makasih banyak yang udah luangin waktunya buat baca cerita gabut ini...
happy reading kalian♡
___________________________________________Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, Noel dan Nasa tiba di satu perumahan minimalis berlantai dua. Sebenarnya Noel bisa saja tiba dalam kurun waktu 5 menit, namun karena ia membawa sesenggok manusia ucol ga papa pantat terasa kebas.
"Ini lumah capa, Abang?" Tanya si buntelan lucu yang saat ini berada dalam gendongan sang Abang.
Mata bulatnya menelisik dan menemukan beberapa motor seperti milik sang Abang yang tak jarang ia lihat di garasi rumah berjajar rapi didepan sebuah rumah minimalis 2 lantai bercat abu-abu dengan halaman depan yang luas.
"Ini rumah Abang sama temen-temen Abang. Tempat Abang main, nongkrong-nongkrong gitu." Jelas Noel.
"Abang kan udah punya lumah! Kok punya lumah lagi, Abang gamau bobo sama Aca lagi ya?" Raut wajah Nasa mendadak murung.
Nasa ingat, kata Bunda, rumah itu tempat buat kita tidur. Kok Abangnya punya rumah selain rumah yang ditidurinya sama anggota keluarga lain. Nasa berpikir bahwa sang Abang tak akan lagi tidur dirumah bersamanya lagi karena sudah punya rumah lainnya.
Noel terkekeh, "Nggak gitu, sayang..."
"Rumah ini cuma buat main Abang sama temen-temen Abang. Kalo tidur, ya di rumah, sama Adek." Jelasnya.
"Benelan?" Pupil mata bulat yang berkaca-kaca itu bergetar.
"Iya. Yaudah, biar Adek percaya, nanti malem tidur sama Abang, mau?"
"Mmm, mau!"
"Yaudah, masuk yu?" Anggukan kecil ia rasakan di perpotongan lehernya karena sang Adik saat ini tengah memeluk lehernya dengan erat sambil menenggelamkan wajahnya.
Keduanya beranjak memasuki rumah itu. Mereka disuguhkan dengan sekumpulan pemuda yang tengah duduk melingkari permainan catur. Ada dua pemuda yang duduk di sofa berukuran sedang, dan dua sofa singgle di samping kanan-kiri yang diduduki satu pemuda di tiap sofanya, lalu dua pemuda lainnya yang duduk bersila di lantai depan meja.
"Weh, bro! Baru dateng 'lo?" Dari arah dapur datang satu pemuda yang membawa nampan berisi minuman bersoda dan makanan ringan.
"El, buntelan apaan tuh yang 'lo bawa?" Dandi, pemuda tadi bertanya.
Noel merotasikan pandangannya kebawah. Dilihatnya sang Adik atau 'si buntelan' yang ditanyakan sedang terlelap. Pantas saja tangan sang Adik tak lagi memeluknya.
"Adek gue, si Nasa." Beranjak menaiki tangga melewati sekumpulan pemuda di sofa ruang tamu.
Salah satu pemuda yang duduk dilantai tak sengaja pandangannya melihat sahabat karib yang entah kapan datang ke markasnya ini. "Weh, dari kapan 'lo dateng, El?" Tanya Rafly.
"Dari kemaren." Jawab Noel cuek, lalu melenggang pergi memasuki satu kamar minimalis bernuansa abu-abu gelap. Menidurkan sang Adik dengan lembut, mengecup kening kecil itu sebelum meninggalkan kebawah.
***
Hari semakin larut, tapi si buntelan masih terlelap nyenyak. Dirinya bahkan tak sadar banyak pasang mata yang menatapnya intens sambil mengelilingi tubuh kecilnya yang tengah berbaring terlentang dengan kedua tangan mengepal disamping kepala.
"Kapan sih Adek 'lo bangun?" Dandi berbisik ke samping kanannya yang terdapat oknum bernama Noel.
"Ya ndak tau, kok tanya saya!" Jawabnya dengan bisikan pula.
"Pegel tau, El." Seruan bisik Randi dari arah kiri.
"Suruh siapa mau beginian!" Bisik Noel ketus. Beranjak meninggalkan sekumpulan pemuda gabut yang sedang menonton sang Adik yang tertidur.
Mendengar keributan, si buntelan mulai terusik. Mata bulat itu mulai terbuka, mengerjap beberapa kali sebelum terdengar lenguhan gelisah dari bibir kecil si buntelan. "Mmm, A-abang..." Ia ingat.
Tadi ia datang ke rumah tempat bermain Abangnya tapi berakhir ia tertidur dan terbangun dengan disuguhkan beberapa wajah pemuda tampan yang menatapnya tanpa berkedip.
"Abang..." Pupil mata bulat itu bergetar, merasa asing dengan wajah orang-orang diatasnya.
Dandi yang tersadar setelah tercengang melihat ke kiyowo an si buntelan menggeplak belakang kepala Damian yang ada di sebelahnya dengan kencang. "Anak orang nangis itu, bego!" Rutuknya.
Seakan ada magnet yang menarik seluruh pemuda itu ke alam nyata, semuanya terperanjat panik. "Duh, kumaha ieu?" Ucup, dengan aksen sundanya bertanya panik.
"Geroan si Noel geura, Raf!" Lanjutnya.
"Bentar." Rafly yang diberi tugas langsung beranjak.
Nasa yang mendengar kata Noel semakin bergetar hebat. "Abang... Hiks..." Air mata suci si buntelan pun luruh.
Sekumpulan bujangan itupun panik. Dari keseluruhan pemuda ini, semuanya adalah anak semata wayang, jadi tak ada skill apapun tentang urus-mengurus adik.
"Duh! Gimana nih? Malah nangis lagi anaknya." Damar dengan panik menggaruk belakang kepalanya brutal.
"Si Rafly ju-"
Brak!
Suara tendangan pintu dengan kekuatan 1000 bayangan memotong ucapan Damar.
"Adek!" Seru Noel mendekati sang Adik, suara tangisan si buntelan semakin kencang.
"Minggir!"
Sekumpulan pemuda itu turun dari kasur, memberi ruang untuk sang Kakak menenangkan sang Adik.
"Baby, ini Abang." Noel dengan perlahan mengangkat sang Adik ke gendongan koala nya.
"Hiks... A-abang?" Nasa bertanya dengan suara tersendat.
Noel mengelus punggung kecil sang Adik, "Iya, ini Abang. Maaf ya, udah ninggalin Adek tidur?" Ia lupa bahwa sang Adik tidak bisa jika saat ia terbangun tak ada seorangpun disampingnya. Kalaupun ada tapi orang asing? Nasa akan tetap menangis.
"Mmm..."
Dirasa sudah tenang, Noel mulai menegakkan tubuh sang Adik di gendongan nya. "Ini temen-temen Abang. Adek kenalan dulu, yu?"
Nasa dengan malu melirik kesamping kanan kirinya, terlihat sekitar enam pemuda yang juga sedang menatapnya. "Mm, ayo." Jawabnya dengan suara yang terdengar samar karena malu.
*TBC
kalo kalian suka cerita ini, mungkin tiap hari sabtu atau minggu aku up
makasih udah baca cerita ini♡♡♡♡♡♡
tungguin kelanjutan cerita Nasa di chapter selanjutnya yaaaa
bay-bay onti-onti onglen nya Acaaa♡♡♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
KB [Keluarga Bahagia]
Teen FictionNasa Ravalouzio Alexander. Bungsu keluarga Alexander ini memiliki dua marga, yang berasal dari keluarga ayah bundanya. Nasa sangat dicintai dan disayangi. Begitupun Nasa, mencintai dan menyayangi seluruh keluarganya melebihi luasnya angkasa. Aca ada...