Chapter 9

10 0 0
                                    

Happy reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gue dorong kursi roda kak Hyoma ke arah ruang operasi dengan perasaan ragu dan takut. Bener-bener gak nyangka dan gak mikir kalo keadaan Varen bakal jadi kritis begini.

Sesampainya di depan ruang operasi, gue liat lampu ruang operasi yang masih merah dengan tatapan khawatir. Perasaan khawatir itu buat tangan gue gemeter, napas gue juga semakin pendek, bahkan keringet mulai netes dari dahi gue.

Gue sedikit kaget waktu tangan kak Hyoma megang tangan gue, dia nuntun gue buat jongkok di depannya. Natap gue dalem, seakan kehangatan terpancar dikedua matanya yang membuat gue sedikit tenang.

"Lo gak perlu khawatir, gue yakin Varen bakal baik-baik aja," seakan tau keadaan gue, dia berusaha nenangin gue.

"Sekarang tarik napas yang dalem dan buang pelan-pelan, buat diri lo tenang," arahan dia yang gue anggukin dan gue lakuin perlahan.

Tanpa gue sadari, air mata gue turun lewatin pipi. Perasaan takut gue nyelimutin hati ini, dua orang yang gue sayang sekarang lagi berjuang. Kak Hyoma sama penyakit gagal jantungnya dan Varen sama bekas luka tusuknya.

Meski gue orang yang bisa dibilang cuek dan gak pedulian ditambah lagi tsundere tapi kalo udah berhubungan sama keadaan keluarga, gue gak bisa pertahanin sifat gue. Gue selalu lemah, takut akan sesuatu yang masuk dalam bayang-bayang gue.

Warna lampu operasi berubah, gue segera bangun dan nunggu dokter keluar, begitu juga kal Hyoma yang setia duduk di kursi rodanya dengan tenang. Berbeda dari yang tadi, hati gue merasa kosong.

Kenapa?

Kenapa bisa terasa kosong begini?

Gak lama kemudian, dokter dateng dengan baju operasinya. Dia natap gue sama kak Hyoma bergantian.

"Keluarga Ikeda Alvarendra Axelle?" Tanya dokter buat kak Hyoma ngangguk pelan.

"Gimana keadaan kembaran saya, dok?" Tanya gue.

"Syukurlah, kembaran kamu udah selamat sekarang. Mungkin beberapa hari lagi dia siuman," bales dokter buat gue tersenyum lega.

Gue bersyukur banget, bener-bener bersyukur sama Tuhan karena Varen masih bisa hidup. Gak nyangka, penantian gue selama sebulan gak sia-sia.

Gue langsung meluk kak Hyoma dan nangis. Biarin aja gue mau diejek apa sama dia di sekolah nanti, yang penting gue sedikit lega sekarang.

"Hikss kaakkk-- hikss akhirnya-- hikss ketakutan gue ilang-- hikss meski cuma sedikit-- hikss" tangis gue.

Gue merasa kak Hyoma cuma ngelus punggung gue.

BETWEEN US | Axelle Family |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang