Chapter Nine - Afterall

195 38 1
                                    

Summary : –hanya berisi torehan kisah Obi sang kesatria istana dan seorang gadis yang ditemuinya di sudut kota Wistant. | "Namamu?" "Obi, seorang pengantar pesan dari Pangeran kedua kerajaan Clarines." "Namaku..."

.

.

.

Please Enjoy to Read!

.

.

.

CHAPTER 9 – AFTERALL

Author's POV

"O-Oy, L-L-Leva–"

"Apa yang kau lakukan, Zen?" Leva, 9 tahun, mendongak ke atas dan melihat Zen tengah gemetaran di atas sebuah dahan pohon. Gadis itu mengedipkan irisnya beberapa kali seraya memroses apa yang tengah terjadi.

"Kau tidak bisa turun?" Leva bertanya, secara acak, tanpa tahu bahwa pernyataannya adalah fakta yang ada. Zen, 10 tahun, dengan sangat sangat menahan malu menganggukkan kepalanya, raut wajahnya sudah sangat pucat saat ini. Ia tidak menyangka bahwa keisengannya memanjat pohon akan berbuah pada sebuah petaka memalukan.

"Oh...ganbatte!" dengan masih memeluk erat buku di dada, Leva kecil berjalan menjauhi Zen dan atraksi anehnya, ia tidak peduli. Oh, rasanya Zen ingin mengumpat dengan keras saat ini juga.

"T–Tunggu! LEVA! L-LEVAA!"

"Apa yang kau lakukan di sana, Zen?" Zen menoleh dan mendapati Izana berada beberapa meter di belakangnya.

"A-Aniue, bantu aku."

.

.

Realm for The Hearts

Story & OC's © Nakashima Aya

Akagami no Shirayukihime © Akizuki Sorata

[There's no profit we gain from this fanfiction]

Genre : Fantasy, Friendship, Family, Angst, Romance.

Warning : Multi-chap, Typo(s), OOT, OOC, Obi x OC

.

.

Drapp–Drapp–Drapp–

"S-S-SERANGAANN!!! SERANGAN DARI SISI BELAKANG!!" seorang prajurit terlihat berlari dengan kudanya, menginformasikan bahwa sisi belakang pasukan tengah dalam posisi diserang. Melihat hal itu, sebuah seringai hinggap di bibir Leva, seraya sebuah gumaman lolos, "Sangat tepat waktu, Zen Wisteria."

Leva berlari turun dari tempatnya sekarang, kedua kaki kecilnya memacu cepat agar segera sampai di sisi Pangeran Izana. Tanpa sadar ia lupa meletakkan busur dan anak panah yang tadinya ia pakai untuk menakut-nakuti musuh, sehingga bunyi 'klak-klak' yang agak aneh terus terdengar sembari diri berlari menuruni benteng. Nafasnya terengah-engah seketika ia mencapai depan gerbang, Izana meliriknya–walaupun masih saja dengan muka datar–tanpa mengatakan apapun. Namun, melihat Leva yang sepertinya sudah begitu kesusahan menarik nafas (apalagi untuk mengeluarkan kata-kata), akhirnya Izana menyerah dan menyuarakan isi pikirannya.

"Apakah itu Zen?" ekor mata melirik tipis pada individu bersurai pucat di sisi sebelah kiri kudanya, gesture berupa anggukan tertangkap indera penglihatan dan Izana tersenyum–entah senyum lega atau senyum kemenangan, Leva tidak tahu. "Jadi apa yang ingin kau lakukan sekarang, Tuan Putri?"

Realm For The HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang