tahu bahwa sampai sekarang hal seperti itu masih ada, ia pikir budaya perdagangan manusia sudah punah sejak dulu. Namun, apa yang kini tampak tepat di depan matanya merupakan suatu hal yang tidak pernah ia bayangkan akan ia temukan di jaman modern seperti ini.

Padahal niatnya adalah mengikuti bocah yang ia lihat tadi, namun ia tidak menyangka bahwa yang ia temukan akan seperti ini. Dalam hati Leva menyesal tidak mengikuti perkataan Obi dan kembali ke kastil lebih dulu. Masalah ini bukanlah hal yang bisa Leva tangani sendirian, apalagi dengan tidak adanya Obi di sisinya, Leva sungguh yakin ia kini berada dalam masalah. Leva tidak tahu apakah ia begitu berani atau begitu bodoh hingga kini berada di sebuah situasi dimana jika 'kau-bergerak-maka-kau-mati' sehingga mau tidak mau Leva harus berdiam diri di balik kotak kayu rapuh ini seraya berdoa semoga mereka–para bajak laut itu–segera pergi.

Gadis bersurai pucat itu bisa merasakan debaran jantungnya yang tertutupi suara tangis para gadis yang kini berada hanya beberapa meter di depannya. Angin laut malam hari justru tidak membuatnya merasa lebih baik, ia merasa gerah dan tidak nyaman, belum lagi dengan seluruh skenario buruk yang kini berputar-putar di otaknya. Kemana sih Obi di saat- saat seperti ini? Justru ketika ia membutuhkannya, Obi malah menghilang. Dasar pria dan mulut manisnya.

Realm For The HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang