chapter 25

3K 427 216
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.. Kasih ❤

Lapak wajib komen🤗

Jangan lupa vote, follow, and komen ya🤗😘

Ikuti alur dan baca perlahan🤗

*

*

*

"Adek turun! Mamas kamu berat itu," titah bunda ke sang putera yang tidak mau turun dari gendongan suaminya.

"Tidak mau bunda, adek mau terus digendong mamas, jidat adek sakit." balas Kana tanpa menoleh kearah sang bunda.

"Nggak papa bun, adek nggak berat kok." ucap Mew sambil terus mengelus lembut kepala belakang sang istri.

"Ya ampun dek, yang sakit kan kepala bukan kaki adek, kasian loh suami adek, udah dari rumah sakit digendong, dimobil minta dipangku, sekarang udah sampe rumah juga masih aja minta di gendong."

"Ish bunda jangan marah pada adek," balas Kana yang masih terisak lalu mendongak menatap sang suami.

"Mamas tidak marah pada adek kan?" tanya Kana yang langsung dibalas pelukan erat dan gelengan.

"Enggak sayang mamas nggak marah, nggak papa adek minta gendong sama mamas, mamas kuat kok."

"Dasar kamu tuh!" gemas bunda memukul pelan bokong sang putera.

"Bunda, ayah. Maaf ya sepertinya Mew nggak bisa ngambilin ayah sama bunda minum." ucap Mew meminta maaf karena tidak bisa melayani kedua mertuanya.

"Eh nggak udah repot-repot, nggak papa kok Mew, lagi pula ayah sama bunda juga udah mau pulang,"

"Loh kok cepet banget yah, bun,"

"Iya Mew, lagi pula si adek juga sudah nggak papa kok, jad-"

"Ish bunda jahat sekali, ini jidat adek sakit banget tau. Tandanya adek itu masih kenapa-napa," protes Kana yang langsung menatap sang bunda sambil menunjuk kearah perban lukanya.

"Iya-iya, maksud bunda tuh disini udah ada suami kamu, lagi pula kayanya juga bunda sama ayah nggak dibutuhin disini, jadi lebih baik bunda sama ayah pulang aja." ucap bunda yang tak mau menjadi angin diantara putera dan juga menantunya.

Meski khawatir dengan keadaan sang putera, namun bunda kini merasa sedikit lega dan bahagia. Ia bahagia karena melihat perkembangan hubungan sang putera dan suaminya. Dan ia juga bukan lah seorang ibu yang tega yang membiarkan puteranya terluka, tapi bunda yakin jika saat ini Mew bisa mengurus segala hal tentang puteranya. Dan terlebih lagi, memang itu sudah menjadi tanggung jawab Mew sebagai suami dari sang putera.

"Mew. Ayah sama bunda pulang dulu ya, nanti kalau ada apa-apa kabarin ayah atau bunda saja oke." pamit ayah lalu berjalan kearah belakang sang menantu agar dapat melihat wajah putera bungsunya.

"Jangan nakal ya, nurut sama suami kamu." ucap ayah menasehati sang putera yang dibalas anggukan.

"Bunda pulang dulu ya Mew. Adek." pamit Bunda yang langsung bergegas meninggalkan rumah sang putera.

Setelah ayah dan bunda pergi, Mew langsung mebawa istri kecilnya kedalam kamar. Ia dudukan tubuhnya ke sisi ranjang dengan tubuh sang istri yang masih berada didalam gendongan ala koalanya.

"Turun dulu ya sayang, ganti bajunya, baju adek banyak darahnya loh."

"Tidak mau mamas, adek tetap mau seperti ini pada mamas, jidat adek sakit sekali mamas," tolak Kana merengek yang justru semakin mengeratkan pelukan kakinya dipinggang sang suami.

Pernikahan Dini (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang