"Adek mau kenalan kan, sama temen-temennya Abang?" Noel bertanya kepada sang Adik.
"Mau... Tapi Aca malu, Abang." Jawab Nasa dengan lirih. Memeluk lebih erat leher sang Abang, juga semakin menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher itu.
"Adek Abang harus berani! Kan di temenin Abang, Adek mau, ya?"
"Mmm, cama Abang."
Noel tersenyum lega, "Yaudah, Kita turun kebawah, yu?" Anggukan kecil ia rasakan.
Sedang teman-teman Noel dengan tak sabar menunggu kedatangan sepasang kakak beradik di lantai bawah sofa ruang tamu.
"Lama amat si Noel dah! Tinggal nenangin bayi nangis aja lama bener!" Gerutu Dandi.
Plak!
Rafly yang ada disebelahnya dengan ringan menggeplak belakang kepala Dandi. "Kek bisa aja 'lo nenangin bayi!"
"Kagak, sih." Jawab Dandi dengan cengirin bodohnya.
"Yeeeh, ba-hmppp!" Belum sempat Damian menyelesaikan katanya, dari arah belakang rafly dengan brutal membekap mulut Damian yang henda mengumpat.
"Ada anak bayi! Kagak boleh ngomong kasar!" Tegasnya.
"Mane?" Dandi bertanya.
"Noh!" Tunjuk Rafly ke arah tangga.
Sontak seluruh pemuda itu menengok. Noel turun dengan perlahan, berjalan menuju sekumpulan pemuda itu lalu mendudukkan dirinya di sofa singgel setelah mengusir Damian yang lebih dulu menduduki sofa itu.
Suasana cukup canggung. Tak ada yang membuka suara. Suasana itu membuat Nasa tak nyaman, bukankah Abangnya bilang teman-temannya itu ingin berkenalan dengannya? Tapi kenapa malah mendiaminya seperti ini. Nasa meremat baju bagian depan Noel. Posisinya saat ini sedang duduk tenang dipangkuan sang Abang, menghadap sang Abang.
"Katanya pada mau kenalan? Adek gue sawan nih, kita pada diem-dieman gini." Noel mengingatkan niat awal teman-temannya.
Dengan tampang bodoh Dandi bertanya, "Caranya gimana?"
"Nih gue contoin!" Ucup atau dengan nama lengkap Yusuf Bachtiar ini berseru. Memamerkan sedikit bakatnya tak apa mungkin, jika itu kepada teman-teman minim pengalaman seperti ini.
Menggeser posisi mendekati target. Berdehem pelan menstabilkan intonasi suaranya. "Adek..."
Dengan mantap pemuda itu menoel-noel telapak tangan kecil yang tak hentinya mencengkeram kaos sang Abang.
Pipi tumpah Nasa bersemu merah. Dengan malu-malu Nasa menengok sosok yang memanggilnya.
Mendapat respon, Yusuf melanjutkan niat awalnya. "Nama Abang Yusuf! Kalo nama Adek, siapa?" Mengulurkan tangannya besarnya yang berkulit tan kecoklatan kehadapan target, khas berkenalan.
Nasa dengan ragu mendongak menatap sang Abang. Noel yang mengerti tatapan itu mengangguk mantap. Memberi isyarat kepada sang adik bahwa ia bisa melakukannya.
Yusuf rasanya ingin menjerit sekencangnya saat ini. Hatinya bergemuruh merasa senang kala merasa tangan yang sangat kecil dibandingkan dengan tangan kulinya itu menyambut uluran tangannya, walau yang tergenggam hanya dua ruas jarinya saja.
"Naca." Ucapan cadel itu terdengar. Walau terucap lirih tapi mampu membuat seluruh pemuda yang berkumpul disana mencengkeram erat dada kirinya dengan ekspresi dramatis.
"Gak kuat gue! Gak kuat!" Yusuf dengan lemas membaringkan tubuhnya dilantai marmer yang dingin.
"Gue juga!" Dandi dengan dramatis menyandarkan tubuhnya kesadaran sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KB [Keluarga Bahagia]
Teen FictionNasa Ravalouzio Alexander. Bungsu keluarga Alexander ini memiliki dua marga, yang berasal dari keluarga ayah bundanya. Nasa sangat dicintai dan disayangi. Begitupun Nasa, mencintai dan menyayangi seluruh keluarganya melebihi luasnya angkasa. Aca ada...