Depresi*
Insecure*
Overthingking*Kamu butuh istirahat
Oke!AWASS TYPO DIMANA-MANA
ENJOYY GUYS!!**
Setiap perjalanan Meyza hanya bengong saja, ucapan Ayahnya terus berputar di otaknya, hatinya memanas sebenarnya ia sudah tidak tahan, ingin sesekali ia teriak sekeras-kerasnya, seketika mata Meyza memanas sampai titik air mata nya menetes, menyadari itu Meyza mengusap air matanya agar manusia di sebelahnya ini tidak tahu.
Sedangkan Pak Arka, walau dari tadi ia fokus menyetir tapi setiap gerak gerik Meyza ia perhatikan dengan ekor matanya, Pak Arka bahkan tahu jika Meyza baru saja meneteskan air matanya, menyadari Meyza menangis Pak Arka memakirkan mobilnya.
"Kok berhenti Pak?" Tanya Meyza yang tidak menunjukkan wajahnya, nanti kalau ia menunjukkan wajahnya pasti Pak Arka bakal tahu jika ia sedang menangis karena jika Meyza menangis, mata, hidung dan pipi Meyza bakal memerah.
"Za?" Panggil Pak Arka, Meyza menutup mukanya dengan helaian rambutnya.
"I-iya?" Jawab Meyza.
"Kalau mengobrol dengan lawan bicara sebaiknya menatap mata lawan bicara, bukan menyembunyikan muka" Sindir Pak Arka.
"Za?" Panggil Pak Arka, tapi tidak ada sautan dari Meyza.
"Za?" Tidak ada sautan lagi.
"MEYZA!!"
Tubuh Meyza mulai bergetar, suara isakan tangis masuk ke indra pendengaran Pak Arka, Pak Arka menyisipkan helaian rambut Meyza yang awalnya untuk menutup wajah Meyza.
Pak Arka menghela napas berat, ia memijat pangkal hidungnya, ia sebenarnya cukup pusing memikirkan ini semua, dilain sisi ia tidak tega dengan Meyza tapi di sisi lain ia barus menuruti ucapan keluarganya, apalagi Meyza ini masih remaja, masih labil, belum dewasa untuk memikirkan hal-hal yang berbau pernikahan.
"Sebaiknya kita turun, mumpung disebrang ada taman kita bisa duduk dan mengobrol sambil menenangkan diri" Ucap Pak Arka.
Respon Meyza hanya menganguk setuju rasanya bungkam untuk menjawab pertanyaan persetujuan dari Pak Arka.
"Sebentar saya ambilkan jaket untuk kamu, udara malem sangat dingin" Ucap Pak Arka yang mengambil Hoodie nya di kursi penumpang belakang dan menyerahkan kepada Meyza.
Mereka turun lalu menuju ke taman, hanya ada beberapa orang saja dengan luasnya taman, syukur Meyza tidak menanggung malu jika ia diliat banyak orang karena sedang menangis.
"Duduk Za"
Meyza duduk di samping Pak Arka, Meyza masih menangis walau sudah ia tahan, Meyza terus saja memikirkan hal-hal yang membuatnya sedih, maka dari itu kesedihannya bertambah berlipat-lipat.
Pak Arka melihat Meyza yang masih tak berhenti nangis, akhirnya ia meraih kepala Meyza untuk disandarkan dibahunya sambil mengelus rambut panjang Meyza.
Meyza terkejut, ia kaget dengan perlakuan manis dari Pak Arka, ternyata Pak Arka perhatian banget, Meyza lagi butuh sandaran buat masalahnya, Pak Arka dengan cuma-cuma memberikannya.
"Udah berhenti nangisnya, nggak malu apa sama saya?" Ucap Pak Arka berserta kekehannya.
Bukannya berhenti menangis Meyza malah tambah menangis kenceng mana suaranya keras.
"Hiks hiks, Meyza sedih hiks hiks Pak" Ucap Meyza dengan sesenggukan.
"Iya tahu, udah berhenti kamu bukan anak kecil lagi, kalau kamu nangis nggak bakal batalin keputusan Ayah kamu, kamu terima aja, Siapa tahu ini adalah rencana Alloh untuk mempertemukan jodoh kamu, dan pasti ini terbaik" Ucap Pak Arka, sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Meyza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Guru Ganteng (My Husband)
Fiksi Remaja"Saya gerah, tidak apa-apa kan saya buka jas dan dua kancing kemeja saya" Ucap Pak Arka. "Ng-ngak papa kok Pak" Jawab Meyza dengan gugup. "Padahal hati, jantung, ginjal dan kawan-kawannya lagi konser, mana kemejanya nerawang mana sixpack rada keliat...