Di sebuah mansion mewah berlantai sepuluh itu sudah sangat sunyi, jam dinding menunjukan pukul 01.04 dini hari.
Ting
Setelah pintu lift terbuka nampak lah seorang anak laki laki berumur 4 tahun dengan tinggi 90cm, memakai setelan piyama beruang dan tubuhnya tergelung oleh selimut tebal.
Terlihat seperti selimut berjalan.
"Aca lapel." Iya, anak kecil itu adalah Nasa. Dirinya terbangun dan tidak mendapati siapapun di sisinya. Seingatnya tadi dirinya tidur dengan Abang keempatnya. Tapi biarlah, mungkin sang Abang punya kesibukan lainnya, walau dalam hati gondok! Tapi gpp.
Kakinya terus berjalan menuju dapur, semoga dirinya menemukan sesuatu yang bisa mengganjal perut bulatnya.
Namun, "Yahh... Kok nda ada pa apa, padahal aca lapel banget..." Nasa menutupi sebagian wajahnya dengan selimut yang sedari tadi dibawanya. Ia kecewa!
Bahkan dirinya tidak bisa meminum susu kotak yang ada dalam lemari khusus miliknya, karena di kunci oleh sang ayah.
Matanya menelisik seluruh penjuru dapur dan goctcaaah!
"Wahh! Itu apa yaaa?" Dirinya dengan semangat membuang sembarang selimut yang sedari tadi membungkus badannya, meraih kursi meja makan yang memang sangat tinggi menurutnya lalu menaikinya dengan susah payah.
"Uwahhhh!!! Donat maduuuu!" Secepat kilat dirinya membawa sebuah plastik yang tergeletak di meja pantry itu lalu membawanya turun dengan susah payah.
Setelah turun dengan selamat dirinya langsung beranjak meninggalkan dapur begitu saja, meninggalkan selimut dan kursi itu tergeletak.
Nasa tidak langsung pergi menuju kamar, melainkan masuk ke ruang keluarga yang khusus untuk dirinya. Mungkin memakan donat sambil melihat kartun kesukaannya akan sempurna. Kenapa tengah malam begini ada kartun? karena tv di ruang keluarga itu dirancang khusus untuk dirinya.
***
Tap tap tap
Suara langkah kaki itu menggema di lantai dasar mansion. Terlihat pemuda jangkung dengan tinggi 190 memakai piyama tidur hitam.
Narendra Alexander, putra sulung keluarga Robert. Pemuda tampan yang sudah menginjak usia 25 tahun. Narendra terbangun karena merasa dahaga, di liriknya jam dinding yang menunjukan pukul 02.34.
Sesampainya Narendra di dapur, dirinya mengerutkan dahi. Selimut? kursi? ulah siapa ini. Tapi tak mungkin ada orang yang sampai menaiki kursi hanya untuk mencapai meja pantry, kecuali satu orang.
Nasa, adiknya. Dirinya langsung teringat adik bungsunya. Dirinya semalam tidak menjumpai sang adik karena terlalu lelah sehabis lembur, jadi tak tahu menahu keadaan adiknya.
"Anak itu pasti terbangun." Narendra menggelengkan kepala kecil mengingat kebiasaan adik kecilnya.
Setelah melepas dahaga Narendra beranjak, berniat kembali ke kamar sambil membawa selimut tebal adik bungsunya.
Di tengah jalan Narendra menghentikan langkahnya, telinganya sekelebat mendengar suara kartun yang sering ditonton si bungsu dari arah ruang keluarga khusus adiknya.
Tidak mungkin adiknya berada disana, kan? Tapi jika dipikir-pikir bisa jadi, karena siapa di mansion ini yang menonton kartun jika bukan si bungsu. Akhirnya dirinya memutuskan untuk melihatnya.
"Astaga!" Baru saja memasuki ruangan itu, Narendra terkaget. Didapatnya sang adik tengah tertidur dengan posisi setengah berbaring, ouhhh jangan lupakan sekotak donat di pangkuannya tergeletak kosong. Tapi terdapat satu buah donat yang tersisa dan tengah bersarang di mulut adiknya.
Narendra menepuk jidatnya pelan sambil menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan tingkah ajaib adik bungsunya ini.
Narendra beranjak mendekati si bungsu yang sama sekali tak terganggu dengan tayangan kartun didepannya. Pemuda itu duduk di sebelah Nasa, dirinya menahan gemas.
Lucu sekali adiknya ini, tidur dengan setengah donat dalam mulut? ouhhh dan pipi tumpah yang cemong dengan coklat itu. Bisa diabetes dirinya melihat tingkah manis adik bungsunya ini.
Setelah beberapa saat mengamati adiknya ini sambil menggigit pipi dalamnya sendiri, Narendra memutuskan untuk menggendong sang adik dan membawanya kembali ke kamar miliknya.
"Stt stt stt." Naren melepaskan setengah donat tadi dan meletakkannya kembali ke kotak.
Nasa yang merasa terganggu merenggut kesal. "Nyahhh!" Nasa mendorong samping wajah Narendra yang tepat berada didepannya dengan mata terpejam.
"Stt stt ini abang." Narendra menimang sang adik di gendongan koala nya ketika terdengar isak kecil dari adiknya, ke kiri ke kanan sambil menepuk-nepuk pelan pantat sang adik.
Sambil menenangkan sang adik, dirinya beranjak kembali ke kamar melalui lift. Tidak mungkin dirinya menggunakan tangga, apalagi kamarnya berada di lantai 5.
Keduanya sampai disebuah kamar yang sangat luas dengan nuansa hitam dan abu-abu. Narendra merebahkan Nasa dengan hati-hati. Dirinya memberikan pacifer kepada sang adik yang selalu ada di laci nakasnya, jaga-jaga bila sang adik menginap di kamarnya.
"I love you my little baby." mengecup kening sang adik sebelum dirinya ikut berlabuh di lautan mimpi.
tbc.
08.49
Jam berapa kalian liat chapter ini??
Semangat puasanya yaaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
KB [Keluarga Bahagia]
Ficção AdolescenteNasa Ravalouzio Alexander. Bungsu keluarga Alexander ini memiliki dua marga, yang berasal dari keluarga ayah bundanya. Nasa sangat dicintai dan disayangi. Begitupun Nasa, mencintai dan menyayangi seluruh keluarganya melebihi luasnya angkasa. Aca ada...