Kelepesss

2.2K 157 7
                                    

Menjelang pagi, si buntelan terbangun. Terbangun seraya mengamuk. "Nda suka! Mau lepas! Hiks!"

"Aca nda suka! Nda suka! Huwaa!!!" Aungan si buntelan memenuhi ruangan VVIP itu.

"Sabar dek!" Seru Noel.

Ia kesusahan mencekal tangan kanan sang adik yang sedari tadi berusaha memberontak. Juga si sulung yang mencekal sepasang kaki adik kecilnya. Neron tak kalah kesusahan memegang tangan kiri sang adik yang terdapat infusan, takut takut tidak sengaja memegang area sakral.

Ketiga jawara Robert tengah kelimpungan. Sedang si pembuat tengah asik bermesraan dengan sang istri di lift rumah sakit yang akan membawanya ke ruangan si bungsu.

"Ish! Ayah... Garing banget gombalannya, ih!" Rayanza tersipu mendengar gombalan dari suami.

Tapi karena malu juga gengsi akibat putrinya ada di belakangnya jadi Rayanza lebih memilih mencubit main-main pinggang sang suami.

"Awshh- sakit, sayanggg..." Robert menampilkan raut melas.

"HUEKKK!!!" Naraya yang sedari tadi, sedari ia mendudukkan diri di kursi penumpang belakang, sampai memasuki lift, pendengarannya terus tercemar akibat duo sejoli yang tak ingat umur.

Dan ketika pintu lift terbuka, Naraya keluar mendahului pasutri yang merangkap sebagai orangtuanya itu. "Si kakak kenapa, yah?" Tanya Rayanza.

Robert menggidik bahu acuh. "Sirik kali sama keromantisan kita."

Rayanza bersemu kembali. "Ih, ayah!"

Robert terkekeh kecil melihat kesaltingan sang istri, mulutnya hendak kembali mengeluarkan gombalan-gombalan receh untuk sang istri tapi niatnya itu terhenti akibat teriakan melengking dari putrinya.

"Apa apa, yah?!" Rayanza berseru panik sambil sedikit berlari menyusul sang putri.

Robert pun mendadak cemas. "Gatau, Bun."

Lalu saat keduanya sampai, Naraya sudah lebih dulu masuk. Rayanza dengan cemas membuka pintu ruangan si bungsu yang langsung disambut dengan jeritan manjah dari si bungsu. "HUWAAAA!!!!"

"Yah! Adek, yah!" Rayanza berseru panik.

Begitupun Robert. Keduanya kompak mendekati TKP. Noel yang menyadari kedatangan orangtuanya karena posisinya berhadapan pun langsung berseru menyuruh orangtuanya untuk memanggil dokter.

"Kamu gih, Bun!" Suruh Robert.

Rayanza mendelik. "Ih! Apa-apaan nyuruh-nyuruh Bunda! Ayah, sana!"

"Ayah mau nenangin Adek!"

"Bunda juga mau!"

"Adek lebih dekat sama ayah!"

"Lho! Aku ibunya!"

"Aku ayahnya!"

"HUWAAAA!!!"

Sampai jeritan melengking Nasa mampu menyadarkan keduanya. Rayanza langsung secepat kilat keluar untuk memanggil dokter dan Robert berlari menghampiri si bungsu.

"Anak ayah kenapa?" Robert bertanya lembut, supaya bisa mengalihkan atensi si bungsu.

Seruan pertama dihiraukan.

"Adek? Ini ayah, sayang." Robert mendekap sayang tubuh si bungsu yang perlahan berangsur tenang.

"A-ayah...?" Nasa dengan terbata memanggil sang ayah.

Robert perlakuan mengangkat sang anak ke gendongan koala nya, setelah ketiga putranya melepas cekalan pada tubuh si bungsu.

"Iya, ini ayah, sayang." Mengusap halus punggung kecil yang terasa lembab.

KB [Keluarga Bahagia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang