Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~
~
~
~~~
Sudah menjadi kebiasaan bagi anak kelas 12 untuk menambah jam belajar mereka satu jam setelah bel pulang berbunyi. Seperti yang terjadi di kelas Yeji saat ini, gadis itu dan teman kelasnya sedang berusaha memfokuskan diri untuk mendengarkan materi tambahan persiapan ujian nasional dari guru Biologi.
Sungguh, menurut Yeji ini kurang efektif. Ia sudah dituntut untuk mengikuti aturan full day school, lalu seakan belum puas dengan hal itu ada lagi jam tambahan khusus untuk mata pelajaran yang diujikan dalam UN nanti.
Mungkin inilah yang disebut "catatan melelahkan akhir sekolah". Batinnya dalam hati.
Gadis berambut panjang tergerai itu membenarkan bandananya sejenak, seraya menoleh ke arah Lia yang kursinya tepat berada di sebelah kanannya. Sahabatnya itu sedang mencuri kesempatan untuk mengetikkan sesuatu di layar ponsel.
Bunyi bel yang berdering membuat suasana kelas menjadi gaduh. Yeji langsung mengemasi buku biologinya ke dalam tas, lalu menghampiri meja Lia agar keduanya bisa keluar kelas brsama-sama.
"Eh, Ji. Lo duluan aja deh. Gue ada perlu nih," pinta Lia saat Yeji sudah menjajari langkahnya. Sahabat Yeji itu bolak balik melihat ke arah ponsel.
"Yah.. terus gue gak ada temen, dong?" protes Yeji kecewa, sedikit merengut.
"Lho, lo kan udah ditungguin sama Hyunjin?"
"Eh?"
Lia menunjukkan layar ponsel miliknya yang berisi percakapan antara dirinya dengan Hyunjin.
"Mangkanya bawa charger, gebetan ngajak jalan gini lo malah nggak tau, kan?" omel Lia sambil menoyor pelan kepala Yeji.
Yeji langsung memelototi Lia, menyuruhnya berhenti menggoda. Gadis itu juga merutuki ponselnya yang sudah mati sejak dua jam yang lalu.
Lia mendorongnya agar segera keluar kelas. Tak hanya itu, begitu Yeji akan menuruni tangga yang ada di ujung koridor, Lia langsung berteriak, "Cepet jadian, ya!"
Suara lantang gadis itu membuat banyak siswa-siswi yang ada di sana refleks menoleh ke arah mereka. Buru-buru Yeji langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan seraya melanjutkan perjalanannya dengan langkah tergesa.
