Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~
~
~
~~~
"Menyebalkan!" keluh Giselle entah untuk yang keberapa kalinya setelah ia turun dari bus sekolah.
Gadis yang saat ini tengah mengenakan gaun putih tulang ala-ala noni Belanda dengan topi lebar berwarna senada itu memejamkan matanya sejenak, berusaha meredakan emosinya. Suhu panas yang terperangkap di dalam gaun ini membuat tubuhnya berkeringat.
Giselle mencoba mengalihkan fokusnya dengan mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Sejauh mata memandang, alun-alun kota yang tengah dipenuhi oleh lautan manusia dengan berbagai macam kostum pahlawan itu tampak tertib. Ia juga menangkap suara panitia yang memberitahukan bahwa acara karnaval untuk memperingati hari pahlawan ini akan dimulai dalam waktu lima menit.
"Sel, ayo!"
Sebuah tangan menarik lengan kanannya, membuat Giselle menoleh dan mendapati seorang teman dekatnya tengah mengajaknya untuk berjalan mendekati kerumunan itu.
Giselle menurut, membiarkan Karina menarik tangannya sembari berjalan secepat yang mereka bisa agar bisa segera bergabung dengan yang lainnya. Ia mendongak seraya memicingkan mata, memaki matahari yang saat ini tengah menunjukkan kehebatannya. Tentu saja dengan cara memancarkan sinar terik, juga menyengat yang tidak baik untuk kesehatan kulitnya saat ini.
Panas sekali.
Syukurlah acara baris berbaris itu tidak berlangsung lama. Begitu rombongan dari sekolahnya mulai berjalan, gadis itu masih saja menyesali nasibnya yang harus mengikuti acara ini.
Giselle tentu tahu jika acara seperti ini diadakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap para pahlawan. Tetapi sekarang kan lapisan ozon mulai menipis, sinar UV pun efeknya lebih berbahaya untuk kulit.
Bukankah itu tidak baik untuk kesehatan?
Ia kembali bertanya-tanya dalam hati, mengapa acara ini tidak dilakukan waktu mendung saja sih? Atau pagi hari misalnya, biar sehat.
"Riasan lo bisa luntur tau kalo dibuat cemberut kaya gitu," ujar Karina yang berjalan di samping Giselle dengan tawa tertahan.
Giselle sendiri malah mendengus tidak setuju.
"Paham kok kalo cuacanya panas banget hari ini. Tapi..."
Teman sekelas Giselle yang mengenakan kebaya kutu baru berwarna putih tulang itu sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Giselle, berbisik.
