Aca jangan sakit

2.3K 156 4
                                    

Makasih yang udah nungguin kelanjutan cerita iniiii

Happy reading for u guys♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
___________________________________________

Bi Ijah, salah satu pengasuh Nasa. Wanita paruh baya berusia kisaran lima puluh tahun itu saat ini tengah kelimpungan. Sebab netra nya melihat tas ransel tuan muda kecilnya tergeletak di depan lemari es berisi box eskrim. Dipikirannya sudah terbaca sedang apa majikan kecilnya itu.

"Aduh, kumaha atuh ieu..." Dengan logat sundanya Bi Ijah mengeluh, berjalan bolak balik karena risau. Di tangannya terdapat ransel tuan muda kecilnya.

"Kalo sampe ketahuan nyonya berabe ini!!!"

Akhirnya bi Ijah memutuskan untuk menelpon Robert.

"Halo, tuan?" Ucap bi Ijah setelah sambungan telpon tersambung.

"Iya, Bi? Ada apa?" Robert menjawab sambil tangannya sibuk mencoret di beberapa kertas di atas meja.

Raut gelisah terlihat di wajah bi Ijah. "Anu- tuan, den Aca makan eskrim tapi gatau dimana makannya, belum bibi cari, sih. Tapi sebaiknya tuan segera pulang, tuan."

Di sebrang sana Robert menarik nafas berat. Padahal baru beberapa hari kemarin si bungsu makan eskrim. Padahal belum masuk jadwal makan eskrim nya. Sudah terpikir dibenaknya apa yang akan terjadi terhadap bungsunya itu nanti. "Rayanza udah tau, bi?"

"Belum tuan. Saya sengaja ngasih tau tuan terlebih dahulu, lagipula nyonya belum kembali dari butik."

"Oke, Bi. Saya pulang sekarang, tolong bibi cari dulu dimana Nasa berada sebelum saya tiba."

"Baik tuan!"

"Yaudah, bi. Saya tutup, ya?"

"Iya tuan, silahkan."

Setelah sambungan telpon berhenti bi Ijah lekas beranjak mencari tuan kecilnya. Mencari dari bawah meja makan, kolong meja bar, seluruh kamar mandi umum di mansion, seluruh ruangan yang bisa di jangkau pelayanan di lantai satu sudah ia selidiki. Tapi keberadaan si tuan kecil belum terlihat. Sampai untai nya menapaki lantai dua, terus mencari si tuan kecil dengan gelisah.

Dari arah pintu utama Robert masuk dengan raut wajah cemas. Dipikirannya terbesit sesuatu yang akan terjadi pada si bungsu jika sampai si bungsu tertidur akibat kekenyangan memakan eskrim dan berakhir demam. Tapi masalahnya saat ini, ia belum tau dimana tempat persembunyian si bungsu.

"Adek?!" Dengan lantang Robert memanggil si bungsu.

"Dek?! Where are you? Ayah pulang!" Tangkai nya tak henti mencari ke penjuru ruang tengah.

Hampir seluruh tempat yang sempat bi Ijah tapaki ter tapaki kembali oleh Robert. Hingga Robert lelah lalu memutuskan mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah, membelakangi jendela.

Tempat persembunyian sang anak. Dan tersangka saat ini tengah berlabuh di pulau mimpi dengan menyandarkan seluruh tubuhnya ke dinding kaca. iPad yang menyiarkan siaran kartun cocomelon di aplikasi YouTube namun karena durasi habis video terjeda dan otomatis dalam hitungan kelima akan langsung tersambung dengan video selanjutnya.

Lalu saat baru saja Robert memejamkan matanya, pendengarannya mendengar alunan lagu kartun kesukaan si bungsu dari belakangnya.

"Hm?" Dengan raut bingung Robert memutar tubuhnya kebelakang sofa.

Helaan nafas berat Robert keluarkan saat mendapati gelembung gorden dibelakang tubuhnya, juga sepasang kaki kecil yang terlihat muncul dari balik gorden.

"Ayah cari kemana-mana tahunya Adek disini. Nakal banget, sih, Anak ayah!" Robert dengan perlahan menyingkap gorden yang menutupi tubuh si bungsu.

Robert tersenyum gemas melihat penampilan si bungsu. Memotret objek itu menggunakan ponsel keluaran terbarunya dengan cara seperti bapak-bapak pada umumnya.

Kalian tau lah, pasti! HAHAHA

Setelah 25 kali jepretan, Robert mengirimnya di grup keluarga besar. Setelah terkirim, Robert mematikan sambungan data selulernya, karena sudah terbayang di benaknya akan betapa berisik gadgetnya itu setelah ini.

"Anak ayah kok lucu banget, sih!" Robert mencubit kecil pipi tumpah si bungsu yang terlihat kemerahan.

"Pasti demam ini, nanti malem." Robert dengan telaten membawa si bungsu kegendongan koala nya, meninggalkan iPad si bungsu yang tergeletak begitu saja. Dirinya bahkan lupa untuk sekedar mematikan iPad tersebut. Biarlah hanya iPad saja pikirnya.

Beranjak menaiki lift menuju kamar si bungsu setelah menelpon bi Ijah yang saat itu sudah berada di lantai lima, memberitahukan bahwa si tersangka sudah berada dalam genggaman.

Dengan perlahan membaringkan si bungsu di kasur kecil khusus yang terlaris perlak. Membuka seluruh pakaian si bungsu. Mengelapnya dengan tisu basah khusus si bungsu, membaluri seluruh tubuh itu dengan minyak telon agar suhu tubuh si anak tetap hangat, memakaikan satu set piyama rajut tebal berwarna coklat dengan kancing berkarakter beruang, tak lupa memakaikannya sepasang kaus kaki berkarakter beruang.

Dilanjut memindahkan tubuh si kecil ke tempat tidurnya. Memakaikannya selimut sampai dada, memasukan botol dot berisi susu coklat hangat yang sudah di larutkan bersama obat pencegah demam resep dari dokter pribadi keluarganya.

Mulut kecil sang anak perlahan bergerak menyedot niple buatan yang sang ayah masukkan. Tangan satunya Robert gunakan untuk menpuk-puk perut buncit si anak.

"Adek jangan sampe sakit, ya?" Ucap Robert lirih sebelum menyusul sang anak untuk berlabuh di pulau mimpi.

*TBC

Aku up dua chapter sekarang!!!

JANGAN LUPA VOTE YAA ONTI ONTI NYA ACAAAA!!!!!

KB [Keluarga Bahagia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang