"Hiks!!! Huwaaa!!!"
Pukul dini hari mansion diributkan dengan kasus 'Sakitnya si bungsu'.
Rayanza kelimpungan menelpon dokter pribadi masih dengan menggunakaan masker putih yang terlihat retak.
Robert yang terus menimang sang anak di gendongannya.
Para kakek yang ribut tentang bagaimana cara menyeduh susu karena kekurangan pengalaman sehingga setengah dari botol dot diisi oleh serbuk susu karena kata Alexander, "Semakin banyak susunya maka semakin manis! Cucu kita kan suka yang manis-manis." Yang di angguki oleh Ravalauzio.
Yang berakhir terkena amukan para nenek. "Kalian mau buat cucu saya diabet?! Hah?!" Ucap kedua nenek bersamaan.
Keributan antara kubu kakek dan nenek tak bisa dilewatkan. Padahal sedari tadi tersangka yang diributkan a.k.a Nasa Ravalauzio Alexander sudah lebih dulu dilarikan ke rumah sakit oleh sang ayah juga beberapa anggota keluarga yang ikut.
Sampai Roger, anak kedua Alexander berseru. "Ayah! Ibu! Baby sudah Abang larikan ke rumah sakit. Berhenti meributkan hal konyol!" Tanpa menunggu tanggapan orangtua, Roger berjalan cepat dengan kedua tangan menenteng tas bayi peralatan bungsu sang Abang.
"Ini semua salah kalian!" Seru Helena seraya berkacak pinggang. Menatap tajam suaminya juga suami besannya.
Rena mengangguk setuju. "Benar! Jika bukan karena hal konyol yang kalian lakukan, aku tidak akan terlambat mengantar cucu ku!"
Kedua suami yang tak terima hendak protes. Tapi sebelum itu terjadi, datang satu bodyguard yang ditugaskan menjaga keempat manusia paruh baya ini. "Tuan, nyonya, mari saya antar menuju rumah sakit tempat tuan kecil berada. Kalian tak ingin melihat cucu kesayangan kalian?" Ucao Rama dengan badan membungkuk hormat.
"Ugh! Benar, Rama! Ayo cepat antar aku menemui cucu ku!" Rena segera berjalan cepat sambil menarik tangan kanan Helena. Meninggalkan dua suami yang tengah depresi mini karena mengahadapi dua macan tua gila kesayangan.
***
"Ayah, Aca nda mau pusing... Hiks..." Nasa dengan lemas memegang keningnya yang terasa sakit.
Robert dengan sayang mengelus kening sang anak yang berada digendongannya. Mengucapkan bisikan kata penenang berharap si bungsu tak terlalu rewel. "Iya, sayang. Ayah tiup pusing nya biar pergi dari kepala Aca, ya?"
Rayanza disampingnya terus mengelus belakang surai sang anak. Bukankah di pagi hari saat ia meninggalkan sang anak, si bungsu terlihat baik-baik saja. Pun saat sore hari ketika ia melihat sang suami dan si bungsu tidur terlelap bersama, sang anak terlihat baik-baik saja. Semoga tak terjadi hal yang tak diinginkan pada si bungsu.
15 menit perjalanan, lima mobil mewah hitam terparkir rapi didepan lobby rumah sakit. "Panggil Samuel kehadapan ku sekarang!" Titah Robert kepada resepsionis didepannya.
Satu resepsionis wanita muda menjawab dengan terbata. "Maaf, tuan! Dr. Samuel sedang melakukan operasi saat ini!"
Robert menggeram marah. Dirinya hendak berbicara kembali namun terpotong oleh seorang pemuda yang baru saja keluar dari arah lift.
"Ada apa ini?" Tanya seorang dokter lelaki muda.
"Dr. Edwin! Ini, tuan ini mencari Dr. Samuel. Tapi Dr. Samuel masih belum menyelesaikan operasinya." Jawab resepsionis wanita itu.
"Kau dokter?" Tanya Robert dingin ke arah dokter muda didepannya.
Edwin mengernyit bingung mendengar pertanyaan itu. "Aku?" Edwin menunjuk dirinya sendiri.
"Iya!" Geram Robert. Hati nya tak tenang ketika terus mendengar lenguhan sakit dari si bungsu di dekapannya.
"Iya, aku dokter." Jawab Edwin santai.
"Cepat periksa anak ku!" Titah Robert mutlak.
"Ouh, baik." Dokter muda itu berjalan santai dengan kedua tangan dimasukkan ke saku jas dokternya sambil bersiul dengan santai ke arah UGD.
Sedangkan Robert beserta anggota keluarga lainnya menahan amarah atas perilaku dokter muda kurang ajar didepannya.
"Silahkan baringkan anak mu disini." Edwin menunjuk brangkar diruang UGD dengan dagunya.
Robert dengan perasaan marah membaringkan tubuh si bungsu dengan perlahan, mengusap surai yang lepek akibat keringat panas si bungsu.
Edwin mulai memeriksa tubuh pasien kecilnya. Setelah beberapa pemeriksaan Edwin menyimpulkan bahwa sang pasien hanya terkena demam biasa juga terkena radang tenggorokan ringan.
Pemasangan infus pun dilakukan karena Nasa sedikit kekurangan cairan. Dan itu berjalan dengan lancar karena Nasa tak punya sedikitpun kekuatan untuk melawan.
"Mungkin setelah panasnya reda atau infusnya habis, anak anda bisa dibawah pulang." Tutur Edwin santai sambil membereskan beberapa peralatan bekasnya tadi.
"Siapkan ruang rawat VVIP terbaik untuk cucuku." Titah Alexander dingin.
Dokter muda itu tersenyum tipis. "Baik, tuan Alexander yang terhormat." Setelah mengatakan itu Edwin beranjak keluar dengan santai mengabaikan tatapan tak suka dari seluruh anggota keluarga Alexander juga Ravalauzio.
"Pemuda sombong sialan! Untung tampan." Gerutu Helena yang di setujui oleh Rena disampingnya.
*TBC
Maaf banget baru bisa up:(
Aku baru sembuh, kemarin kemarin baru pulang di rawat mutusin buat istirahat ngumpulin mood buat nulis... Jadi baru bisa up hari iniiii, itupun ngebut bangettt
Jadi maaf kalo aga gj atau gimana (((
Semoga kalian sehat selalu yaaa
Jaga kesehatan
Stay safe semuanya♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
KB [Keluarga Bahagia]
Teen FictionNasa Ravalouzio Alexander. Bungsu keluarga Alexander ini memiliki dua marga, yang berasal dari keluarga ayah bundanya. Nasa sangat dicintai dan disayangi. Begitupun Nasa, mencintai dan menyayangi seluruh keluarganya melebihi luasnya angkasa. Aca ada...